oleh

Beberapa Alasan Mengapa Dosa Syirik Tidak Diampuni

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan di dalam al-Quran bahwa dosa syirik tidak diampuni. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa kesyirikan dan mengampuni dosa yang selainnya bagi yang Ia kehendaki.” (an-Nisa’: 48)

Tentu, ada rahasia di balik dosa syirik yang menyebabkan pelakunya tidak diampuni oleh Allah selama belum bertaubat. Mari simak beberapa alasan berikut.

Hakekat Kesyirikan Adalah Menyetarakan Allah dengan Makhluk

Di antara alasan dosa syirik tidak diampuni adalah adanya bentuk penyetaraan atau penyejajaran antara Allah dengan makhluk-Nya.

Imam al-Maqrizi asy-Syafi’i1 (766-845) di dalam kitab Tajrid at-Tauhid menjelaskan, “Ketahuilah, bahwa hakekat syirik adalah menyetarakan Allah Sang Khalik (Pencipta) dengan makhluk; atau menyetarakan makhluk dengan Sang Khalik.”2

Lebih lanjut lagi al-Maqrizi mengemukakan, “Pelaku dosa syirik telah menyetarakan makhluk dengan Sang Khalik di dalam berbagai macam kekhususan ilahiyah. Antara lain: kekuasaan tunggal dalam hal menimpakan madharat, manfaat, memberi karunia dan mencegahnya. Barangsiapa menggantungkan beberapa hal tersebut kepada makhluk, berarti ia telah menyetarakannya dengan Sang Khalik.”3

Perlu diketahui, bahwa kekhususan ilahiyah (hal-hal yang hanya boleh dimiliki dan diberikan kepada Allah) ada banyak. Hal ini bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu:

  1. Kekhususan yang berkaitan dengan Dzat Allah Ta’ala, Sifat-sifatNya dan perbuatanNya;
  2. Kekhususan yang berkaitan dengan hak-hak Allah atas hambaNya.

Contoh kesyirikan pada kategori yang pertama adalah kesyirikan Fir’aun yang merasa paling besar, angkuh dan sombong. Keangkuhan dan kesombongan yang hakiki hanyalah pantas dimiliki Allah yang menguasai jagad raya ini, bukan yang selainNya. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan di dalam hadits qudsi,

العِزُّ إِزَارُهُ، والكِبْرِيَاءُ رِدَائُهُ، فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ

“Kebesaran adalah pakaian-Ku, keangkuhan adalah selendang-Ku. Barangsiapa menandingi-Ku, niscaya Aku akan mengazabnya.”4

Contoh kesyirikan pada kategori yang kedua adalah mempersembahkan berbagai bentuk peribadatan kepada selain Allah Ta’ala. Seperti sujud kepada selain Allah, berdoa, meminta pelindungan, kelancaran rezeki, tolak bala, tawakal dan berbagai bentuk ibadah yang lain yang ditujukan kepada selain Allah.

Baik contoh pertama atau kedua, keduanya sama-sama menyetarakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karenanya Allah Ta’ala menyatakan bahwa perbuatan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Allah berfirman,

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (Luqman: 13)

Karena pelaku kesyirikan telah menyamakan antara Allah yang tidak ada bandingannya, yang Maha Kuat, Maha Sempurna; dengan makhluk yang penuh kekurangan dan kealpaan. Atau sebaliknya, mengangkat derajat makhluk yang rendah setara dengan kedudukan Allah yang Maha Tinggi. Lantas kezaliman apa lagi yang lebih besar dari ini?


Baca Juga: Dosa yang Tidak Diampuni dan yang Tahta Masyi’ah


Pelaku Dosa Syirik Telah Berprasangka Buruk Terhadap Allah

Alasan lain yang membuat dosa syirik tidak diampuni Allah adalah adanya persangkaan yang buruk terhadap Allah.

Sebagai contoh, seorang yang berdoa kepada berhala-berhala. Dengan keyakinan, berhala tersebut adalah cerminan dari sosok seorang yang saleh, yang dianggap dekat dengan Allah Ta’ala. Sedangkan ia menganggap dirinya adalah seorang pendosa dan jauh dari ketaatan kepada Allah.

Maka ia berprasangka, jika ia berdoa langsung kepada Allah pasti doanya tertolak. Namun, jika ia berdoa kepada orang saleh tersebut, harapannya doanya lebih didengar oleh Allah Ta’ala.

Ini adalah persangkaan yang sangat buruk terhadap Allah Ta’ala. Sebagaimana hal ini diterangkan oleh Imam al-Maqrizi rahimahullah,

“Perlu diketahui, barangsiapa yang menyangka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mendengar atau tidak mengabulkan doanya kecuali melalui perantara yang menyampaikannya atau memintakan doanya kepada Allah, maka ia telah berprasangka buruk terhadap Allah.

Sebab, kalau ia menyangka bahwa Allah tidak mengetahui atau tidak mendengar kecuali dengan pemberitahuan dari yang selain-Nya, maka hal itu telah menafikan ilmu Allah, pendengaran-Nya, serta kesempurnaan pengetahuan-Nya. Cukup ini menjadi dosa baginya.”5

Oleh sebab itu, Allah Ta’ala mengancam keras orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah, niscaya baginya azab yang buruk, serta Allah murka kepadanya, mengutuknya, dan menyediakan Jahannam baginya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (al-Fath: 6)

Tidak Mendudukan Allah Sesuai Kedudukan-Nya

Alasan ketiga yang menyebabkan dosa syirik tidak diampuni adalah hilangnya pengagungan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga memposisikan Allah tidak sesuai dengan kedudukan-Nya yang Maha Mulia.

Hal ini digambarkan langsung oleh Allah Ta’ala dengan permisalan yang sangat bagus dan cocok. Allah Ta’ala berfirman,

ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ

“Allah memberikan perumpamaan kepada kalian dengan diri kalian sendiri. Apakah ada serikat/bagian untuk hamba sahaya yang kalian miliki dari rezeki yang kami berikan, sehingga posisi kalian sama (antara hamba sahaya dan tuannya)? Kalian merasa khawatir akan bagian mereka sebagaimana kalian merasa khawatir dengan bagian kalian sendiri?” (ar-Rum: 28)

Imam al-Maqrizi menjelaskan, “Artinya, jika kalian sendiri saja merasa enggan berserikat dengan hamba sahayanya terkait rezeki, maka bagaimana mungkin kalian menjadikan hamba-hamba-Ku bersekutu dengan-Ku pada perkara yang merupakan kekhususan bagi-Ku? Yaitu kekhususan ilahiyah yang tidak pantas bagi seorang pun selain-Ku untuk mendapatkannya.

Barangsiapa menyangka demikian, maka ia tidak mendudukan Aku sesuai kedudukan yang pantas bagi-Ku dan tidak mengagungkan Aku dengan sebenar-benar pengagungan.”6

Dengan tiga alasan ini, minimalnya Anda telah mengantongi jawaban mengapa dosa syirik tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

FAI-JFR

Penulis : Fahri Abu Ilyas

Referensi: Tajrid at-Tauhid al-Mufid, Karya Imam al-Maqrizi asy-Syafi’I rahimahullah.


 

Footnotes

  1. Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir, seorang ulama bermazhab Syafi’i. Berasal dari daerah al-Maqarizah, di Mesir.
  2. Tajrid at-Tauhid (hlm. 55)

    اعلم أن حقيقة الشرك: تشبيه الخالق بالمخلوق، وتشبيه المخلوق بالخالق

     

  3. Idem.

    فإن المشرك شبّه المخلوق بالخالق في خصائص الإلهيّة، وهي التفرّد بملك الضّر والنفع، والعطاء والمنع، فمن علّق ذلك بمخلوق فقد شبهه بالخالق تعالى

     

  4. HR. Muslim no. 2620 di dalam shahihnya, dari sahabat Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah.
  5. Tajrid at-Tauhid (hlm. 59)

    واعلم أن الذي ظن أن الرّب سبحانه وتعالى لا يسمع له، أو لا يستجيب له إلاّ بواسطة تُطلعه على ذلك، أو تسأل ذلك منه؛ فقد ظنّ بالله ظنّ السّوء، فإنه إن ظنّ أنه لا يعلم أو لا يسمع إلاّ بإعلام غيره له وإسماعه؛ فذلك نفي لعلم الله وسمعه وكمال إدراكه، وكفى بذلك ذنبا.

     

  6. Tajrid at-Tauhid (hlm.60)

    أي: إذا كان أحدكم يأنف أن يكون مملوكه شريكه في رزقه، فكيف تجعلون لي من عبيدي شركاء فيما أنا منفردٌ به، وهو الإلهية التي لا تنبغي لغيري، ولا تصلح لسواي، فمن زعم ذلك فما قدّرني حقّ قدري، ولا عظّمني حقّ تعظيمي

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *