oleh

Tips Jitu Meraih Kebahagiaan: Solusi dari Kesulitan & Kesedihan

 

Kebahagiaan adalah tujuan utama yang dicari oleh setiap manusia. Kita semua mendambakan hidup yang bahagia dan tenang, bebas dari kecemasan, kesedihan, dan beban pikiran. Namun, untuk mencapai kebahagiaan sejati, tentu harus menghadapi berbagai ujian dan kesulitan terlebih dahulu.

Tidak semua orang berhasil melewati tantangan ini dengan mudah. Banyak yang merasa terjebak dalam kesulitan dan kesedihan tanpa menemukan jalan keluar. Namun, memahami dan mengatasi berbagai rintangan ini dengan benar adalah langkah penting menuju kebahagiaan yang abadi. 

Sehingga, tidak jarang banyak orang merasa putus asa karena merasa tidak mampu menghadapinya. Dalam kondisi seperti ini, penting untuk mendapatkan solusi dan bimbingan yang tepat agar tidak terjebak dalam rasa putus asa. Memahami strategi dan langkah-langkah yang efektif dapat membantu kita menghadapi kesulitan dengan lebih baik, sehingga kita dapat keluar dari tantangan tersebut dengan predikat sukses dan bahagia.

Iman dan Amal Shalih: Solusi Utama untuk Kebahagiaan

Dalam kitab الوسائل المفيدة للحياة السعيدة (Kiat-kiat Jitu Meraih Kebahagiaan) karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah (w. 1376 H), dijelaskan bahwa kebahagiaan yang sejati berasal dari iman dan amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam surat An-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” 

فَأَخْبَرَ تَعَالَى وَوَعَدَ مَن جَمَعَ بَيْنَ الإِيْمَانِ وَالعَمَلِ الصَّالِحِ بِالحَيَاةِ الطَّيِّبَةِ فِي هَذِهِ الدَّارِ، وَبِالجَزَاءِ الحَسَنِ فِي هَذِهِ الدَّارِ، وَفِي دَارِ القَرَارِ

وَسَبَبُ ذَلِكَ وَاضِحٌ: فَإِنَّ المُؤْمِنِينَ بِاللهِ الِإيْمَانَ الصَّحِيْحَ، المُثْمِرَ لِلعَمَلِ الصَّالِحِ المُصْلِح لِلقُلُوبِ والأَخْلَاقِ والدُّنْيَا والآخِرَةِ، مَعَهُمْ أُصُولٌ وَأََسَسٌ يَتَلَقَّونَ فِيْهَا جَمِيعَ مَا يَرِدُ عَلَيْهِم مِنْ أَسْبَابِ السُّرُورِ والاِبْتِهَاجِ، وَأَسْبَابِ القَلَقِ والهَمِّ والأَحْزانِ

“Allah mengabarkan dan menjanjikan kepada orang-orang yang menggabungkan iman dan amal shalih dengan kehidupan yang baik di dunia ini, serta balasan yang baik di dunia ini dan di akhirat.

Sebabnya jelas: Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar, yang menghasilkan amal shalih yang memperbaiki hati, akhlak, dunia, dan akhirat, mereka memiliki prinsip dan dasar yang membantu mereka menerima semua sebab-sebab kebahagiaan dan kesenangan, serta sebab-sebab kecemasan dan kesedihan.”

Oleh karena itu, iman yang benar dan amal yang shalih yang memperbaiki hati, akhlak, dunia, dan akhirat seseorang, dapat menjadikan setiap cobaan yang dihadapi bisa dilalui dengan baik.

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan,

يَتَلَقَّونَ المَحَاب والمَسَار بِقَبُول لَهَا، وَشَكَرَ عَلَيْهَا، وَاِسْتِعْمِالِ لَهَا فِيْمَا يَنْفَعُ، فَإِذَا اِسْتَعْمَلَُوهَا عَلَى هَذَا الوَجْهِ أَحْدَثَ لَهُم مِنَ الاِبْتِهَاجِ بِهَا، وَالطَّمَعِ فِي بَقَائِهَا وَبَرَكَتِهَا، وَرَجَاءِ ثَوَابِ الشَّاكِرِينَ، أُمُورًا عَظِيمَةً تفوق بِخَيرَاتِها وَبَرَكَاتِهَا هَذِهِ المَسَرَّاتِ الَّتِي هِيَ ثَمَرَاتُهَا

“Mereka menerima nikmat dan kebaikan dengan penerimaan yang baik, bersyukur atas nikmat tersebut, dan menggunakannya dalam perkara yang bermanfaat. Jika mereka menggunakan nikmat tersebut dengan cara ini, hal itu akan melahirkan bagi mereka kebahagiaan, harapan yang kuat akan keberkahan dan keberlanjutan nikmat tersebut, serta harapan akan pahala bagi orang-orang yang bersyukur. Hal-hal besar yang merupakan buah dari syukur tersebut, dengan segala kebaikan dan keberkahannya, jauh melebihi nikmat dan kebaikan itu sendiri yang telah mereka terima.”

Itulah sebabnya, ketika kita mendapatkan nikmat berupa harta, lalu dengan penuh rasa syukur, sebagian kecil dari harta tersebut kita infakkan kepada orang yang membutuhkan, maka kita tidak hanya mendapatkan kebaikan berupa pahala dari membantu mereka secara materi, tetapi juga memperoleh kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada kebahagiaan saat kita menerima nikmat itu sendiri. Sebab, kebahagiaan sejati muncul dari rasa syukur dan dari melihat orang lain merasakan manfaat dari apa yang kita berikan, yang pada akhirnya memperkuat hubungan kita dengan Allah dan melahirkan ketenangan hati yang lebih mendalam.

Menghadapi Cobaan dengan Kesabaran yang Indah

Begitu juga dalam kehidupan ini, setiap orang beriman akan menghadapi ujian, baik berupa kesenangan maupun kesulitan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ المُؤْمِن إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيرٌ، إِنْ أَصَابَتهُ سَرَّاء شَكَرَ فَكَانَ خَيرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتهُ ضَرَّاء صَبَرَ فَكَانَ خَيْرٌا لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِن

“Sungguh mengherankan urusan orang beriman. Seluruh urusannya baik. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika dia mendapatkan kesulitan, dia bersabar dan itu juga baik baginya. Dan ini tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang beriman.”  1

Kesabaran yang indah (الصبر الجميل) adalah ketika seseorang bersabar dengan kesabaran yang paripurna yakni kesabaran tanpa batas dan menerima ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Dengan kesabaran yang indah ini, cobaan akan terasa lebih ringan, dan pahala besar menanti bagi mereka yang melakukannya.

Sehingga, mengeluh ataupun balas dendam atas kejelekan orang lain kepada kita, sangat bertentangan dengan kesabaran. Sikap tersebut justru memperberat beban hati, membuat kita terjebak dalam lingkaran kebencian, dan
menjauhkan diri dari ketenangan jiwa yang seharusnya dicapai melalui sikap sabar yang indah.


Baca Juga: Doa Memohon Kesabaran


Cara Meraih Kebahagiaan dengan Mengubah Kesulitan Menjadi Pengalaman dan Kekuatan

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah (w. 1376 H) juga menjelaskan,

ويتلقون المكاره والمضار والهم والغم بالمقاومة لما يمكنهم مقاومته وتخفيف ما يمكنهم تخفيفه، والصبر الجميل لما ليس لهم عنه بد، وبذلك يحصل لهم من آثار المكاره من المقاومات النافعة، والتجارب والقوة.

“Mereka menerima kesulitan, bahaya, kecemasan, dan kesedihan dengan cara melawan apa yang dapat mereka lawan dan mengurangi apa yang dapat mereka kurangi, serta bersabar dengan sabar yang indah terhadap apa yang tidak dapat mereka hindari. Dengan cara ini, mereka memperoleh manfaat dari kesulitan tersebut berupa resistensi yang bermanfaat, pengalaman, dan kekuatan” 2

Sebagai penjelasan tersebut, bahwa orang yang beriman dapat menghadapi kesulitan dengan cara melawan apa yang bisa mereka lawan dari emosi atau hawa nafsu dan bersabar terhadap apa yang tidak bisa mereka ubah dengan kesabaran yang indah. Dengan kesabaran yang indah tersebut, seseorang tidak hanya mendapatkan  daya tahan atau resistensi yang bermanfaat dari kesulitan, tapi bisa mengubah kesulitan itu menjadi peluang untuk mendapatkan pengalaman dan kekuatan, hingga melahirkan solusi yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Maka, kunci kebahagiaan sejati tidaklah terletak pada harta, status, atau kekuasaan, tetapi pada:

  • kekuatan iman yang kokoh, 
  • amal shalih yang dapat memperbaiki hati dan akhlak,
  • rasa syukur terhadap semua nikmat yang didapat,
  • penggunaan nikmat kepada sesuatu yang bermanfaat, serta
  • kesabaran yang indah saat menghadapi kesulitan, kecemasan ataupun kesedihan. 

Dengan menempuh cara meraih kebahagiaan tersebut, setiap tantangan hidup dapat diubah menjadi peluang untuk meraih pahala, kebahagiaan yang hakiki, dan ketenangan batin sehingga kita bisa meraih kehidupan yang baik, penuh harapan, dan terbebas dari kecemasan, kesedihan atau kekhawatiran. (AHJ/AAA/UAH)

Penulis: Abu Hudzaifah Jambi

Referensi:

  • al-Wasail al-Mufidah lil Hayah as-Sa’idah karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah (w. 1376 H)
  • Kajian LKIBA bersama al-Ustadz Abul Harits dengan pembahasan kitab الوسائل المفيدة للحياة السعيدة (Kiat-kiat Jitu Meraih Kebahagiaan)

Footnotes

  1. HR. Muslim dalam shahihnya no. 2999
  2. al-Wasail al-Mufidah lil Hayah as-Sa’idah hal. 13
join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *