oleh

Hukum Menggerakkan Jari Telunjuk Ketika Tasyahud

-Fiqih-2,097 views

Di antara sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang jarang kita temui zaman ini adalah menggerakan jari telunjuk ketika tasyahud di saat shalat. Padahal telah sah riwayat hadits dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwasannya beliau melakukan itu. Berikut ini hadits yang menunjukkan bahwa Rasul shallallahu’alaihi wa sallam menggerakkan jari telunjuk ketika melakukan isyarat dalam tasyahud.

Hadits Yang Menunjukkan Digerakannya Jari Telunjuk

Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah meletakkan sebuah bab dalam kitab shahihnya, yaitu: “Bab tata cara meletakkan tangan di atas lutut ketika tasyahud dan menggerakkan jari telunjuk ketika berisyarat.”1

Kemudian beliau menyebutkan hadits dari sahabat Wa’il bin Hujr radhiyallahu’anhu, beliau berkata:

لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي قَالَ: فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ يُصَلِّي، فَكَبَّرَ، فَذَكَرَ بَعْضَ الْحَدِيثِ، وَقَالَ: “وَرُكْبَتِهِ ، فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا

“Aku benar-benar melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat. Maka aku memperhatikannya saat shalat, beliau bertakbir…” -sahabat Wa’il menyebutkan beberapa kalimat- selanjutnya beliau mengatakan: “Dan aku melihat beliau menggerakkan jarinya sembari berdoa.”2

Perlu diketahui pula bahwa di sana ada hadits yang menunjukkan bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menggerakan jari telunjuk ketika berisyarat saat tasyahud, kesimpulannya ada 2 keadaan ketika tasyahud: Pertama: Menggerakkannya dan Kedua: Tidak menggerakkannya, yang mana ini merupakan pendapat al-Imam ash-Shan’ani rahimahullah.3

Hadits Yang Menunjukkan Tidak Menggerakkan Jari Telunjuk

Dari sahabat Abdullah bin Zubair radhiyallahu’anhuma beliau berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا، وَلَا يُحَرِّكُهَا

“Bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika berdo’a maka beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan tidak menggerakkannya.4

Al-Imam al-Baihaqi rahimahullah berkata: “Ada kemungkinan yang dimaksud dengan “menggerakkan jari telunjuk” adalah: Isyarat dengan jari telunjuk tanpa menggerakkannya”5

Hadits Yang Terdapat di Dalamnya Lafazh “Isyarat”

Hadits dari sahabat az-Zubair radhiyallahu’anhu beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي الثِّنْتَيْنِ أَوْ فِي الْأَرْبَعِ يَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ أَشَارَ بِأُصْبُعِ

“Dahulu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika duduk di rakaat kedua atau keempat beliau meletakkan tangannya di atas lututnya kemudian berisyarat dengan jari telunjuknya.”6

Adapun lafazh “isyarat” pada hadits ini tidak menunjukkan secara jelas bahwa beliau shallallahu’alaihi wa sallam tidak menggerakkan jari telunjuknya dengan isyarat tersebut.

Sebagaimana pula dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha tentang sahabat yang shalat di belakang Rasul shallallahu’alaihi wa sallam dalam keadaan berdiri sedangkan Rasul shalat dalam keadaan duduk, maka Rasul shallallahu’alaihi wa sallam memberi isyarat kepada mereka untuk duduk.7 Begitu pula ketika Rasul shallallahu’alaihi wa sallam menjawab salam sahabat anshar dengan isyarat dalam keadaan beliau masih shalat.8

Termasuk yang memperkuat hal ini adalah riwayat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwasanya beliau dahulu berisyarat dengan jari telunjuk ketika khutbah jum’at.9

Kemudian riwayat dari al-Imam Ibnu Khuzaimah10 mendukung hal ini: “Beliau shallallahu’alaihi wa sallam berisyarat dengan jari telunjuk sambil menggerakkannya”. Dan beliau rahimahullah membuat bab dalam kitabnya: “Bab khatib berisyarat dengan jari telunjuk ketika berdo’a di atas mimbar saat khutbah jum’at dan menggerakkannya”.11

Kesimpulan

Kesimpulan dari pemaparan di atas, telah sah riwayat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau menggerakkan jari telunjuk saat melakukan isyarat ketika tasyahud dan para ulama menerima keabsahan hadits tersebut. Sekalipun para ‘ulama yang berpendapat tidak menggerakan jari telunjuk, seperti al-Imam al-Baihaqi dan an-Nawawi rahimahumallah serta yang selain mereka berdua juga menerimanya, maka ini adalah sunnah yang bisa kita amalkan .

