oleh

Benarkah Orang Mati Bisa Mendengar Suara Manusia?

Fatwa 1727:

Pertanyaan:

Apakah orang yang mati bisa mendengar suara manusia? (maksudnya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.)

Jawaban:
Pendengaran adalah kekhususan bagi makhluk hidup. Jika telah mati, maka hilanglah pendengarannya. Sehingga dia tidak dapat mendengarkan suara orang yang masih hidup di dunia dan tidak bisa mendengar perbincangan mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Fathir: 22)

Dalam hal tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tidak mendengarnya orang-orang yang beliau seru kepada Islam dengan Allah menyerupakan mereka sperti orang-orang mati. Secara asal, sesuatu yang dijadikan keserupaan itu lebih kuat sifatnya daripada suatu yang diserupakan dari sisi keserupaannya.

Jika demikian, orang yang mati lebih pantas untuk tidak mendengar suara. Tidak pula dapat menjawab atau mengikuti ajakan dibandingkan para penentang dakwah Rasul yang tuli telinganya dan berpaling darinya seraya mengatakan: “Sungguh hati-hati kami terkunci.”

Tentang hal ini, Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ * إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. * Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau seandainya mereka mendengar, mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kesyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 13-14)
Adapun kisah tentang para korban orang-orang kafir pada peperangan Badr yang berada di dalam sumur, mereka mendengarkan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka dan mereka mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kalian telah mendapatkan (merasakan) kebenaran janji Rabb kalian? Karena sungguh kami telah mendapatkan kebenaran janji Rabb kami.”

Begitu pula sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya: “Sungguh kalian tidak lebih mendengar dari apa yang aku ucapkan ini dibanding mereka.” Yaitu, ketika para sahabat merasa aneh dengan seruan Beliau kepada para korban yang berada di dalam sumur Badr tersebut. Maka itu merupakan kekhususan Beliau yang Allah berikan kepadanya. Hal itu dikecualikan dari hukum asal berdasarkan dalil yang shahih.

Demikian pula ketika mayit mendengarkan suara terompah para pengiring jenazah setelah prosesi penguburannya, hal itu dikecualikan dari hukum asal.

Tidak berbeda juga dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah akan mengembalikan ruhku sampai aku menjawab salamnya.” (HR. Imam Abu Dawud dalam sunan beliau no. 2041, Hasan). Hal ini terkecualikan dari hukum asalnya.

Hanya kepada Allah kita memohon taufik. Dan semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi kita, keluarga dan para sahabat Beliau.

[Dialih bahasakan dari Fatawa Lajnah Daimah lil Buhuts al-‘Ilmiyyah wal Ifta’]. HN-AlF

السؤال الثالث من الفتوى رقم (1727) :

س3: هل يسمع الموتى؟ (يعني: الرسول صلى الله عليه وسلم) .

ج3: سماع الأصوات من خواص الأحياء، فإذا مات الإنسان ذهب سمعه فلا يدرك أصوات من في الدنيا ولا يسمع حديثهم، قال الله تعالى: {وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ} (1) فأكد تعالى لرسوله صلى الله عليه وسلم عدم سماع من يدعوهم إلى الإسلام بتشبيههم بالموتى، والأصل في المشبه به أنه أقوى من المشبه في الاتصاف، بوجه الشبه، وإذا فالموتى أدخل في عدم السماع وأولى بعدم الاستجابة من المعاندين الذين صموا آذانهم عن دعوة الرسول عليه الصلاة والسلام وعموا عنها، وقالوا: قلوبنا غلف، وفي هذا يقول تعالى: {ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ} (2) {إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ} (3) وأما سماع قتلى الكفار الذين قبروا في القليب يوم بدر نداء رسول الله صلى الله عليه وسلم إياهم وقوله لهم: «هل وجدتم ما وعد ربكم حقا، فإنا وجدنا ما وعدنا ربنا حقا (4) » وقوله لأصحابه: «ما أنتم بأسمع لما أقول منهم (5) » حينما استنكروا نداءه أهل القليب فذلك من خصوصياته التي خصه الله بها فاستثنيت من الأصل العام بالدليل، وهكذا سماع الميت قرع نعال مشيعي جنازته مستثنى من هذا الأصل، وهكذا قوله صلى الله عليه وسلم: «ما من أحد يسلم علي إلا رد الله علي روحي حتى أرد عليه السلام (1) » مستثنى من هذا الأصل.

وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *