oleh

Kenapa Kita Diperintah Untuk Mengamalkan Ilmu?

Ilmu mengajak pemiliknya untuk beramal. Sebuah ilmu tidak akan menjadi ilmu yang bermanfaat (ilmu nafi’) kecuali jika ilmu tersebut membuahkan amalan. Oleh karena itu diantara doa yang senantiasa dibaca dan dijaga Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam :

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْما نافِعا وَ رِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلا مُتَقَبَّلا

“Ya Allah Aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima” (HR. Imam Ahmad, no. 26602 dan Ibnu Majah, no. 925, Hadits Shahih)

Syarat Menjadi Alim Mengamalkan Ilmu

Seseorang tidak akan menjadi Alim sampai ia mengamalkan ilmu yang ia miliki. Berkata seorang sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu :

لَا تَكُونُ عَالِمًا حَتَّى تَكُونَ مُتَعَلِّمًا، وَلَا تَكُونُ بِالْعِلْمِ عَالِمًا حَتَّى تَكُونَ بِهِ عَامِلًا

“Engkau tidak akan menjadi seorang alim (yang berilmu) sampai engkau belajar, dan Engkau tidak akan menjadi alim dengan ilmu sampai Engkau mengamalkan ilmu” (sunan An-Darimi no. 310, Iqtidhaul ‘ilmi wal ‘amal)

Begitu pula berkata seorang ulama Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah :

لَا يَزَالُ العالِمُ جَاهِلًا بِمَا عَلِمَ حَتَّى يَعْمَلَ بِهِ, فَإِذَا عَمِلَ بِهِ كَانَ عَالِمًا

“seorang yang memiliki ilmu itu senantiasa bodoh dengan ilmu yang ia miliki sampai ia mengamalkannya, apabila ia telah mengamalkannya barulah ia menjadi seorang yang berilmu.” (Iqtidhaul ‘ilmi wal ‘amal)

Sebab Penjagaan Ilmu

Dan diantara bentuk penjagaan ilmu adalah dengan mengamalkannya. Bahkan dengan pengamalan akan menjadikan ilmu tersebut kokoh pada pemiliknya. Begitu pula sebaliknya, tidak mengamalkan ilmu yang dimiliki merupakan sebab dari hilangnya ilmu dan kelupaan.

Berkata seorang sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :

هَتَفَ الْعِلْمُ بِاْلعَمَل فَإِنْ أَجَابَهُ وَ إِلَّا ارْتَحَلَ

“Ilmu itu memanggil pemiliknya untuk beramal, apabila ia menjawabnya (maka ilmu itu akan tetap padanya) akan tetapi apabila tidak (maka ilmu tersebut akan pergi).” (Al-Jami’ Lil Khatib, Dzammu man lam ya’malu bi ‘ilmihi li ibni asakir)

Berkata pula seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu :

إِنِّي لَأَحْسَبُ الْعَبْدَ يَنْسَى الْعِلْمَ كَانَ يَعْلَمُه بِالْخَطِيْئَة يَعْمَلُها

“Aku benar-benar menyangka bahwasanya seseorang melupakan ilmu yang telah diketahuinya karena amalan jelek yang ia lakukan.” (Al-‘Ilmu li zuhair bin harb))
Berkata seorang ulama Asy-Sya’bi rahimahullah :

كُنَّا نَسْتَعِينُ على حِفْظِ الْحَدِيثِ بالعَمَل وَ كُنَّا نَستَعِين عَلى طَلَبِه بالصَّوْم

“Kami dahulu memohon pertolongan di dalam menghafal hadist dengan mengamalkannya, Dan dahulu kami memohon pertolongan di dalam mencarinya dengan berpuasa.” (Al-Jami’ Li ibni Abdil Bar)

Mengamalkan Ilmu Ciri Para Pendahulu Umat Yang Shalih

Mengamalkan ilmu merupakan ciri dari para pendahulu umat yang shalih dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, para tabi’in (generasi setelah para sahabat), para atba’ut tabiin (generasi setelah tabi’in) dan para imam-imam kaum muslimin. Mereka senantiasa berlomba di dalam beramal. Sehingga ilmu mereka diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkata seorang ulama Abu Abdirrahman As-Sulami rahimahullah :

حدثَّنا الْذِيْن كَانُوا يُقْرؤُوْنَنا أَنّهم كانوا يَسْتَقْرئُون من النَّبِي , و كانوا إذا تَعَلَّمُوا عَشْرَ أياتٍ لَمْ يخلفوها حتَّى يَعلموا بِما فِيها مِن العَمَل, فتَعَلَّمْنا القُرْأن و العمل جَمِيعًا

“Telah mengabarkan kepada kami orang-orang yang dahulu membacakan Al-Qur’an kepada kami (yakni para sahabat Nabi), bahwasanya dahulu Nabi membacakan Al-Qur’an kepada mereka, Dan dahulu mereka apabila mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur’an tidak berpindah sampai mempelajari apa yang ada pada ayat tersebut dari amalan, sehingga kami mempelajari Al-Qur’an dan amalan sekaligus.” (Tafsir Ath-Thabari)

Seorang Hamba akan Mempertanggung Jawabkan Ilmu yang ia miliki

Dan kelak seorang hamba akan ditanya pada hari kiamat tentang ilmu yang ia miliki. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

لَا تَزُوْل قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيامَة حَتّى يُسْأَل عَن عُمْرِه فِيما أَفْناه و عن عِلْمه فِيما فَعَل بِه و عن مَالِه مِن أَيْن اكْتَسَبه و فيما أَنْفَقه و عن جِسْمه فيما أَبْلَاه

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya : tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan dan tentang badannya untuk apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata : hadits hasan shahih)

Betapa meruginya orang yang mempelajari ilmu tetapi tidak mengamalkannya. Berkata seorang ulama penulis kitab Shaidul Khatir:

وَ الْمِسْكِيْن كُلَّ المسْكِين مَنْ ضَاعَ عُمْرَه في عِلْم لَمْ يَعْمَل بِه, فَفَاتَه لَذَّاتُ الدُّنْيَا و خَيْرَات الْآخِرَة فَقَدمَ مُفْلِسًا مَعَ قُوَّةِ الْحُجَّة عَلَيْه

“Orang yang paling dikasihani adalah orang yang menghabiskan umurnya mempelajari ilmu akan tetapi tidak mengamalkannya, maka telah hilang darinya kelezatan dunia dan kebaikan-kebaikan akhirat, maka ia pun datang (pada hari kiamat) dalam keadaan bangkrut dan kuatnya hujjah atas dirinya.” AR