oleh

Wajib Mendahulukan Tauhid Dalam Berdakwah

Wajib untuk memperhatikan dan mementingkan tauhid terlebih dahulu dalam berdakwah, sebagaimana itu adalah metode dakwah para nabi dan para rasul alaihimus salam.

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah : inilah (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf : 108)

Maka ketahuilah, bahwa perkara yang Allah perintahkan kepada Rasul-Nya Shalallahu ’alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti beliau dalam berdakwah tidak lepas dari dua landasan yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan, yaitu;

  1. Perintah beribadah hanya kepada Allah satu-satunya.
    Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dorongan terhadap hal ini serta mempunyai sikap wala’ yang di dasari oleh perkara ini, sekaligus menyatakan kafir orang-orang yang meninggalkan perkara ini.
  2. Peringatan tentang bahaya syirik dalam beribadah kepada Allah.
    Tegas dalam perkara ini dan menunjukan sikap permusuhan yang di dasari kebencian terhadap masalah (syirik) ini serta menyertakan kafirnya orang-orang yang melakukanya

Begitulah Islam yang pengertiannya berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya melalui ketaatan dan albara’ah (menunjukan sikap benci dan antipati) terhadap syirik dan para penganutnya. Inilah yang di bawa oleh para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah sejak pertama kalinya, yaitu Nabi Nuh hingga ditutup oleh nabi Muhammad shalallahu ’alahi wa sallam.

Wajib Mendahulukan Tauhid Dalam Berdakwah

Adapun sejumlah pendakwah yang ada pada masa kini sangat memprihatinkan. Mereka sengaja membuat metode dakwahnya sendiri meskipun harus bertentangan dengan manhaj para Rasul untuk kepentingan tertentu.

Manhaj dakwah mereka lalai akan seruan yang sangat prinsip, kecuali hanya sedikit, yaitu seruan penegakkan aqidah. Mereka justru berkutat habis dalam memperjuangkan masalah lainnya.

Terkadang mereka lebih condong untuk menyeru kepada kebaikan sistem pemerintahan, politik, dan tuntutan tegaknya hukum dan pelaksanaan syariat dalam memutuskan perkara yang timbul di antara manusia.

Baca Juga: Penjelasan dan Penerapan Ilmu Tauhid yang Benar

Mereka menuntut ditegakkannya pelaksanaan hukum Allah terhadap pencuri, pezina, dan lainnya namun diam dari tuntutan terhadap ditegakkannya hukum Allah Ta’ala terhadap diri orang musyrik dan diam dari kesyirikan dengan dalih sebagai budaya dan wisata yang menambah devisa negara.

Padahal Allah telah berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyuklan kepadanya : “bahwasannya tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan aku, maka sembahlah aku olehmu sekalian” (Al Anbiya : 25)”.

Maka tidak heran jika Allah menurunkan bencana kepada masyarakat yang mayoritasnya telah melupakan aturan agama. Azab datang menimpa orang durhaka maupun yang taat beragama. Karena tidak ada amr ma’ruf nahi mungkar sehingga azabpun merata.

Semoga kejadian di Palu menjadi pelajaran untuk kita semua. Sungguh orang yang berbahagia adalah yang bisa mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa orang lain. Agar musibah itu tidak menimpa dirinya.

Baca JugaInilah 5 Jenis Musuh Dakwah Tauhid