oleh

Meraih Hakikat Kebahagiaan dengan Bertakwa

Kebahagiaan adalah impian setiap manusia. Hakikat kebahagiaan bukanlah ketika seseorang bisa mendapatkan material duniawi saja, seperti kedudukan dan harta. Namun, tolok ukur hakikat kebahagiaan adalah pedoman iman dan takwa.

Takwa Merupakan Perintah Allah Dan Rasul-Nya

Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk senantiasa bertakwa, sebagaimana firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang -orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan dan janganlah kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri kepada Allah).” (Ali Imran: 101)

Demikian pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau telah mewasiatkan umatnya untuk bertakwa, bahkan wasiat ketakwaan adalah wasiat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling utama. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,

قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً، وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ: وَعَظْتَنَا مَوْعِظَةَ مُوَدِّعٍ، فَاعْهَدْ إِلَيْنَا بِعَهْدٍ، فَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ

“Pada suatu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersama kami, kemudian beliau memberikan kepada kami sebuah nasehat yang sangat berharga, sehingga hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran.

Kemudian dikatakan kepada beliau, ‘wahai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam anda memberikan kepada kami sebuah nasehat seperti nasehat seseorang yang hendak berpisah, maka berikanlah kepada kami sebuah wasiat.’ Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah.”1

Al-Imam Abdrurrahman bin Nashir rahimahullah mengatakan,

“Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun keadaan seorang hamba karena seseorang itu sangat butuh kepada ketakwaan dan tidak dapat terlepas darinya di setiap situasi dan kondisi.”2

Makna Takwa

Al-Imam Thalq ibnu Habib rahimahullah mendefinisikan makna takwa. Beliau berkata,

“(Takwa adalah) engkau menaati Allah Ta’ala berdasarkan cahaya dari-Nya (yakni di atas ilmu) dengan mengharapkan pahala di sisi Allah Ta’ala, serta engkau meninggalkan kemaksiatan berdasarkan cahaya dari-Nya (yakni di atas ilmu) dengan rasa takut dari hukuman Allah Ta’ala.”3

Inti dari makna takwa adalah, mengerjakan segala bentuk kebaikan serta meninggalkan segala bentuk kejelekan.4


Baca juga: Empat Perangai Menuju Ketakwaan


Hakikat Kebahagiaan Yang Akan Diraih Oleh Orang Yang Bertakwa

Seseorang yang menghiasi dirinya dengan ketakwaan pasti ia akan meraih hakikat kebahagiaan baik ketika di dunia maupun di akhirat. Di antara kebahagiaan yang akan diraih oleh seseorang yang bertakwa adalah:

1.     Allah Ta’ala akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang sedang ia hadapi.

Hal tersebut sebagaimana janji-Nya,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّه يَجْعَل لَهُ مَخْرَجًا

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar (dari problem yang sedang ia hadapi).” (At-Thalaq: 2)

2.     Sebab datangnya rezeki dari Allah.

Sebagaimana firman-Nya,

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ

“Dan (Allah akan) mengaruniakan rezeki kepadanya (orang yang bertakwa) dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (At-Thalaq: 3)

Asy-Syaikh Shalih bin Humaid rahimahullah mengatakan,

“Bahwa ketakwaan akan menghasilkan rezeki bagi pemiliknya. Maka tidak adanya ketakwaan pada seseorang adalah sebab kefakiran.”5

3.     Allah akan memberikan kemudahan pada segala urusannya.

Sebagaimana firman-Nya,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memudahkan segala urusannya.” (At-Thalaq: 5)

Seorang pakar ilmu tafsir Al-Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas,

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memudahkan segala urusannya serta menjadikan segala kesulitannya mudah baginya.”6

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa Allah akan memberikan kemudahan bagi seorang mukmin yang bertakwa pada urusan dunia dan akhiratnya.7

4.     Allah akan menjadikannya seorang yang mulia.

Sebagaimana Allah Ta’ala katakan,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi kalian adalah yang paling bertakwa.” (al-Hujurat: 13)

Demikian pula hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Bahwa ditanyakan kepada Rasulullah ‘Siapakah manusia yang paling mulia di sisi Allah?’ Maka beliau menjawab: ‘Yang paling bertakwa di antara mereka’.”8

Asy-Syaikh Shalih bin Abdillah rahimahullah mengatakan,

“Kemuliaan bukan karena nasab yang disandang oleh seseorang, namun ada pada ketakwaannya. Maka nasab yang memiliki kedudukan di mata manusia tidak berguna jika tidak ada ketakwaan.”9

Al-Imam Ahmad bin Musa rahimahullah mengatakan,

“Ketahuilah bahwa dengan ketakwaan seseorang akan menjadi berwibawa dan mulia, adapun berbangga dengan kenikmatan dunia, maka akan membuat dia rendah dan tercela.”10

5.     Allah akan memperbaiki amalannya dan mengampuni segala dosanya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ…..

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan berbicaralah dengan perkataan yang baik niscaya Allah akan memperbaiki amal kalian serta mengampuni dosa-dosa kalian.” (al-Ahzab: 70-71)

Asy-Syaikh Abu Su’ud rahimahullah menafsirkan ayat di atas,

“Allah Ta’ala akan memberikan taufik kepada kalian untuk beramal shalih dengan menerima amal kalian, mengokohkan kalian dalam beramal, dan mengampuni dosa-dosa kalian disebabkan keistiqomahan kalian dalam beramal shalih baik dengan ucapan maupun perbuatan.”11

6.     Janji Allah berupa Surga.

Sebagaimana Allah Ta’ala kabarkan di dalam al-Quran,

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ

“Surga-surga ‘Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Bagi mereka di dalam surga segala apa yang mereka inginkan. Demikianlah Allah memberikan balasan bagi orang-orang yang bertakwa.” (an-Nahl: 31)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya Allah menyebutkan di dalam kitab-Nya, bahwa surga telah disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa. Maka orang yang bertakwa adalah penghuni surga.”12

7.     Meraih keridhaan Allah serta keridhaan manusia.

Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad rahimahullah berkata,

التَّقْوَى رِضَى اللَّهِ تَعَالَى، وَفِي الْبِرِّ رِضَى النَّاسِ. وَمَنْ جَمَعَ بَيْنَ رِضَى اللَّهِ تَعَالَى وَرِضَى النَّاسِ فَقَدْ تَمَّتْ سَعَادَتُهُ وَعَمَّتْ نِعْمَتُهُ

“Ketakwaan akan mendatangkan keridhaan Allah demikian pula berbuat baik akan mendatangkan keridhaan manusia. Barangsiapa yang menggabungkan antara keridhaan Allah dan keridhaan manusia maka sungguh telah sempurnalah kebahagiaan dan kenikmatan atasnya.”13

Demikianlah hakikat kebahagiaan yang akan diraih oleh seorang yang bertakwa. Maka marilah kita didik jiwa ini untuk menjadi pribadi-pribadi yang berhias dengan ketakwaan. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk senantiasa bertakwa dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun keadaan kita. Aamiin. UAA/LTC/BRJ

Penulis : Abu Hafshin Umar Abdul ‘Aziz Ponorogo.

Referensi:

  1. Sunan ad-Darimi karya Imam Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimii rahimahullah (W. 255 H).
  2. Sunan Ibnu Majah karya Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Majah rahimahullah.
  3. Bahjatul Qulub wa Qurratul Uyun lil Akhyaar karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.
  4. Nudrotun Na’im karya Syaikh Shalih bin Humaid rahimahullah.
  5. Tafsir as-Sa’di karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.
  6. Shahih al-Bukhari karya Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah.
  7. Kitab Tafsir al-Jalalain karya Imam Abdurrahman bin Abi Bakr as Suyuthi dan Imam bin Muhammad bin Ahmad al-Mahalliy rahimahumullah.
  8. Syarh Kitab Masail Jahiliah karya asy-Syaikh Shalih bin Abdillah rahimahullah.
  9. Raudhatul ‘Uqolaa’ karya asy-Syaikh Muhammad bin Hibban bin Ahmad al-Busty rahimahullah.
  10. Irsyad al-‘Aql as-Salim karya asy-Syaikh Abu Su’ud rahimahullah.
  11. Syarh Riyadh ash-Shalihin karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah.
  12. Adabud Dunya wad Diin karya lmam Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Basriy rahimahullah.

Footnotes

  1. Lihat Sunan Ibnu Majah no. 42.
  2. Lihat Bahjatul Quluub wa Qurratul Uyuun lil Akhyaar. 1/50.

    فأمر صلّى الله عليه وسلم ووصى بملازمة التقوى حيثما كان العبد في كل وقت وكل مكان، وكل حالة من أحواله، لأنه مضطر إلى التقوى غاية الاضطرار، لا يستغني عنها في كل حالة من أحواله.

  3. Lihat Zaadul Mahajiir ila Rabbihi hlm. 03.

    ” أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجوا ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله “.

  4. Lihat Bahjatul Quluub wa Qurratul Uyuun lil Akhyaar 1/78.

     ويكون سبباً لحصول التقوى التي ترجع إلى فعل الخيرات كلها، وترك المنكرات

  5. Lihat Nudrotun Na’im karya Syaikh Shalih bin Humaid 10/509.

    أن التّقوى مجلبة للرّزق، فترك التّقوى مجلبة للفقر

  6. Lihat Tafsir as-Sa’di.

    : من اتقى الله تعالى، يسر له الأمور، وسهل عليه كل عسير.

  7. Lihat Tafsir al-Jalalain hlm. 558.

    قال ( مِنْ كَرْب الدنيا والآخرة)

  8. Shahih al-Bukhari no. 4689
  9. Lihat  syarh Masail Jahiliah  hlm. 242

    فالفخر ليس بالنسب، الفخر إنما هو بالتقوى، ولا ينفعك النسب إذا فقدت التقوى

  10. Lihat Raudhatul uqala’ 1/30.

    أَحْمَد بن موسى  ألا إنما التقوى هو العز والكرم … وفخرك بالدنيا هو الذل والعدم

  11. Lihat Irsyad al-‘Aql as-Saliim karya asy-Syaikh Abu Su’ud 7/122.

    يُوفقكم للأعمالِ الصَّالحةِ أو يُصلحها بالقَبُولِ والإثابةِ عليها {وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ} ويجعلُها مكفرةً باستقامتِكم في القولِ والعملِ

  12. Lihat Syarh Riyadh ash-Shalihin karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih 01/513.

    قد ذكر الله_ تعالى_ في كتابه إن الجنة أعدت للمتقين، فأهل التقوى هم أهل الجنة_

  13. Lihat Adabud Dunya wad Din karya lmam Abul Hasan Ali bin Muhammad rahimahullah 1/183.
join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *