oleh

Lupa Baca Bismillah Ketika Menyembelih, Sahkah?

Membaca bismillah atau sering disebut dengan tasmiyah ketika hendak menyembelih hewan termasuk perkara yang diwajibkan di dalam Islam. Hal ini dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang disampaikan oleh Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha,

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

“Nabi shallallahu `alaihi wa sallam berkurban dua ekor domba bagus yang bertanduk, beliau menyembelih sendiri kedua kambingnya, dan menyebut mengucapkan bismillah seraya bertakbir, kemudian meletakkan kaki beliau pada sisi kedua kambing tersebut.”[3]

Lalu, bagaimana jika seseorang lupa membaca basmalah ketika hendak menyembelih hewan? apakah sesembelihannya tersebut halal dan boleh dimakan? Para ulama telah merinci permasalahan ini, berikut ini kami sajikan rangkuman penjelasan dari para ulama ahlussunnah wal jama’ah tentang perkara ini.

Pendapat An-Nawawi tentang Lupa Baca Bismillah Ketika Menyembelih Kurban

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan,

“Kaum muslimin telah bersepakat untuk mengucapkan bismillah ketika melepas anjing buruan (untuk memburu hewan) dan menyembelih, namun mereka berselisih apakah hal itu wajib atau sunnah.”[4]

Beliau juga berkata,

“Imam Abu Hanifah, Malik, Ats-Tsauri, dan Jumhur Ulama’ berpendapat jika lupa tasmiyah maka sembelihan dan hewan buruan tersebut halal, namun jika sengaja meninggalkannya maka tidak halal, dan berdasarkan madzhab kami dimakruhkan meninggalkan tasmiyah.”[5]

Pendapat Ibnu Hajar tentang Lupa Baca Bismillah Ketika Menyembelih Kurban

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah membuat bab pada kitab shahihnya (Bab: Membaca Bismillah Ketika Menyembelih dan Sengaja Meninggalkannya) lalu al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah berkata,

“Imam al-Bukhari memberi isyarat dengan perkataannya ‘sengaja meninggalkannya’, hal ini memperkuat adanya perbedaan antara orang yang sengaja dan tidak sengaja (lupa) meninggalkan tasmiyah. Sehingga tidak halal sembelihan orang yang sengaja tidak membaca bismillah ketika menyembelih, namun tetap halal bagi yang lupa mengucapkannya. Hal ini selaras dengan tafsir Ibnu Abbas pada firman Allah Ta’ala:

وَلاَ تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

“Jangan engkau makan dari sesuatu yang tidak disebutkan nama Allah padanya.” (al-An’am: 121)

Kemudian beliau berkata,

“Dan orang yang lupa tidak dikatakan fasik mengisyaratkan kepada firman Allah Ta’ala:

وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

“Dan sesungguhnya hal tersebut adalah sebuah kefasikan.” (al-An’am: 121)

Maka diambil hukum dari ayat tersebut bahwa sifat fasik ialah bagi yang sengaja meninggalkan bacaan bismillah ketika menyembelih sehingga ada hukum khusus baginya, serta berbeda antara yang lupa dan yang sengaja dalam sembelihannya tersebut.” [6]

Pendapat ini diperkuat dengan perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma yang menunjukkan adanya keringanan dan pemberian udzur bagi seorang muslim yang lupa mengucapkan bismillah ketika menyembelih, beliau berkata, “Barangsiapa yang lupa maka tidak mengapa.”[7]

Kesimpulan

Maka berdasarkan keterangan al-Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar, dapat disimpulkan bahwa membaca bismillah ketika menyembelih hukumnya wajib. Hal ini dikarenakan sembelihan tersebut tidak halal jika yang menyembelih sengaja tidak membaca bismillah. Namun, diberi udzur bagi yang lupa mengucapkannya. Wallahu a’lam bish shawab. REI/LTC-IWU

Penulis: Reihan Audie Sutopo

Referensi:

  • Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani asy-Syafi’I rahimahullah.
  • Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim karya Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi rahimahullah.

[1] HR. Ibnu Majah (no.3264) , Abu Dawud (no.3767), at-Tirmidzi (no.1858) di dalam sunannya dari Aisyah radhiyallahu’anha

[2] HR. Muslim (no.1929) dari sahabat Adi bin Hatim radhiyallahu’anhu

[3] HR. Muslim (no.1966) dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu

[4] Al-Minhaj (13/73)

وَقَدْ أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى التَّسْمِيَةِ عِنْدَ الْإِرْسَالِ عَلَى الصَّيْدِ وَعِنْدَ الذَّبْحِ وَالنَّحْرِ وَاخْتَلَفُوا فِي أَنَّ ذَلِكَ وَاجِبٌ أَمْ سُنَّةٌ

[5] Al-Minhaj (13/73-74)

وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَمَالِكٌ وَالثَّوْرِيُّ وَجَمَاهِيرُ الْعُلَمَاءِ إِنْ تَرَكَهَا سَهْوًا حَلَّتِ الذَّبِيحَةُ وَالصَّيْدُ وَإِنْ تَرَكَهَا عَمْدًا فَلاَ وَعَلَى مَذْهَبِ أَصْحَابِنَا يُكْرَهُ تَرْكُهَا

 

[6] Lihat Fathul Bari (9/624)

وَأَشَارَ بِقَوْلِهِ مُتَعَمِّدًا إِلَى تَرْجِيحِ التَّفْرِقَةِ بَيْنَ الْمُتَعَمِّدِ لِتَرْكِ التَّسْمِيَةِ فَلَا تَحِلُّ تَذْكِيَتُهُ وَمَنْ نَسِيَ فَتَحِلُّ لِأَنَّهُ استظهر لذَلِك بقول بن عَبَّاسٍ وَبِمَا ذَكَرَ بَعْدَهُ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ وَالنَّاسِي لَا يُسَمَّى فَاسِقًا يُشِيرُ إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى فِي الْآيَةِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ فَاسْتَنْبَطَ مِنْهَا أَنَّ الْوَصْفَ لِلْعَامِدِ فَيَخْتَصُّ الْحُكْمُ بِهِ وَالتَّفْرِقَةُ بَيْنَ النَّاسِي وَالْعَامِدِ فِي الذَّبِيحَةِ

[7] Idem

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *