oleh

3 Langkah Meredakan Amarah

Langkah Meredakan Amarah – Pembaca sekalian yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu kita semua pernah marah. Semua orang pasti pernah marah. Marah itu wajar dan lumrah karena merupakan sifat basyariah (manusia) dan tabiat yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Namun, hal ini menjadi tidak wajar tatkala seseorang yang marah tak mampu mengendalikan dirinya.

Marah yang tidak terkendali akan menyebabkan terjadinya banyak perkara yang tidak terpuji. Betapa banyak pembunuhan, retaknya kekerabatan, serta rusaknya persaudaraan disebabkan marah yang tidak terkendalikan.

Dengan berbagai efek negatif yang muncul tersebut, pantas saja tatkala ada salah seorang shahabat meminta sebuah wasiat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana di dalam sebuah hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

“Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa seseorang meminta wasiat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata: “Berilah aku wasiat”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah Engkau marah.!”. Kemudian dia mengulangi permintaannya beberapa kali, (namun tetap saja) beliau menjawab: “Janganlah Engkau marah.!”. (H.R Bukhari dalam Shahihnya, no. 6116)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir (seorang pakar tafsir di zamannya) dalam kitab Bahjatul Quluubul Abraar menjelaskan, bahwa maksud ucapan beliau: “Janganlah Engkau marah” adalah:

  1. Tahanlah jiwamu jangan sampai engkau marah, tetaplah tenang dan sabar.
  2. Jangan engkau lampiaskan amarahmu dengan perkataan atau perbuatan yang dilarang oleh syariat.

Pembaca sekalian yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu bagaimanakah bimbingan Islam saat penyebab marah itu datang? Langkah-langkah apa yang harus ditempuh oleh seorang muslim menghadapi kondisi tersebut?

3 Langkah Meredakan Amarah

Berikut ini setidaknya ada 3 langkah meredakan amarah yang bisa ditempuh oleh seorang muslim:

  1. Membaca ta’awudz.

    Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits:

    عَنْ سُلَيْمَانُ بْنُ صُرَدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ: اسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوسٌ، وَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ، مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً، لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

    Dari Sulaiman bin Shard radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami duduk di samping beliau, yang satu mencela temannya, karena marah dan tampak memerahlah wajahnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda: “Sungguh aku mengetahui suatu kalimat, yang apabila dia mengucapkan kalimat terbebut niscaya akan hilang darinya apa yang sedang dialaminya (marahnya), yaitu seandainya dia mengucapkan ( أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) “aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk”. (HR. Al-Bukhari, No. 6115)

  2. Berpindah dari satu posisi ke posisi yang lain.

    Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:

    إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنَا: إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ

    “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami: “Apabila salah seorang dari kalian marah dalam keadaan bediri, maka hendaklah dia duduk, apabila hilang marahnya (itu yang diinginkan), jika marahnya tidak hilang, hendaklah dia berbaring.” (HR Ahmad (35/278))

  3. Mengingat-ingat keutamaan menahan amarah.

    – Seorang yang kuat adalah yang bisa menahan amarahnya:

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ

    Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “orang yang kuat bukanlah orang jago bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah yang bisa menguasai dirinya tatakala dia sedang marah.”(HR. Al Bukhari, No. 6114, Bab al-Hadzr Min al-Ghadhab (8/28) dan Muslim, No. 2609: Bab Fadhl Man Yamliku Nafsahu ‘Inda al-Ghadhab) 4 /2014).

    – Menahan amarah termasuk sifatnya orang-orang yang bertakwa, dan Allah menjanjikan bagi mereka surga.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

    ۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ۝١٣٣

    Your browser does not support the audio element. https://cdn.islamic.network/quran/audio/128/ar.muhammadayyoub/426.mp3

    “Dan bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa”(Ali Imron: 133)

    Siapakah orang-orang yang bertakwa tersebut..?

    ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ۝١٣٤

    Your browser does not support the audio element. https://cdn.islamic.network/quran/audio/128/ar.muhammadayyoub/427.mp3
    “Yaitu orang-orang yang berinfak pada kondisi yang sempit maupun yang lapang, yang menahan amarahnya, dan yang suka memaafkan manusia. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imran: 134)

Pembaca sekalian yang semoga dirahmati Allah, demikianlah 3 langkah meredakan amarah yang bisa ditempuh oleh seorang muslim. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menggolongkan kita termasuk dari hamba-hambanya yang suka memaafkan manusia. Amin. ID.