oleh

Adakah Puasa Khusus di Bulan Rajab?

Seorang ulama ahli hadits al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata:

Mayoritas orang menyangka bahwa puasa di bulan Rajab lebih utama dibandingkan berpuasa di bulan lain, mereka beralasan bulan Rajab adalah bulan haram, hakekatnya itu adalah persepsi yang salah karena tidak di atas pijakan yang benar dan sah.1

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani as-Syafi’i rahimahullah mengatakan:

Tidak ada hadits shahih yang layak dijadikan dasar tentang keutamaan bulan Rajab secara khusus, tidak pula keutamaan puasa khusus di bulan rajab, tidak pula tentang puasa khusus di bulan Rajab pada hari tertentu, tidak pula tentang shalat malam padanya.2

Adapun yang diriwayatkan tentang keutamaan pada bulan Rajab secara khusus, keutamaan puasa khusus di bulan Rajab ataupun puasa khusus di bulan Rajab pada waktu tertentu, hadits-haditsnya jelas terbagi menjadi dua: 1. Lemah dan 2. Palsu.” 3

Hukum Puasa di Bulan Rajab

Pada asalnya bulan Rajab sama seperti bulan-bulan lainnya, tidak ada pengkhususan atau pengistimewaan ibadah tertentu di bulan ini. Salah seorang tabi’in, Sa’id bin Jubair rahimahullah pernah ditanya tentang puasa di bulan Rajab, beliau menjawab:

سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: ” كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ

Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang sering berpuasa sampai-sampai kami mengira beliau tidak pernah berbuka, dan ketika beliau sedang berbuka (tidak berpuasa) kami mengira beliau tidak akan berpuasa lagi.” 4

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang riwayat tersebut, “Yang tampak dari riwayat tersebut bahwa maksud Sa’id bin Jubair dengan dalil ini adalah tidak ada larangan berpuasa pada bulan Rajab, tidak pula dihasung berpuasa dengan sebab masuknya bulan tersebut, akan tetapi hukumnya sama seperti bulan-bulan yang lain, sehingga tidak ada larangan atau hasungan berpuasa pada bulan Rajab.” 5

Bulan Rajab Termasuk Bulan Haram

Hanya saja bulan Rajab termasuk bulan haram (bulan mulia), yaitu bulan-bulan yang pahala amal ibadah dan dosa maksiat lebih besar nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dibandingkan bulan lainnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu.(at-Taubah 36)

Pakar tafsir abad ini, asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahimahullah mengatakan:

Ini adalah larangan berbuat zhalim bagi kaum muslimin pada bulan haram, larangan ini berlaku setiap waktu, namun di bulan haram lebih besar keharamannya dan lebih besar dosanya dari selain bulan haram.”6

Ahli tafsir dari kalangan sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pun berkata tentang bulan haram tentang surat di atas:

ثُمَّ خَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حُرُمًا وَعَظَّمَ حُرُمَاتِهِنَّ وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ

Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan haram dari dua belas bulan, Allah menjadikan empat bulan tersebut bulan haram dan keharaman berbuat zalim lebih besar padanya serta Allah jadikan dosa maksiat dan pahala amalan shaleh lebih besar nilainya.7

Puasa Khusus di Bulan Rajab

Seorang imam yang zuhud, Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah meletakkan pembahasan pada kitabnya (al-Mughni) tentang “Mengkhususkan Puasa Pada Bulan Rajab”, beliau mengatakan:

فَصْلٌ: وَيُكْرَهُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ

“Tidak diperbolehkan puasa secara khusus di bulan Rajab.”

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

وَإِنْ صَامَهُ رَجُلٌ، أَفْطَرَ فِيهِ يَوْمًا أَوْ أَيَّامًا، بِقَدْرِ مَا لَا يَصُومُهُ كُلَّهُ

“(Hal tersebut tidak diperbolehkan) walaupun seseorang berpuasa padanya, kemudian tidak berpuasa satu, dua hari atau selama dia tidak berpuasa satu bulan penuh.” Hal ini berdasarkan riwayat dari Kharasyah bin al-Hurr, bahwasannya beliau melihat sahabat Umar radhiyallahuanhu memukul tangan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, sampai tangan mereka menyentuh makanan. Lalu sahabat Umar berkata kepada mereka:

كُلُوا، فَإِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَتْ تُعَظِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ.

“Makanlah, hanyalah bulan Rajab adalah bulan yang dahulu kaum Jahiliah memuliakannya.”8

Maka, tidak benar ada ibadah khusus di bulan Rajab. Allah dan rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan ibadah khusus di bulan Rajab, baik berupa puasa (seperti puasa lima hari di awal bulan Rajab, puasa hari ke-delapan, puasa hari ke-27), sebagaimana penjelasan ulama di atas.9

Bahkan tidak ada ibadah umrah, menyembelih, shalat malam atau puasa khusus di bulan Rajab pada hari-hari tertentu.10

Orang-orang yang mengkhususkan ibadah pada bulan tertentu tanpa adanya dalil shahih yang mengkhususkannya, maka mereka telah mengadakan perkara baru di dalam agama Islam. Perkara baru tersebut bukan bagian dari agama Islam. Sebagaimana penjelasan dari para ulama ahlul hadits bahwa tidak ada riwayat yang shahih tentang dikhususkannya ibadah tertentu pada bulan Rajab.11

Puasa di Bulan Rajab Sebulan Penuh

Demikian pula, tidak disyariatkan puasa di bulan Rajab selama sebulan penuh. Tidak sah riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berpuasa di bulan Rajab sebulan penuh, tidak pula di bulan Sya’ban. Juga tidak ada riwayat yang shahih dari para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum tentang puasa di bulan Rajab sebulan penuh. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan.12

Istri beliau ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan:

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan; dan aku melihat, beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban.13

Ahli tafsir dari kalangan para sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

مَا صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا كَامِلًا قَطُّ غَيْرَ رَمَضَان

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan.14

Begitu juga sahabat Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu ketika menjumpai keluarganya, di sisi mereka ada keranjang-keranjang buah yang baru dan cangkir-cangkir, maka beliau bertanya:

مَا هَذَا؟

“Untuk apa ini?”. Keluarganya menjawab,

رَجَبٌ نَصُومُهُ

“Ini dalam rangka puasa di bulan Rajab”. Kemudian beliau menimpali,

أَجَعَلْتُمْ رَجَبًا رَمَضَانَ

“Apakah kalian menyamakan antara Rajab dengan Ramadhan (dengan berpuasa sebulan penuh)?”. Lalu beliau menumpahkan isi keranjang dan memecahkan cangkir-cangkirnya.”15

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang terbiasa puasa sunnah (di bulan Rajab) maka berpuasalah. Kalau bukan kebiasaannya maka jangan berpuasa sebulan penuh. Berbukalah sesekali pada bulan tersebut dan jangan menyamakan antara Rajab dengan Ramadhan.”16

Penutup

Bulan Rajab seperti bulan-bulan lainnya, tidak ada pengkhususan ibadah tertentu padanya. Namun, bulan Rajab termasuk bulan haram, bulan mulia yang memiliki keutamaan ibadah. Adapun mengkhususkan suatu ibadah tertentu pada bulan tersebut, maka ini termasuk perkara baru yang diada-adakan dalam agama Islam. Hal ini tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sehingga dapat digabungkan antara bolehnya puasa di bulan Rajab dengan larangan puasa di bulan Rajab, yaitu yang dilarang adalah puasa khusus di bulan Rajab dan puasa di bulan Rajab sebulan penuh layaknya puasa Ramadhan. Adapun puasa di bulan Rajab secara umum maka boleh dilakukan.17

REI/FAI/AHJ/IWU

Penulis: Reihan Audie

Referensi:

  1. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, karya an-Nawawi rahimahullah
  2. Al-Mughni, karya Abu Muhammad Ibnu Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali rahimahullah
  3. Lathaiful Ma’arif, karya Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah
  4. Tabyinul ‘Ajab bima Warada fi Fadhli Rajab, karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah
  5. Tafsir al-Quran al-Azhim, karya Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir rahimahullah
  6. Tafsir Taisir al-Karimi ar-Rahman, karya Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahimahullah
  7. Tafsir ath-Thabari, karya Abu Ja’far, Muhammad bin Jarir ath-Thabari rahimahullah

 

Footnotes

  1. Lihat Lathaiful Ma’arif (hlm. 130)

    وكثير من الناس يظن أن صيام رجب أفضل من صيامه لأنه شهر حرام وليس كذلك

  2. Lihat Tabyinul ‘Ajab bima Warada fi Fadli Rajab (hlm.30)

    ولم يرد في فضل شهر رجب، ولا في صيامه ولا في صيام شيء منه معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة

  3. Lihat Tabyinul ‘Ajab bima Warada fi Fadli Rajab (hlm.30)

    وأما الأحاديث الواردة في فضل رجب، أو فضل صيامه، أو صيام شيء منه صريحة، فهي على قسمين: ضعيفة، وموضوعة

  4. HR. Muslim no.1157 di dalam shahihnya, dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

  5. Lihat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim (8/38-39)

    قَوْلُهُ (سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رجب فقال سمعت بن عَبَّاسٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ) الظَّاهِرُ أَنَّ مُرَادَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ بِهَذَا الِاسْتِدْلَالِ أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ وَلَا نَدْبَ فِيهِ لِعَيْنِهِ بَلْ لَهُ حُكْمُ بَاقِي الشُّهُورِ وَلَمْ يَثْبُتْ فِي صَوْمِ رَجَبٍ نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ

  6. Lihat Tafsir As-Si’di (hlm. 336)

    وأن هذا نهي لهم عن الظلم فيها، خصوصا مع النهي عن الظلم كل وقت، لزيادة تحريمها، وكون الظلم فيها أشد منه في غيرها

  7. Lihat Tafsir ath-Thabari (11/444) dan Tafsir Ibnu Katsir (4/148)
  8. Lihat al-Mughni (3/171-172), shahih, Lihat Irwaul Ghalil no.957 (4/113)

    [فَصْلُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ] وَوَجْهُ ذَلِكَ، مَا رَوَى أَحْمَدُ، بِإِسْنَادِهِ عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ، قَالَ: رَأَيْت عُمَرَ يَضْرِبُ أَكُفَّ الْمُتَرَجِّبِينَ، حَتَّى يَضَعُوهَا فِي الطَّعَامِ. وَيَقُولُ: كُلُوا، فَإِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَتْ تُعَظِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ. وَبِإِسْنَادِهِ

  9. Lihat Fatawa Nur alad Darb, asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh rahimahullah (2/11)

    صوم أول خميس من رجب ليس له أصل وتخصيص هذا اليوم بالصوم بدعة

    تخصيص هذه الأيام بالصوم بدعة فما كان النبي صلى الله عليه وسلم يصوم يوم الثامن والسابع والعشرين ولا أمر به ولا أقره فيكون من البدع

  10. Lihat Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Shaleh bin Fauzan (2/438)

    شهر رجب لم يثبت فيه شيء من العبادات خاص، لا صيام ولا صلاة ولا عمرة، ولا شيء خاص بشهر رجب

  11. Lihat Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Shaleh bin Fauzan (2/438)

    والذين يخصونه بعبادات؛ هؤلاء هم المبتدعة، لأنهم أ حدثوا في الدين ما ليس منه؛ فلم يشرع الله ولا رسوله في رجب عبادة خاصة

  12. Lihat Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (2/510)

    لم يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه صام شهر رجب كاملا ولا شهر شعبان كاملا، ولم يثبت ذلك عن أحد من الصحابة رضي الله عنهم، بل لم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه صام شهرا كاملا إلا رمضان

  13. HR. al-Bukhari no.1969 di dalam shahihnya, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
  14. HR. al-Bukhari no. 1971 dan Muslim no.178-(1157) di dalam shahih keduanya, dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
  15. Lihat al-Mughni (3/171-172)

    وَبِإِسْنَادِهِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَهْلِهِ، وَعِنْدَهُمْ سِلَالٌ جُدُدٌ وَكِيزَانُ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟ فَقَالُوا: رَجَبٌ نَصُومُهُ. قَالَ: أَجَعَلْتُمْ رَجَبًا رَمَضَانَ، فَأَكْفَأِ السِّلَالَ، وَكَسَرَ الْكِيزَانَ

  16. Lihat al-Mughni (3/171-172)

    قَالَ أَحْمَدُ: مَنْ كَانَ يَصُومُ السَّنَةَ صَامَهُ، وَإِلَّا فَلَا يَصُومُهُ مُتَوَالِيًا، يُفْطِرُ فِيهِ، وَلَا يُشَبِّهُهُ بِرَمَضَانَ.

  17. Lihat Irwa’ul Ghalil (4/116)

    فلعل التوفيق بين صومه لرجب , وكراهته لذلك , أن تحمل الكراهة على إفراد رجب بالصوم كما يفرد رمضان به , فأما صيامه فى جملة ما يصوم فليس مكروها عنده. والله أعلم.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *