oleh

3 Syafaat Khusus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta Dalil-Dalilnya

Di antara pokok keimanan ahlussunnah wal jama’ah adalah beriman tentang benarnya syafaat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pasti terjadi di hari kiamat nanti.1Syafaat ini ada yang diberikan secara terbatas hanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak diberikan kepada selainnya.2 Para ulama menyebutkan bahwa syafaat yang dikhususkan untuk Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul akhir zaman ini ada tiga macam. Berikut ini tiga syafaat khusus Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.

Syafaat Kubra

Syafaat ini merupakan syafaat yang paling besar pada hari kiamat karena diberikan kepada seluruh umat manusia. Syafaat ini disebut pula al-maqam al-mahmud dimana Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan kedudukan yang terpuji dengan syafaat ini.3 Sebagaimana yang Allah Ta’ala isyaratkan di dalam ayat-Nya:

عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al-Isra’: 79)

Syafaat ini diminta oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah agar menyegerakan perhitungan amal tatkala seluruh manusia menunggu dengan penantian yang sangat panjang. Keadaan pada saat itu begitu sulit, sangat panas, rasa haus yang hebat diiringi ketakutan yang menyesakkan.4

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyungkurkan wajahnya bersujud di bawah arsy ar-Rahman seraya memuji Allah dengan pujian-pujian yang belum pernah Allah dipuji dengan pujian-pujian itu di dunia. Kemudian dikatakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam;

“Ya Muhammad, angkat kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Mintalah izin memberi syafaat, niscaya engkau pun juga akan diberi izin. Maka aku (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) bangun kemudian mengatakan; “Umatku, wahai Rabbku. Umatku, wahai Rabbku. Umatku, wahai Rabbku.”5

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistirahatkan manusia dari penantian yang sangat panjang dan begitu melelahkan. Setelah itu manusia pun melewati shirath. Maka mereka pun ada yang terjatuh ke dalam neraka dan ada pula yang melewatinya dengan rahmat Allah Ta’ala.6

Syafaat Bagi Penduduk Surga Agar Masuk dalam Surga

Syafaat ini terjadi di saat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang pertama yang akan memasuki surga. Sebagaimana yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan di dalam hadits yang shahih;

آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ، فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

“Aku mendekati pintu surga pada hari kiamat, kemudian ketika aku akan membukanya,” penjaga pintu tersebut bertanya; “siapa engkau?” Aku menjawab; “aku adalah Muhammad.” Maka sang penjaga itu pun mengatakan; “aku diperintahkan untuk tidak membuka pintu ini kepada siapapun sebelum engkau memasukinya.”7

Syafaat untuk Paman Nabi, Abu Thalib

Telah tetap dan pasti di dalam syariat Islam bahwa orang kafir tidak bisa mendapatkan syafaat dalam bentuk apapun dan dari siapapun, walaupun dari nabi. Karena kekufuran merupakan penghalang terwujudnya syafaat. Terdapat pengecualian terhadap syafaat yang khusus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan untuk paman beliau, yaitu Abu Thalib yang mati dalam keadaan kafir.

Adapun syafaat yang akan didapatkan oleh Abu Thalib adalah dalam rangka meringankan azab bukan menyelamatkan dari azab neraka. Nabi bersabda tentang pamannya itu;

هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

“Dia berada di permukaan neraka. Kalaulah bukan karena diriku, pasti dia berada dasar (kerak) neraka.”8

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan tentang keadaan pamannya itu. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib. Dimana ia memakai sandal yang menyebabkan otaknya mendidih.”9

Syafaat ini diberikan kepada Abu Thalib karena jasa semasa hidupnya. Abu Thalib melindungi, menjaga serta membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dari gangguan kaum musyrikin di Mekah). Bersama itu Abu Thalib enggan berislam dan lebih memilih untuk berada di atas agama kesyirikan yaitu agama ayahnya Abdul Mutthalib.10

Syafaat Hanya Bermanfaat Bagi Hamba yang Diridhai Allah

Penting untuk dipahami, bahwa seluruh syafaat bahkan syafaat nabi sekalipun tidaklah bermanfaat kecuali ditujukan kepada hamba-hamba yang diridhai oleh Allah Ta’ala dan mendapatkan izin dari-Nya. Yaitu dari hamba-hamba yang beriman dan bertauhid. Hal ini sebagaimana yang Allah tegaskan di dalam firman-Nya:

يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا

“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepada-Nya dan Dia telah meridhai perkataannya.” (Thaha: 109)

Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah mengatakan Allah telah menafikan segala sesuatu yang kaum musyrikin bergantung padanya. Allah meniadakan adanya kekuasaan atau bagian kekuasaan pada selain-Nya, ataupun pembantu bagi-Nya. Tidaklah yang tersisa kecuali syafaat. Namun Allah menjelaskan bahwa syafaat tidaklah bermanfaat kecuali dengan izin-Nya, sebagaimana firman-Nya:

وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى

“dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai oleh Allah” (al-Anbiya’: 28)11

Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan para rasul-Nya lalu mati dalam keadaan kafir, maka mereka tidak akan mendapatkan rahmat Allah Tabaraka wa Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman;

وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ وَرَحْمَتِي

“Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (al-A’raaf: 156)

Maka mereka itulah orang-orang kafir yang terhalangi dari rahmat-Nya.12

Pada akhirnya seluruh syafaat yang ada akan mengantarkan seseorang ke dalam surga-Nya yang abadi dan penuh kenikmatan. Sehingga tidaklah mungkin syafaat diberikan kepada orang-orang kafir. Karena surga tidaklah dihuni melainkan oleh orang-orang mukmin. Sebagaimana di dalam hadits;

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، إِلَّا نَفْسٌ مُؤْمِنَةٌ

“Tidaklah akan masuk ke dalam surga kecuali seorang jiwa yang mukmin.”13

Demikianlah tiga syafaat khusus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang meneladani Nabi-Nya dan menggolongkan kita ke dalam deretan hamba-Nya yang mendapatkan syafaat di hari kiamat nanti. BFR-IWU

Penulis: Bustanul Fikri Ramadhan

Referensi:

  1. Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits, karya Imam Abu Utsman bin Ismail ash-Shabuni asy-Syafi’i rahimahullah
  2. Majmu’ Fatawa, karya Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah
  3. Syarah Qurratul ‘ainaini bi taudihi ma’ani aqidati ar-Raziyaini, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali
  4. Syarah Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali
  5. Syarah Lum’atul I’tiqad, karya Syaikh Shalih bin Fauzan
  6. Syarah Ithaful Qari’ Ta’liq Syarh Sunnah Imam al-Barbahari rahimahullah, karya Syaikh Shalih bin Fauzan

 

Footnotes

  1. Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits, karya al-Imam Abu Utsman bin Ismail ash-Shabuni asy-Syafi’i rahimahullah
  2. Syarah Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hlm. 221
  3. Syarh Lum’at al-I’tiqad, karya Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hlm. 184
  4. Syarh Ithafu al-Qari’ bi Ta’liqot ‘ala Syarh as-Sunnah li al-Imam al-Barbahary rahimahullah, karya Syaikh Shalih bin Fauzan hlm. 126
  5. HR. al-Bukhari no. 4712 dan Muslim no. 194, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

    يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُولُ: أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ

     

  6. Syarah Qurratul ‘ainaini bi taudihi ma’ani aqidati ar-Raziyaini, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah hlm. 121
  7. HR. Muslim no. 212, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
  8. HR. al-Bukhari no. 3883 dan Muslim no. 209, dari sahabat al-Abbas radhiyallahu ‘anhu
  9. HR. Muslim no. 212, dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu
  10. Syarh Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hlm. 222
  11. Majmu’ Fatawa 7/77, karya Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah
  12. Syarah Qurratu al-‘ainaini bi taudihi ma’ani aqidati ar-Raziyaini, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah hlm. 123
  13. HR. an-Nasai no 2958, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Irwa’ al-Ghalil (4/301-303) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *