oleh

Anggapan sial (Tathayyur), Bolehkah?

Anggapan sial (Tathayyur), tak jarang kita dapati terjadi di masyarakat kita. Hal ini sangat berbahaya dan dapat merusak akidah seseorang. Oleh karena itu Islam telah memperingatkan perbuatan yang sangat tercela ini. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami apa itu tathayyur agar kita tidak terjatuh kepada perbuatan tersebut.

Apa Saja Bentuk Anggapan sial (tathayyur)?

Anggapan sial diistilahkan dalam bahasa arab dengan tathayyur, diambil dari kata “thair” yang bermakna burung. Sehingga pada asalnya, tathayyur adalah menganggap sial sesuatu dengan sebab melihat burung.

Hal ini karena dahulu orang Arab ketika hendak bepergian, mereka biasa ber-tathayyur dengan cara mengusir burung. Jika burung tersebut terbang ke arah kanan, maka mereka melanjutkan perjalanan. Akan tetapi jika terbang ke arah kiri, mereka membatalkan niat bepergian karena menganggap sial hal itu.

Namun, penamaan ini bukan maknanya anggapan sial (tathayyur) yang berlaku hanya khusus dengan burung saja, akan tetapi penamaan ini berlaku secara umum terhadap apapun yang dijadikan sebuah kesialan atau sebab kesialan. Meskipun anggapan sial (tathayyur) dengan burung lah yang seringkali terjadi.

Sehingga segala sesuatu yang dianggap sebuah kesialan atau sebab kesialan masuk dalam kategori tathayyur. Baik itu beranggapan sial (tathayyur) dengan waktu tertentu, misalnya anggapan hari sial atau bulan sial, atau anggapan sial dengan orang tertentu, seperti binatang tertentu atau segala sesuatu yang mereka anggapan mendatangkan kesialan (tathayyur) dengannya.1

Kesimpulannya anggapan sial (tathayyur) dapat dengan apa saja. Baik dengan burung, hari, bulan, tahun, angka, suara, bintang dan yang lainnya yang mana seseorang beranggapan sial (tathayyur) dengannya.

Dalil-Dalil Larangan dari Anggapan Sial (tathayyur)

Anggapan sial (tathayyur) merupakan kebiasaan jahiliyyah yang Allah mencela kebiasaan ini. Allah Ta’ala mengatakan,

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan anggapan sial itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya hanyalah kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (al A’raf: 131)

Allah Ta’ala menyifati mereka sebagai orang-orang yang tidak berilmu atau jahil (bodoh), karena meyakini anggapan sial (tathayyur).

Demikian pula Allah membantah kaum yang mendustakan para rasul mereka. Kemudian ketika kaum tersebut mendapatkan musibah, mereka menganggap bahwa musibah itu disebabkan karena para rasul tersebut. Maka Allah membantah mereka bahwa musibah itu datangnya dengan sebab dosa dan ulah mereka sendiri. Allah berkata,

قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

“Para rasul itu berkata: “Kesialan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”(Yasin: 19)

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

“Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya (sebagaimana keyakinan jahiliyyah)2, tidak ada anggapan sial (tathayyur), tidak ada anggapan sial dengan burung hantu3 dan tidak ada anggapan sial dengan bulan safar.”4

Pada hadits di atas, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menerangkan kebathilan anggapan sial (tathayyur) dan melarang perbuatan tercela ini.

Anggapan sial (tathayyur) Adalah Syirik

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطيَرةُ شِرْكٌ، الطيَرةُ شِرْكٌ

“Anggapan sial (tathayyur) adalah syirik, Anggapan sial (tathayyur) adalah syirik, Anggapan sial (tathayyur) adalah syirik.”5

Syaikh Muhammad bin Salih berkata:

“Ia berbuat syirik dari sisi karena dia bersandar kepada sebab yang pada hakekatnya bukan sebab, sehingga hal itu mengurangi tawakkal seorang kepada Allah Ta’ala”

Disebutkan dalam suatu kaidah, “jika seseorang bersandar kepada sesuatu yang syariat menganggapnya bukan termasuk sebab maka ia berbuat syirik yakni syirik kecil.”6

Anggapan sial (tathayyur) Keyakinan Turun menurun

Banyak keyakinan yang menyelisihi bimbingan agama dan senantiasa terus menerus diwariskan kepada generasi setelahnya, seakan-akan itulah kebenaran yang diajarkan oleh nenek moyang mereka.

Ya, anggapan sial (tathayyur) termasuk di antara keyakinan sesat yang diwariskan turun menurun dari generasi ke generasi. Perbuatan ini sudah ada sejak generasi umat-umat terdahulu, di antaranya pada zaman nabi Musa ‘alaihissalam. Allah Ta’ala menceritakan tentang kaum nabi Musa,

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan anggapan sia itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya hanyalah kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (al A’raf: 131)

Pembaca islamhariini yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Setelah kita mengetahui dan memahami penjelasan dan dalil-dali di atas, kita mengetahui bahwa beranggapan sial (tathayyur) merupakan perkara yang dilarang oleh syariat karena hal itu merupakan keyakinan-keyakinan bathil jahiliyyah dan merupakan kesyirikan.Oleh karena itu kita harus meninggalkan sejauh-jauhnya dari anggapan-angapan sial tersebut.

Kita yakini, bahagia dan celaka, sehat dan sakit, baik dan buruk semua datang dari Allah Ta’ala. Kita diperintahkan untuk menempuh sebab- sebab. kebahagiaan, kesehatan dan kebahagiaan, dan menjauhi sebab- sebab kecelakaan sakit dan kejelekan. Namun kita tidak boleh bersandar pada sebab- sebab tersebut, melainkan bersandar kepada Allah Ta’ala. Semoga kita semua dijauhkan dari berbagai kesyirikan baik syirik kecil maupun besar.

Telah dijelaskan tentang larangan anggapan sial, lalu bagiamana dengan sebaliknya? Yaitu anggapan baik atau memiliki harapan baik? InsyaAllah akan dijelaskan pada artikel selanjutnya. MSM, AHJ-ALF

Penulis: Muhammad As sijnul mubarak


1 I’anatul mustafid hlm. 5/2.

2 Namun, penularan penyakit terjadi dengan izin Allah Ta’ala. Kita diperintah untuk menjauhi sebab-sebab penular penyakit. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ

“Larilah dari orang yang terkena penyakit lepra, sebagimana engkau lari dari singa”. (HR Bukhari no.5707).

3 Yakni kaum jahiliyyah mereka beranggapan sial (tathayyur) dengan burung hantu, jika ada burung hantu yang bertengker di atas rumah salah seorang dari mereka maka akan ada kematian baginya atau sah seorang keluarganya.dan mereka mengatakan: “Burung hantu tidak hinggap melainkan membawa kebinasaan.”

4 HR. Bukhari no.5707 dan Muslim no.2220

5 HR Abu Dawud no.391o dan Tirmidzi no.1614 dari sahabat Ibnu Mas’ud. Sahih. Lihat sahih wa dhaif sunan Abi Dawud.

6 Al qoulul Mufid hlm. 575/1.

7 HR Bukhari no. 5776 dan Muslim no.2224

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *