oleh

Belajar Ilmu Tauhid, Ruang Lingkup dan Hukum Mempelajarinya

Ilmu Tauhid – Siapapun Anda, apapun pekerjaan Anda dan dimanapun Anda berada, wajib memahami ilmu tauhid dengan benar. Karena ilmu tauhid membahas tentang Pencipta diri Anda yang selama ini telah memberi rizki kepada Anda. Maka wajib bagi Anda untuk bersyukur. Realisasikan syukur Anda dengan memperbaiki pengetahuan Anda tentang-Nya.

Belajar Ilmu Tauhid

Pembaca Islam Hari Ini, Ilmu Tauhid adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap hamba Allah. Karena ilmu ini merupakan dasar atau pokok dari syariat Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar.

Ilmu tauhid merupakan ilmu yang mempelajari tentang Pencipta makhluk dan bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada-Nya.

Ilmu tauhid sebagai landasan terpenting dalam agama para Rasul dan poros utama dakwah mereka. Sehingga dia menjadi tingkatan ilmu yang paling tinggi diantara ilmu-ilmu lainnya.

Maka tidak pantas kita menyepelekan ilmu tauhid, karena ilmu ini mempelajari tentang Pencipta diri kita dan seluruh makhluk. Bersungguh-sungguhnya kita mempelajari ilmu tentang makhluk (Fisika, Kimia, Matematika, dsb) namun melupakan ilmu tentang Pencipta Makhluk adalah suatu bentuk kerendahan dan kehinaan yang terdapat dalam diri kita.

Akankah kita biarkan diri kita berada dalam kerendahan dan kehinaan seperti itu? Maka semoga dengan Kita membaca, memahami dan mengamalkan ilmu tauhid ini, menjadikan derajat kita diangkat oleh Allah dari kehinaan dan kerendahan menuju derajat Hamba Allah yang mulia yang mengikuti seruan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala telah berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thaghut (segala sesuatu yang diibadahi selain Allah dalam keadaan dia ridho)” (An-Nahl : 36)

Kenapa kita harus mempelajari ilmu tauhid ?

Mempelajari ilmu tauhid merupakan kewajiban pertama atas setiap hamba. Karena dengan mempelajari ilmu tauhid kita akan tahu bahwa ternyata tauhid adalah satu-satunya batas pemisah yang membedakan antara muslim dan kafir.

Tauhid merupakan syarat diterimanya amal perbuatan di samping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka dari itu wajib bagi kita mempelajari Ilmu Tauhid dengan benar kemudian menerapkannya dengan benar pula agar tercapailah kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pengertian Tauhid

  1. Tauhid Secara Bahasa.
    Tauhid dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il (kata tugas) wahhada-yuwahhidu-tauhiidan: وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu menjadi satu saja.
  2. Tauhid Secara Istilah
    Secara istilah makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususan-Nya.

Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah berkata:

Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”.

Sebagaimana terkandung dalam kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaha illallahu).

Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid

Penafian: Menafikan/meniadakan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya, baik terhadap Rasul yang diutus oleh-Nya maupun malaikat terdekat-Nya, terlebih lagi yang selain dari mereka ‘alaihimussalam.

Penetapan: Menetapkan hak penyembahan hanya kepada Allah saja.

Sehingga, arti tauhid (Arab :التوحيد) adalah konsep pokok dalam keyakinan Islam yang menyatakan keesaan Allah dalam perbuatan Allah (seperti: Allah Maha Pencipta, Allah Maha Pemberi Rizki, dll) sehingga tidak boleh ada sekutu bagi-Nya dalam perkara tersebut, keesaan Allah dalam perbuatan makhluk (seperti ibadah atau penyembahan), tidak boleh ada satu-pun bentuk ibadah ditujukan kepada selain Allah, dan keesaan Allah dalam Penamaan dan Pensifatan yang diberikan kepada Allah (Seperti Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui) sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah Ta’ala yang telah diberitakan melalui Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca Juga: Keutamaan dan Manfaat Tauhid dalam Amalan

Perlunya Menerapkan Ilmu Tauhid dengan Benar

Pembaca Islam Hari Ini, tentunya kita menginginkan semua ibadah kita diterima di sisi Allah. Sedangkan tauhid adalah salah satu syarat diterimanya sebuah amalan. Karena syirik yang merupakan lawan dari tauhid dapat menghapus semua amalam yang kita lakukan.

Maka beribadah kepada Allah Ta’ala di atas tauhid sangatlah penting dan wajib kita lakukan. Karena semua amalan harus dibangun di atas pondasi tauhid. Semakin kokoh tauhid seseorang maka semakin kokoh bangunan amal tersebut berdiri.

Pembaca Islam Hari Ini,  sekarang persiapkanlah diri Anda untuk fokus pada pembahasan penting dalam ilmu tauhid ini. Karena pembahasan ini wajib dipelajari dengan seksama dan diyakini dengan keyakinan yang benar sebelum kita beribadah kepada Allah Ta’ala.

Jangan ada satu paragrafpun terlewatkan. Karena salah dalam memahami ilmu tauhid maka bisa salah dalam menerapkannya. Sehingga menerapkan ilmu tauhid dengan benar harus dengan pemahaman yang benar. Yaitu sesuai dengan pemahaman para generasi terbaik.

Mentauhidkan Allah pada perbuatan-Nya

Pembaca Islam Hari Ini,

Kita harus menyakini bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.

Kita harus meyakini bahwa HANYA Allah lah Dzat yang satu-satunya menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat.

Kita harus meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.

Seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini.

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas,

berarti orang tersebut telah menzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, inilah yang disebut dengan syirik.

Allah Ta’ala berfirman:

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ۝١

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ۝٢

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۝٣

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ۝٤

“Katakanlah! Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (Al Ikhlash: 1-4).

Ilmu tauhid - Gunung adalah salah satu ciptaan Allah
Ilmu tauhid – Gunung adalah salah satu ciptaan Allah.

Mentauhidkan Allah pada perbuatan makhluk yakni setiap jenis ibadah

Pembaca Islam Hari Ini yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, ternyata penerapan ilmu tauhid yang benar tidak cukup hanya sebatas meyakini hal itu saja.

Karena sebagian orang kafir pada zaman jahiliyah ternyata juga meyakini hal ini. Mereka tidak mengingkarinya. Mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata.

Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal tersebut. Bahkan mereka meyakini hanya Allah-lah yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rizki serta Maha Mengatur seluruh alam.

Sebagian mereka beribadah kepada patung-patung sebagai lambang orang-orang shalih mereka dengan alasan untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala sedekat-dekatnya.

Sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

“Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )

Mereka, orang-orang musyrik dahulu juga berharap agar sesembahan mereka memberikan syafa’at (pembelaan) untuk mereka di sisi Allah. Sebagaimana telah Allah kabarkan:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (Yunus: 18)

Keyakinan sebagian orang kafir di zaman jahiliyah ini telah Allah dijelaskan dalam beberapa firman-Nya:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (Az Zukhruf: 87)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” ( Al Ankabut: 61)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (Al Ankabut: 63)

Demikianlah Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang keyakinan mereka tersebut. Namun, keyakinan mereka itu ternyata tidak menjadikan mereka sebagai orang Islam.

Hal ini menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan peperangan melawan mereka. Inilah pentingnya Ilmu Tauhid.

Oleh karena itu, BELUM DIKATAKAN BENAR penerapan ilmu tauhid seseorang HANYA dengan meyakini Allah Maha Esa dalam penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.”

Atau HANYA meyakini Allah-lah Dzat yang satu-satunya menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat.

Namun WAJIB disertai dengan mengesakan segala bentuk ibadah hanya bagi Allah Ta’ala, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pengertian Ibadah

Ibadah bila dilihat dari sisi bahasa mempunyai arti ketundukan dan kerendahan. Sedangkan secara istilah, ibadah adalah sebutan yang menyeluruh untuk setiap apa yang dicintai Allah dan diridhoi-Nya dari ucapan-ucapan dan amalan-amalan, lahir maupun batin.

Memperuntukkan satu saja dari jenis ibadah kepada selain Allah adalah perbuatan zalim yang terbesar di sisi-Nya karena termasuk perbuatan syirik.

Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al Qur’an:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (Al Fatihah: 5)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوااللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (An Nisa: 36)

Allah Ta’ala juga berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah: 21)

Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah menyebutkan bagian dari ILMU TAUHID dalam perbuatan Makhluk terhadap Allah Ta’ala. Dijelaskan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.

Mantauhidkan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya

Pembaca Islam Hari Ini, selain wajibnya mengesakan Allah dalam hal ibadah, kita juga harus beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang telah Allah kabarkan dalam Al Qur’an dan yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan dalam hadits-haditsnya.

Kita wajib beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah telah mengabarkan bahwa Allah mempunyai nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:

 

وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ

“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (An Nahl: 60)

Dan Firman-Nya:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah lah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. ” (Al A’raf: 180)

Maka kita wajib beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menyelewengkannya sedikitpun apalagi menolaknya.

Imam Syafi’i rahimahullah meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:

“Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah”.

Ilmu tauhid - Laut, salah satu ciptaan Allah.
Laut, salah satu ciptaan Allah.

Contoh penyimpangan yang sering terjadi

Berikut ini adalah sebuah kesalahan atau penyimpangan dari penerapan ilmu tauhid yang benar yang sering terjadi pada zaman ini:

Ketika seseorang mengalami musibah dan berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu dia mendatangi makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Di tempat itu ia meminta agar penghuni tempat atau sang dukun, bisa melepaskan dirinya dari musibah yang menimpa.

Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan  atau thawaf bahkan bernadzar (ini adalah salah satu bentuk ibadah), berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.

Dengan keyakinan dan perbuatannya ini, maka dia telah terjatuh pada kesyirikan.

MESKI dia meyakini Allah Maha Esa dalam penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya, meyakini Hanya Allah lah Dzat yang satu-satunya menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat.

Contoh kejadian nyataRitual Adat Balia Kembali, Banyak Nyawa Pergi

Thawaf di Ka’bah dan mencium batu Hajar Aswad

Apakah thawaf di Ka’bah dan mencium batu Hajar Aswad bertentangan dengan ilmu tauhid?

Untuk lebih mudah memahami hal ini kami akan menceritakan sebuah kejadian.

Terjadi di sebuah majelis, salah seorang hadirin bertanya, “Ada orang yang mengatakan bahwa agama Islam dan agama musyrikin sama saja. Buktinya, kaum musyrikin menyembah berhala-berhala dari batu, sementara kaum muslimin juga mengelilingi batu (Ka’bah) dan menciumnya (Hajar Aswad).”

Pertanyaan yang muncul dari seorang muslim ini sungguh sangat menyedihkan. Inilah sebuah kenyataan pahit. Kebodohan yang telah melanda umat tentang ilmu tauhid. Banyak diantara kaum muslimin tidak bisa membedakan antara dua amalan yang secara lahiriah sama, yaitu mencium, mengusap, atau mengelilingi (thawaf).

Perbedaan antara keduanya sebenarnya sangat jelas. Mengelilingi Ka’bah dan mencium Hajar Aswad diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Adapun mengelilingi kuburan para wali sama sekali tidak diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Mengelilingi Ka’bah dan mencium Hajar Aswad tidak diiringi dengan keyakinan bahwa kedua makhluk ini memberikan manfaat atau mudarat. Berbeda halnya dengan mereka yang mengelilingi kuburan para wali.

Mengelilingi Ka’bah dan mencium Hajar Aswad tidak bertentangan dengan ilmu tauhid dan bukan kesyirikan, bahkan itu adalah bentuk pengagungan dan peribadatan kepada Allah Ta’ala. Kita melakukannya semata-mata untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya bukan untuk menyembah Ka’bah dan Hajar Aswad. Seandainya kita mengingkari perintah tersebut, niscaya kita tergolong orang yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Ta’ala yang memerintahkan kita untuk mengelilingi Ka’bah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Al Hajj 29).

ilmu tauhid - hajar aswad
Hajar aswad

Kesimpulan

Pembahasan ilmu tauhid mencakup tentang mentauhidkan Allah dalam perbuatan Allah yaitu hanya Allah lah yang dapat melakukannya serta tidak boleh kita mengadakan tandingan bagi Allah dalam perbuatan-Nya.

Juga Mentauhidkan Allah dalam perbuatan makhluk Allah yaitu dalam peribadatan makhluk kepada Allah. Tidak boleh melakukan peribadatan dalam jenis ibadah apapun untuk selain Allah, baik bersamaan dengan beribadah kepada Allah ataupun tidak.

Serta mentauhidkan Allah dalam nama-nama dan sifat-Nya, menetapkannya sesuai dengan keagungan-Nya dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah, tanpa menolaknya ataupun menyamakan dengan sifat makhluk atau menyelewengkan serta mengubah maknanya.

Tidak boleh meyakini adanya makhluk yang mempunyai sifat seperti sifat Allah. Barangsiapa yang meyakini ada yang mengetahui hal gaib, mendengar segala sesuatu, melihat segala sesuatu, yang itu adalah sifat Allah  Ta’ala maka wajib baginya untuk bertobat dan kembali kepada tauhid yang benar. Demikianlah pembahasan ilmu tauhid. Semoga kita bisa mengambil manfaatnya dan mengamalkannya dengan penerapan yang benar.

Silahkan baca juga pembahasan Rukun Iman:

Rukun Iman

Ilmu Tauhid

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 komentar