Adapun hadits yang padanya tidak menggerakkan jari telunjuk maka sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya yang kami pandang sebagai pendapat yang benar, sehingga ada 2 pendapat saat berisyarat ketika tasyahud: Pertama: Menggerakkan jari telunjuk atau Kedua: Tidak menggerakkannya.

Maka, sebagai seorang muslim sudah sepantasnya bagi dirinya untuk meraih pahala sebanyak mungkin selama dirinya masih di dunia dengan mengamalkan sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, terlebih jika sunnah tersebut sedikit yang mengamalkannya hingga terasa asing di tengah kaum muslimin.

Harapannya dengan amalan tersebut seorang hamba bisa dengan selamat masuk ke dalam negeri yang dipenuhi dengan kenikmatan kekal abadi. Karena keselamatan kita terdapat pada sikap meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِيْ فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مُثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يُنْقَصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa menghidupkan sunnahku, yang mana dengan sebab itu orang lain beramal dengan sunnah tersebut maka baginya pahala seperti orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.”12

REI/IWU

Penulis: Reihan Audie Sutopo

Referensi:

  1. Tamamul Minnah, karya asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin rahimahumullah
  2. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, karya al-Imam an-Nawawi rahimahumullah
  3. Shahih Ibnu Khuzaimah, karya al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahumullah
  4. Subulus Salam, karya al-Imam ash-Shan’ani rahimahumullah

 

Footnotes

  1. 1 Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah (1/354)
  2. HR. Ahmad no. 18870, an-Nasa’i no. 1268 dan ad-Darimi no. 1397, dari sahabat Wa’il bin Hujr radhiyallahu’anhu, shahih lihat al-Misykah al-Mishbah (1/287) no. 911 dan al-Irwa’ (2/86) no. 367
  3. Lihat Subulus Salam (1/290-291)
  4. HR. Abu Dawud no. 989 dan an-Nasa’i no. 1270, dari sahabat Abdullah bin Zubair radhiyallahu’anhuma, shahih. Lihat al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab (3/454) dan Sunan Abu Dawud tahqiq al-Arnauth (2/232) no. 989
  5. Lihat Majmu’ Syarh al-Muhadzab (3/454)
  6. HR. an-Nasa’i no. 1161, dari sahabat az-Zubair radhiyallahu’anhu, shahih lihat Shahih wa Dha’if Sunan an-Nasa’i (3/305) no. 1161
  7. HR. Bukhari no. 688 dan Muslim 412 di dalam shahih keduanya dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
  8. HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 8682 Sunan al-Kubra no. 3401 dan Sunan ash-Shaghir no. 893, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu’anha, hasan. Lihat Shahih Ibnu Hibban no. 2258
  9. HR. Muslim 874 di dalam shahihnya, dari sahabat ‘Umarah bin Ru’aibah radhiyallahu ‘anhu
  10. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah (2/351)
  11. Lihat Tamamul Minnah hlm.220

    ويشهد لذلك رواية ابن خزيمة في صحيحه 2 / 351 بسند فيه ضعف عن سهل بن سعد نحو حديث عمارة بلفظ:”وأشار بإصبعه السبابة يحركها“.وترجم له ابن خزيمة بقوله:”باب إشارة الخاطب بالسبابة على المنبر عند الدعاء في الخطبة وتحريكه إياها عند الإشارة بها“.

     

  12. HR. Ibnu Majah no.209, Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir no. 10 dan al-Bazzar dalam musnadnya no. 3385, dari sahabat ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani radhiyallahu’anhu, shahih. Lihat Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 209
join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *