oleh

Bolehkah Berwudhu di WC?

-Fiqih-2,519 views

Berwudhu merupakan rutinitas kaum muslimin. Sehingga kita harus menguasai permasalahan-permasalahan yang terkait dengannya. Berwudhu di WC atau kamar mandi termasuk dalam permasalahan yang harus kita ketahui. Bolehkah wudhu di WC atau kamar mandi? Berikut ini pembahasannya.

Bolehkah Berwudhu di WC?

Berwudhu di WC / kamar mandi diperbolehkan dengan syarat aman dari terkena najis. Bisa jadi ia menjauh dari lubang pembuangan kotoran ataupun ia menyiram tempat yang hendak ia gunakan untuk berwudhu sampai benar-benar bersih dan suci.1

Namun tentu yang paling utama hendaknya ia berwudhu di luar WC / kamar mandi jika ia mampu melakukannya.2


Baca Juga: Beberapa Kesalahan Seputar Wudhu


Hukum Menyebut Nama Allah di WC / Kamar Mandi

Disyariatkan berdo’a sebelum dan setelah wudhu. Apakah hukum ini berlaku juga ketika berwudhu di WC / kamar mandi?

Berzikir dan menyebut nama Allah secara lisan di WC / kamar mandi hukumnya adalah makruh. Hal ini dalam rangka menghormati nama Allah dan menyucikannya.3

Adapun terkait membaca do’a sebelum wudhu di WC / kamar mandi maka bisa dilakukan dengan membacanya di dalam hati tanpa harus melafalkannya di lisan. Hal ini berdasarkan pendapat imam Ahmad rahimahullah terhadap orang yang bersin (di kamar mandi) hendaknya ia memuji Allah di dalam hatinya.4 Tentu permasalahan ini tidak terlepas dari perselisihan di kalangan para ulama fikih.

Hukum Berwudhu Dalam Keadaan Tidak Berpakaian

Tidak jarang dari kita yang berwudhu di WC / kamar mandi setelah ia mandi dalam keadaan belum berpakaian. Apakah sah wudhunya? Haruskah ia mengenakan pakaiannya terlebih dahulu sebelum ia berwudhu?

Yang lebih utama adalah ia langsung mengenakan pakaiannya setelah ia mandi supaya auratnya tetap terjaga. Namun jika ia berwudhu setelah ia mandi dalam keadaan belum berpakaian, wudhunya tetap sah.5

Demikian ini pembahasan ringkas yang dinukil dari beberapa fatwa ulama tentang wudhu di WC / kamar mandi. Semoga bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa nabiyyina muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa sallam. (AAA/YSR)

Penulis: Abdullah al-Atsari

Referensi:

  • Majmu’ Fatawa. Karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (1347 – 1421 H / 1928 – 2001 M) rahimahullah.
  • Majmu’ Fatawa. Karya asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz (1330 – 1420 H / 1912 – 1999 M) rahimahullah.
  • Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zaadil Mustaqni’. Karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (1347 – 1421 H / 1928 – 2001 M) rahimahullah.
  • Fatawa al-Lajnah ad-Daimah.

 

Footnotes

  1. Lihat Fatawa Nur ‘alad Darb lil ‘Utsaimin 7/2.

    يجوز للإنسان أن يتوضأ في المكان الذي تخلى فيه من بوله أو غائطه لكن بشرط أن يأمن من التلوث بالنجاسة بأن يكون المكان الذي يتوضأ فيه جانباً من الحمام بعيداً عن مكان التخلي أو ينظف المكان الذي ينزل فيه الماء من الأعضاء في الوضوء حتى يكون طاهراً نظيفاً

     

  2. Lihat Fatawa Nur ‘alad Darb li Ibni Baz 5/90.

    فإن تيسر أن يكون ذلك خارج الحمام فهذا أفضل وأكفى

     

  3. Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Daimah 5/94.

    يكره أن يذكر الله تعالى نطقاً داخل الحمام الذي تقضى فيه الحاجة تنزيهاً لاسمه واحتراماً له

     

  4. Lihat asy-Syarhul Mumti’ 1/130.

    إذا كان في الحمام، فقد قال الإمام أحمد: إذا عطس الرجل حمد الله بقلبه، فيُخَرَّج من هذه الرواية أنه يسمي بقلبه اهـ

     

  5. Lihat Fatawa Nur ‘alad Darb lil ‘Utsaimin 7/2.

    الأفضل أن الإنسان إذا انتهى من الاغتسال يلبس ثيابه لئلا يبقى مكشوف العورة بلا حاجة ولكن لو توضأ بعد الاغتسال من الجنابة قبل أن يلبس ثوبه فلا حرج عليه في ذلك ووضوؤه صحيح

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *