oleh

Mengenal lebih jauh 5 Hari Raya Islam

-Manhaj-1,059 views

Hari raya adalah hari yang penuh sukacita bagi kaum muslimin. Pertanyaannya, ada berapa hari raya Islam? Mari simak pembahasannya.

Makna Hari Raya dalam Islam

Hari raya dalam bahasa Arab disebut dengan Id. Adapun makna Id yaitu sebutan bagi momen perkumpulan yang biasanya terulang. Hal tersebut bisa terulang baik tahunan, bulanan, atau pekanan. 1

Hari Raya Islam 

Berikut ini ada lima hari raya Islam beserta dalilnya,

Idul Fitri 

Idul Fitri merupakan salah satu hari raya Islam. Setelah mereka selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, lengkaplah kebahagian mereka dengan melakukan berbagai amalan di hari Idul Fitri.

Idul Adha

Idul Adha adalah salah satu hari raya Islam yang berulang setiap tahunnya. Ia merupakan hari yang mulia bagi kaum muslimin. 

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Ketika Rasulullah datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang. Kemudian Rasulullah bertanya, “Hari (raya) apa ini?” Mereka menjawab, “Dahulu kami bersenang-senang padanya di masa jahiliyyah.” Lantas Rasulullah sallallahu ‘alaihi sallam berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari (raya) tersebut dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari Idul Adha dan hari Idul Fitri.” 2

Hadits di atas menunjukkan bahwa dua hari raya tersebut adalah hari raya Islam. Adapun hari raya yang dilakukan pada masa jahiliyah, maka agama Islam telah menghapusnya dan digantikan dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.


Baca juga: Inilah Sikap yang Benar Menanggapi Hari Raya Nonmuslim


Mengapa Dua Hari Raya tersebut Lebih Baik?

Dalam sabdanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

 إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا

 “Allah telah mengganti dua hari (raya) tersebut dengan yang lebih baik bagi kalian.” 3

Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah menjelaskan hadits di atas,

Hal tersebut disebabkan karena dua hari raya itu (Idul Fitri dan Idul Adha) merupakan kebahagiaan dalam Islam dengan adanya ibadah dan bentuk pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Maka suatu hari yang kaum muslimin dapat mengerjakan berbagai amalan ibadah serta menyempurnakan ibadahnya, mereka akan berbahagia pada hari tersebut karena bisa menyempurnakan ibadah yang telah Allah syariatkan. Dengan demikian hari raya adalah hari untuk bersyukur kepada Allah atas kesempurnaan nikmat tersebut.” 4

Hari Jumat

Selain yang telah disebutkan, ternyata hari Jumat juga termasuk hari raya Islam. Hal ini sebagaimana tertera dalam sebuah hadits,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ فِي جُمُعَةٍ مِنَ الْجُمَعِ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ «إِنَّ هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ اللَّهُ عِيدًا فَاغْتَسِلُوا، وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ طِيبٌ فَلَا يَضُرُّهُ أَنْ يَمَسَّ مِنْهُ، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari Jumat, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Ta’ala jadikan hari ini sebagai hari raya (id), maka hendaknya kalian mandi. Dan barangsiapa yang memiliki minyak wangi maka tidak mengapa baginya untuk menyentuhnya (menggunakannya) dan hendaknya kalian bersiwak.” 5

Hari Arafah 

Di antara haru raya Islam lainnya adalah hari arafah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ النَّحْرِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ، عِيدُنَا أَهْلِ الإِسْلاَمِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari Arafah, Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya bagi kita umat Islam. Hari-hari tersebut adalah hari makan dan minum.” 6


Baca juga: Keutamaan Hari Arafah Berdasarkan Hadits Nabi


Hari Tasyrik

Selain hari Arafah, ternyata hari Tasyrik juga merupakan hari raya Islam. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ النَّحْرِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ، عِيدُنَا أَهْلِ الإِسْلاَمِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari Arafah, Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya bagi kita umat Islam. Hari-hari tersebut adalah hari makan dan minum.” 7

Berkata Imam asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan hadits di atas,

“Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa hari Arafah dan hari Tasyrik setelah Idul Adha itu juga merupakan hari raya.” 8

Demikian sedikit terkait hari raya Islam. Maka, selain dari apa yang telah disebutkan bukanlah termasuk hari raya kaum muslimin. Sepantasnya bagi kita untuk tidak turut merayakannya karena hal tersebut tidak ada bimbingannya di dalam Islam.

Kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah agar kita istiqamah dalam berbuat kebajikan di manapun kita berada dan selalu tulus dalam melakukannya karena mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amiin. (FQM/LTC/ATR)

Wallahu ‘Alam.

Penulis: Faqih Muslimin

Referensi: 

  1. Fiqih Muyassar fi Dhauil Kitab wa Sunnah.
  2. Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud Sulaiman binj al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani rahimahullah (202-275 H).
  3. Mushannaf Abdur Razaq ash San’ani karya Imam Abu Bakr Abdur Razzaq bin Hammam rahimahullah (W. 211 H).
  4. Nailul Authar karya Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani al-Yamani rahimahullah (1173-1250 H).
  5. Syarah Abu Dawud lil Abbad.

 

Footnotes

  1.  Iqtidha’ as-Shiratul Mustaqim (1/496)

    أن العيد ‌اسم ‌لما ‌يعود ‌من الاجتماع العام على وجه معتاد، عائد: إما بعود السنة، أو بعود الأسبوع، أو الشهر، أو نحو ذلك

  2. HR. Abu Dawud no. 1134 dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin bin al-Haj di dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud 
  3. HR. Abu Dawud no. 1134 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu di shahihkan Syaikh Muhammad Nashiruddin bin al-Haj dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud.
  4. Syarah Sunan Abi Dawud lil Abbad (22/141)  
  5. HR. Malik di dalam al-Muwaththa’ no. 113 dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin bin al-Haj di dalam Misykatul Mashabih no. 1398
  6. HR. Abu Dawud no. 2419 dari sahabat Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu di shahihkan Syaikh Muhammad Nashiruddin bin al-Haj dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud.
  7. HR. Abu Dawud no. 2419 dari sahabat Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu di shahihkan Syaikh Muhammad Nashiruddin bin al-Haj dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud.
  8. Nailul Authar (4/285).

    فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَبَقِيَّةَ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ الَّتِي بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ أَيَّامُ عِيدٍ.