oleh

Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban

Bulan Ramadhan tidak lama lagi akan datang menghampiri kita. Bulan yang padanya pintu rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dibuka selebar-lebarnya. Demi menyambut bulan yang begitu agung nan mulia ini, maka disyariatkan pada bulan Sya’ban untuk memperbanyak amal ketaatan sebagaimana disyariatkan pula di bulan Ramadhan. Karena bulan Sya’ban merupakan pembuka bagi bulan Ramadhan.

Asal-usul Penamaan Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah. Jika ada yang bertanya mengapa bulan ini dinamakan dengan “Sya’ban”?

Maka al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi’i rahimahullah dalam kitab “at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih” juz 13 halaman 445 menukilkan ucapan Ibnu Duraid rahimahullah bahwa bulan ini dinamakan dengan “Sya’ban” (berpencar) karena berpencarnya orang-orang Arab, mereka berpencar dan berpisah pada bulan ini untuk mencari air.

Ada pula yang mengatakan karena pada bulan tersebut orang-orang Arab berpencar dalam penyerangan dan penyerbuan. Yang lain mengatakan “Sya’ban” berarti nampak atau lahir karena bulan ini nampak atau lahir diantara bulan Ramadhan dan Rajab.1

Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban

Diantara amalan utama yang disyariatkan pada bulan Sya’ban adalah memperbanyak puasa, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak hadits yang menerangkan tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban, antara lain:

  1. Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah bintu Abi Bakr as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ: لَا يَصُوْمُ، وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا شَهْرَ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَاماً مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa sampai kami mengatakan beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak berpuasa. Aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa secara sempurna dalam sebulan kecuali pada bulan Ramadhan dan aku juga tidak pernah melihat beliau paling banyak berpuasa (dalam sebulan) selain berpuasa di bulan Sya’ban.2

  1. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْراً أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ؛ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban. Terkadang beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”3

Dijelaskan di dalam kitab at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih juz 13 halaman 441 bahwa yang dimaksud dengan يصوم شعبان كله (berpuasa Sya’ban sebulan penuh) adalah mayoritas dari bulan Sya’ban.4

  1. Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

“Aku belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.”5

  1. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ فِي السَّنَةِ شَهْراً تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، كَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah berpuasa satu bulan penuh selain pada bulan Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan ramadhan.”6

Para ulama telah menjelaskan, sebagaimana yang dinukil dari kitab Nailul Author juz 4 halaman 291 bahwa yang dimaksud dengan lafazh شهرا تاما (berpuasa Sya’ban sebulan penuh) adalah kebanyakannya. Konteks lafazh seperti ini, benar penggunaannya dalam kalimat bahasa arab, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Imam Ibnul Mubarak rahimahullah.7

Namun yang perlu diperhatikan terkait hal ini adalah tidak boleh mengkhususkan puasa pada hari-hari tertentu di bulan Sya’ban apakah di awal bulan, pertengahan bulan (Nishfu Sya’ban) atau di akhir bulan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah mengkhususkannya. Teladanilah bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sebaik-baik bimbingan dan teladan adalah apa yang dibimbingkan dan diteladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan puasa satu bulan penuh di bulan Sya’ban?

Al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi’i rahimahullah menjawab, “Yaitu agar jangan sampai orang menyangka bahwa puasa (pada bulan) tersebut hukumnya wajib.”8

Hikmah Berpuasa di Bulan Sya’ban

Para ulama berbeda pendapat dalam menguraikan hikmah mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban, antara lain:

  1. Ada yang mengatakan karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan safar dalam rangka berjihad atau keperluan lainnya sehingga beliau terhalang untuk melakukan puasa sunnah 3 hari pada setiap bulannya, oleh karena itu beliau menggabungkan jumlah puasa sunnah 3 hari di setiap bulan yang ditinggalkan kemudian menunaikannya pada bulan Sya’ban.

  2. Sebagian ahlul ilmi berkata: “Hikmah dari berpuasa di bulan Sya’ban yaitu bahwa kedudukan bulan Sya’ban di sisi bulan Ramadhan adalah seperti kedudukan ar-rawatib (amalan-amalan sunnah) di sisi al-faridhah (amalan-amalan wajib).9

  3. Karena dalam rangka mengagungkan bulan Ramadhan.

  4. Istri-istri beliau mengqadha (membayar) puasa Ramadhan di bulan Sya’ban, maka beliau pun ikut menemani mereka dalam berpuasa.

  5. Karena bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia. Padahal dalam bulan tersebut terdapat suatu keutamaan yang besar, yaitu amalan-amalan yang dilakukan pada bulan tersebut akan diangkat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin agar amalannya diangkat dalam keadaan sedang berpuasa.

Al-Imam asy-Syaukani rahimahullah menyebutkan dalam kitab “Nailul Authar” juz 4 halaman 292 bahwa hikmah yang lebih tepat dalam hal ini adalah karena bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia sebagaimana disebutkan dalam hadits Usamah ketika bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.10 Sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَان قَالَ ذَلِكَ شَهْرُ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلىَ رَبِّ العَالميَنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Wahai Rasulullah, aku melihat engkau lebih banyak melakukan puasa (sunnah) pada bulan Sya’ban dibandingkan bulan-bulan lainnya. Rasulullah bersabda, “Itulah bulan yang manusia lalai darinya yaitu bulan antara bulan Rajab dengan Ramadhan, dan itu adalah bulan dimana di dalamnya amalan-amalan diangkat kepada Rabbul ‘Alamin (yaitu Allah Ta’ala). Dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.”11

Al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan banyak berpuasa dikarenakan pada bulan tersebut amalan-amalan hamba diangkat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”12

Penutup

Cukuplah amalan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai keutamaan puasa di bulan Sya’ban. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak ibadah puasa di bulan Sya’ban, “Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban. Terkadang beliau hampir berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”

Mari kita sama-sama berjuang dalam memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban, guna menyongsong kemuliaan di bulan Ramadhan. Barakallahufiikum.

KAK/FAI-IWU

Penulis: Khalid Abdul Khaliq

Referensi:

  1. at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih, karya Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi’I rahimahullah

  2. Nailul Author, karya Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdillah asy-Syaukani rahimahullah

  3. Syarah ar-Riyadhis as-Shalihin, karya Muhammad bin Shalih rahimahullah


1 at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih (13/445)

شعبان سمي بذلك كما قال ابن دريد: لتشعبهم فيه، أي: تفرقهم في طلب المياه. قال: والشعب الاجتماع والافتراق، وليس من الأضداد وإنما هو لغة القوم، وقال ابن سيده: لتشعبهم في الغارات. وقيل؛ لأنه شعب، أي: ظهر بين رمضان ورجب، وعن ثعلب فيما حكاه أبو عمر الزاهد: لتشعب القبائل، أي: تفرقها لقصد الملوك والتماس الغبطة.

2 HR. al-Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 175 di dalam shahih keduanya, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, shahih. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 1024

3 HR. al-Bukhari no. 1970 di dalam shahihnya, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, shahih. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 1024

4 at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih (13/441)

وقوله: (كان يصوم شعبان كله) أي: أكثره

5 HR. at-Tirmidzi no. 736, dari sahabat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, shahih. Lihat Shahih at-Targib wa at-Tarhib no. 1025

6 HR. Abu Dawud no. 2336, dari sahabat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, shahih. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 1025

7 Nailul Author (4/291)

وَقَدْ جُمِعَ بَيْنَ هَذِهِ الرِّوَايَاتِ بِأَنَّ الْمُرَادَ بِالْكُلِّ وَالتَّمَامِ الْأَكْثَرُ. وَقَدْ نَقَلَ التِّرْمِذِيُّ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ: جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ: صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ

8 at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih (13/443)

والحكمة في كونه لم يستكمل غير رمضان؛ لئلا يظن وجوبه

9 Nailul Authar (4/292)

قَالَ أَهْلُ العِلْمِ: وَالْحِكْمَةُ مِنْ ذَلِكَ أَنَّهُ يَكُوْنُ بَيْنَ يَدَي رَمَضَانَ كَالرَّوَاتِبِ بَيْنَ يَدَي الفَرِيْضَة

10 Nailul Authar (4/292)

وَالْأَوْلَى أَنَّ الْحِكْمَةَ فِي ذَلِكَ غَفْلَةُ النَّاسِ عَنْهُ لِمَا أَخْرَجَهُ النَّسَائِيّ وَأَبُو دَاوُد وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ مِنْ حَدِيثِ أُسَامَةَ قَالَ: «قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

11 HR. an-Nasa’i no. 2357, dari sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, hasan, lihat Shahih wa Dha’if Sunan an- Nasa’i no. 2357

12 at-Taudhih li Syarhi al-Jami’ as-Shahih (13/442)

وخصصه بكثرة الصوم؛ لكونه ترفع فيه أعمال العباد

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *