oleh

Sebab Bangkitnya Para Penjaga Syariat

Syaitan sangat berambisi untuk memasukkan pengurangan atau penambahan ke dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membuat sebagian ahli ibadah tersesat. Mereka menyangka telah berpegang dengan hadits padahal kenyataannya telah dipalsukan atau ditambah dan dikurangi, hingga sebagian mereka tersesat karena hal tersebut.

Namun Allah bangkitkan para ulama besar, para peneliti hadits yang berjalan di atas hidayah dan ketepatan. Mereka memerangi pasukan syaitan dan memisahkan antara kebenaran dengan kedustaan. Mereka menyeru agar selalu menjaga as-Sunnah dan makna-makna al-Quran dari penambahan ataupun pengurangan.

Dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya dan kepada kaum muslimin para ulama bangkit. Mereka berposisi sebagai ahlul fikih yang memahami makna al-Quran dan hadits karena banyak kesalahan yang terjadi, baik pada masa lalu maupun sekarang.

Di antara kesalahan-kesalahan itu ada kesalahan yang sangat jelas, yang benar-benar telah diketahui kesalahannya sehingga tidak ada alasan untuk membelanya. Ada pula kesalahan yang tersamar, karena dalam permasalahan tersebut ada ruang ijtihad (berpendapat) untuk para ulama yang adil.

Kemudian bangkitlah para ulama pembawa riwayat dan para ulama peneliti riwayat tersebut, mereka bangkit dengan ilmu hadits. Mereka melakukan safar ke berbagai negeri, meninggalkan kelezatan hidup santai, meninggalkan keluarga dan hartanya. Mereka mengeluarkan biaya, baik yang mahal maupun murah.

Mereka sabar dalam menempuh perjalanan dengan berbagai kesulitan dan mencukupkan dunia ini sekadar untuk bekal orang yang melakukan perjalanan.

Banyak kisah masyhur yang mengisahkan tentang mereka dengan cerita yang tidak asing lagi dan telah diakui oleh ulama ahli sejarah. Barangsiapa yang ingin mengenal atau mengetahui bagaimana kisah-kisah mereka, alhamdulillah semua itu telah dibukukan dengan rapi dan terjaga.

Di antara mereka harus berbantalkan tanah, meninggalkan kelezatan makan dan minum, meninggalkan bergaul dengan teman-teman dan keluarganya serta harus bersabar dalam menempuh atau menjalani pahitnya menjadi orang asing.

Bahkan mereka harus menghadapi gentingnya kondisi yang sulit, suatu kenyataan yang Allah jadikan mereka cinta dan merasa lezat dengan apa yang mereka jalani demi menjaga agama Allah Ta’ala.

Sebagaimana Allah jadikan Ka’bah sebagai tempat yang nyaman dan aman serta menjadi tujuan bagi seluruh manusia dari segala penjuru dunia. Dengan itu mereka sanggup menanggung berbagai perkara menyakitkan yang akan dihadapi selama perjalanan tersebut. Allah menjadikan rasa cinta kepada para pejuang untuk berjihad dengan jiwa dan hartanya sebagai hikmah dari Allah. Dengan hikmah itulah Allah  menjaga agama ini sekaligus menjadi petunjuk bagi orang  yang mencarinya.

Dengan hikmah itu pula Allah menampakkan hidayah dan agama yang benar yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun orang-orang musyrik membencinya. Wallahu A’lam –AYN/AA-BIA

Lihat Majmu’ al-Fatawa Syaikh Ahmad bin Abdul Halim Al Harrani rahimahullahu  jilid 1 hal. 9-13