oleh

Teladan Akhlak Mulia Wanita Muslimah (Bagian Pertama)

Wanita muslimah hendaknya berhias dengan akhalak-akhlak mulia. Pada rubrik ini, kami akan menjelaskan beberapa akhlak yang selayaknya dimiliki wanita muslimah.

Akhlak-akhlak Mulia yang Harus Dimiliki Wanita Muslimah

Berikut beberapa akhlak mulia yang hendaknya wanita muslimah berhias dengannya

Sifat malu

Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam,

إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ

 “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak dan di antara akhlak Islam adalah sifat malu.” 1

Di sisi lain, sifat malu merupakan cabang keimanan. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ 

Sifat malu termasuk bagian dari keimanan.” 2

Maka seyogyanya wanita muslimah berhias dengan akhlak mulia ini, karena akan mendatangkan kebaikan pada pemiliknya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

Sifat malu tidaklah memberikan kepada pemiliknya selain kebaikan.” 3

Di antara figur dan suri tauladan bagi wanita muslimah dalam memelihara sifat malu adalah kisah dua seorang perempuan yang bertemu dengan Nabi Musa alaihissalam. Sebagaimana yang Allah Ta’ala abadikan di dalam al-Quran,

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّىٰ يُصْدِرَ الرِّعَاءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ ﴿ ٢٣﴾ فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ ﴿ ٢٤﴾ فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿ ٢٥﴾

“Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang orang sedang memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang orang banyak tersebut 2 orang Wanita yang sedang kesulitan memberikan minum untuk ternaknya, nabi musa berkata, “Apakah maksud kalian melakukan pekerjaan ini? Kedua Perempuan tersebut menjawab, kami tidak bisa memberi minum (ternak kami) sebelum penggembala-pengembala tersebut memulangkan (ternaknya) sedangkan ayah kami adalah orang yang telah lanjut usia. (23) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”. (24) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (25) (al-Qassas: 23-25)

Berkata Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat di atas,

“Wanita tersebut bukanlah wanita yang lancang terhadap laki-laki, bukan pula wanita yang suka keluar masuk. Namun ia datang dengan pakaian tertutup dan ia meletakkan lengan bajunya di mukanya disebabkan rasa malu.”  4

Demikianlah sepantasnya bagi setiap wanita untuk mengambil suri tauladan dari kisah di atas. Hendaknya sifat malu selalu menghiasi dirinya. Di manapun dan kapanpun.

Menjaga lisan

Menjaga lisan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (al-Ahzab: 71)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berbicara yang baik atau diam.” 5

Wanita muslimah hendaknya memperhatikan segala ucapan dan perkataannya. Jangan sampai disebabkan ucapannya, dia akan menuai kesengsaraan di dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا  فِي جَهَنَّمَ

Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu ucapan dari perkara yang dimurkai Allah, dan dia tidak mempedulikan akibatnya, hingga akhirnya hal itu akan menyeret dirinya ke neraka Jahannam disebabkan ucapan tersebut.”6

Jujur

Hendaknya wanita muslimah memiliki sifat jujur dalam ucapan dan perbuatan. Sebab, dengan sifat tersebut segala pintu kebaikan akan dimudahkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan kepada Jannah.” 7

Memelihara sifat iffah

Sifat iffah adalah menjaga kesucian diri dari berbagai hal yang dapat memudharatkan dan menjatuhkan harga dirinya. Maka wanita muslimah hendaknya memiliki sifat dan akhlak mulia tersebut karena ini merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

Dan orang-orang yang belum mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (an-Nur: 33)

Di antara bentuk memelihara sifat iffah, yaitu:

  1. Menundukan pandangan dan menjaga kemaluan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (an-Nur: 31)

  1. Safar dengan mahram

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لا تُسَافِرِ امْرَأَةٌ إلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Tidak boleh seorang wanita melakukan safar, kecuali didampingi dengan mahramnya.” 8

  1. Menjauhi perbuatan zina

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra: 32)

Di antara perkara yang bisa mengantarkan kepada zina adalah khalwat (berduaan antara laki dan perempuan yang bukan mahram). Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari bahaya perbuatan tersebut,

ولَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

Ketahuilah, bahwa tidaklah seorang pria berduaan dengan seorang wanita melainkan pihak yang ketiganya adalah syaithan.” 9

  1. Menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasan selain kepada mahramnya

Allah menegaskan dalam firman-Nya,

ووَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ 

Dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, wanita-wanita Islam, budak-budak yang mereka miliki, pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” (an-Nur: 31)

Demikianlah beberapa bentuk dari menjaga sifat iffah yang sudah sepantasnya bagi setiap wanita untuk benar-benar memperhatikannya. Terutama di masa-masa di mana fitnah dan kejelekan semakin merebak.

Sungguh para wanita shalihah generasi awal merupakan panutan dalam memelihara sifat iffah. Di antara mereka yang sepantasnya para wanita mencontohnya adalah sosok wanita shalihah lagi terhormat. Yaitu Maryam binti Imran alaihassalam. Sebagaimana yang Allah Ta’ala abadikan dalam al-Qur’an,

وَمَرۡيَمَ ٱبۡنَتَ عِمۡرَٰنَ ٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا فَنَفَخۡنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتۡ بِكَلِمَٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِۦ وَكَانَتۡ مِنَ ٱلۡقَٰنِتِينَ 

Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS At-Tahrim:12).

Penutup

Akhir kata, seuntai nasihat untuk segenap wanita muslimah, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta berhias dengan akhlak-akhlak mulia yang dituntunkan dalam syari’at Islam.

Seyogyanya wanita muslimah khawatir serta takut atas ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

Aku melihat ke surga, maka aku mendapati bahwa mayoritas penghuni surga adalah orang-orang miskin. Kemudian aku melihat ke neraka, mayoritas penghuninya adalah kaum wanita.” 10

Demikian pembahasan terkait beberapa akhlak mulia yang sepantasnya dimiliki wanita muslimah. Semoga penjelasan tersebut bermanfaat dan Allah Ta’ala memberikan hidayah serta taufik dalam mengamalkannya.

Aamiin.

UAA/LTC/UAK

Penulis: Umar Abdul Aziz Ponorogo

Referensi:

  1. Shahih al-Bukhari karya Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari rahimahullah. (194-256 H)
  2. Shahih Muslim karya karya Imam Abul Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi rahimahullah (204-261 H)
  3. Al-Mu’jam as-Shaghir karya Imam Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub at-Thabraani rahimahullah. (W. 360 H)
  4. Syu’abul Imam karya Imam Abu Bakr Ahmad bin Husain bin Ali al-Baihaqi rahimahullah. (W. 458 H)
  5. Musnad karya Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal rahimahullah. (W. 241 H)
  6. Shahih wa Dhaif Sunan an-Nasa’i karya Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah (1332 – 1420 H / 1914 – 1999 M).
  7. Silsilah al-Ahadits as-Shahihah wa Syai’ min Fiqhiha wa Fawaidiha karya Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah (1332 – 1420 H / 1914 – 1999 M).
  8. Irwa’ul Ghalil fi Takhriji Ahaditsi Manaris Sabil karya Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah (1332 – 1420 H / 1914 – 1999 M).

 

Footnotes

  1. HR.al-Baihaqi no.7318 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah di dalam Silsilah al-Ahadits as-Shahihah no. 940.
  2. HR. Ahmad no.9361, Ibnu Majah no. 58 dan an-Nasa’i no. 5006 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah di dalam Shahih wa Dha’if Sunan an-Nasa’i.

  3. HR. al-Bukhari no.6117 dari sahabat Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu.

  4. Lihat Tafsir al-Baghawi (6/201)

    قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: لَيْسَتْ بِسَلْفَعٍ مِنَ النِّسَاءِ خَرَّاجَةً وَلَّاجَةً، وَلَكِنْ جَاءَتْ مُسْتَتِرَةً قَدْ وَضَعَتْ كُمَّ دِرْعِهَا عَلَى وَجْهِهَا اسْتِحْيَاءً،

     

  5. HR. al-Bukhari no. 6138 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

  6. HR. al-Bukhari no. 6478 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

  7. HR. Muslim no. 2607 dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

  8. HR. Ahmad no. 3321 dari sahabat Abdulah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan dishahihkan oleh Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah di dalam Irwaul Ghalil no. 995.

  9. HR. Ahmad no. 177 dari sahabat Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Imam Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh rahimahullah di dalam Silsilah al-Ahadits as-Shahihah no. 430.

  10. HR. al-Bukhari no.3241 dan Muslim no. 2737 dari sahabat Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *