oleh

Urgensi Memilih Teman: Peringatan dan Bimbingan Syariat

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak  bisa terlepas dari ikatan pertemanan. Keterikatan yang didukung oleh kondisi dan tempat kegiatan sehari-hari dilakukan ini, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan karakter seseorang. Sehingga urgensi memilih teman yang baik tidak bisa kita remehkan. 

Jika kita berteman dengan individu yang berakhlak baik, maka kebaikan tersebut dapat menular dan memotivasi kita untuk melakukan hal yang sama. Sebaliknya, berteman dengan orang yang memiliki akhlak buruk bisa menimbulkan dampak negatif yang merusak diri dan lingkungan.

Oleh karena itu, urgensi memilih teman dengan bijak bukanlah sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat. Maka penting bagi kita untuk mengetahui dengan jelas ciri-ciri teman yang baik agar kita bisa menjalin hubungan yang benar-benar bermanfaat. 

Urgensi Memilih Teman: Peringatan dan Bimbingan Syariat

Di berbagai kitab dan karya, para ulama tidak jarang memberikan faedah bahwa pertemanan adalah tolak ukur aqidah dan manhaj seseorang. Oleh karena itu, dahulu mereka menilai aqidah dan manhaj seseorang berdasarkan pertemanannya. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang lazim untuk dilakukan karena telah ada bimbingannya dalam syariat, sebagaimana diriwayatkan dari  Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah ﷺ dalam pernah bersabda,

الرَّجُلُ ‌عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu berada di atas agama temannya. Maka hendaklah masing-masing kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.” 1

Oleh karena itu, siapa saja yang baik agama dan akhlaknya, maka hendaknya kita menjadikannya sebagai teman. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang buruk agama dan akhlaknya, maka hendaknya kita jauhi, karena tabiat manusia itu akan mudah meniru temannya. Allah Ta’ala mengatakan, 

إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejelekan” (Yusuf: 53)

Oleh karena itu, teman yang buruk dapat melemahkan kita dalam mengendalikan diri dari nafsu melakukan kejelekan, sedangkan teman yang baik dapat memberikan dukungan positif dan motivasi untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari kejelekan.

Teman yang baik membantu kita dalam mengatasi tantangan hidup dengan nilai-nilai yang baik, sedangkan teman yang buruk dapat memperburuk kondisi kita dan menarik kita ke arah yang salah. Pilihan pertemanan yang bijak menjadi sangat penting, maka Rasulullah ﷺ pun memberikan perumpamaan yang jelas tentang perbedaan antara teman yang baik dan teman yang buruk. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu:

مَثَلُ ‌الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيرِ الحَدَّادِ، لَا يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ، أَوْ ثَوْبَكَ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk seperti penjual misk (sejenis minyak wangi) dan pandai besi. Tak lepas dirimu dari penjual misk, bisa jadi engkau membeli darinya atau engkau mendapati bau harumnya. Sementara pandai besi, bisa jadi dia membakar badan atau bajumu, atau engkau dapati bau yang tidak sedap darinya.” 2           

Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya memilih teman yang dapat memberikan dampak positif dalam hidup kita, sebagaimana penjual misk memberikan aroma harum, sementara pandai besi bisa menimbulkan bahaya atau bau tidak sedap. Dengan memahami perumpamaan ini, kita diingatkan untuk memilih teman yang membawa manfaat dan menjauhkan diri dari mereka yang dapat merugikan kita di akhirat maupun di dunia. 

Urgensi Memilih Teman saat Masa Muda

Amr bin Qais al-Malaiy rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya pemuda itu sedang masa pertumbuhan. Sehingga apabila dia lebih mengutamakan untuk duduk bersama orang-orang yang berilmu, maka besar kemungkinan dia akan selamat. Namun bila dia cenderung pada selain mereka, maka besar kemungkinan dia akan rusak dan binasa.” 3

Ini semua menunjukkan betapa krusialnya memilih teman yang dapat membimbing dan memberi manfaat dalam proses pertumbuhan seseorang, terutama bagi para pemuda yang berada dalam masa pembentukan karakter. Bergaul dengan orang-orang yang berilmu dan baik sangatlah penting untuk memastikan arah hidup yang benar dan selamat. Sebaliknya, bergaul dengan mereka yang tidak bermanfaat dapat berpotensi membawa kerusakan dan kehancuran. Oleh karena itu, syariat menekankan agar kita selektif dalam memilih teman, demi menjaga diri kita dari keburukan dan memastikan kita berada pada jalan yang benar.

Ciri-ciri Teman yang Baik

Mengetahui ciri-ciri teman yang baik adalah langkah penting untuk memastikan kita memilih pertemanan yang sesuai dengan bimbingan syariat. Teman yang baik bukan hanya sekadar teman yang menyenangkan, tetapi seseorang yang memberikan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan dunia dan akhirat. Imam Ibnu Qudamah  al-Maqdisi rahimahullah telah menjelaskan ciri-ciri teman yang baik dalam kitabnya  yang masyhur “Minhajul Qashidin”, yaitu,  4

1. Berakal

Yaitu, seorang yang mudah memahami perkara-perkara dengan sendirinya, atau ketika mendapat bimbingan, ia mampu memahaminya. Karena hal ini adalah modal utama dalam bersosial. Sehingga tak ada manfaatnya bergaul dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh atau kurang akalnya boleh jadi dia bermaksud ingin memberikan manfaat untukmu, tetapi justu memberikan mudharat.

2. Berperilaku Baik 

Karena terkadang seorang yang berakal itu mudah marah atau mudah dikuasai oleh syahwat (keinginan) hawa nafsunya dan ia selalu menurutinya. Maka tak ada manfaat berteman dengannya tanpa perilaku yang baik.

3. Bukan Seorang yang Fasik

Karena ia tidak takut kepada Allahﷻ. Siapa yang tidak takut kepada Allah, maka ia akan melakukan kejahatan sesukanya dan tidak bisa dipercaya.

4. Bukan Seorang yang Tamak Akan Dunia

Teman yang baik juga tidak tamak akan dunia. Karena seorang yang tamak akan dunia, akan mengambil segala yang ia inginkan dari harta dunia tanpa  memandang batasan-batasan dalam mencari rezeki apakah itu halal atau haram? Harta miliknya atau bukan?  Hal ini dapat menyebabkan kerugian dan ketidaknyamanan, bahkan mungkin ia akan memanfaatkan hartamu tanpa sepengetahuanmu. 

5. Memiliki Sifat Jujur dan Tak Suka Berdusta

Kejujuran adalah fondasi penting dalam hidup bermasyarakat. Kejujuran membawa pelakunya kepada kebaikan, dan kebaikan tersebut merupakan jalan menuju surga. Sebaliknya, dusta akan membawa seseorang kepada kejelekan, dan kejelekan tersebut akan mengantarkan ke dalam api neraka. Dalam setiap interaksi dan pertemanan, kejujuran membangun kepercayaan dan menjaga integritas, sementara kebohongan merusak hubungan dan membawa dampak negatif. Oleh karena itu, memilih teman yang memiliki karakter jujur sangatlah penting untuk memastikan kita berada dalam lingkungan yang positif dan mendukung perjalanan kita menuju kebaikan dunia dan akhirat.

Risiko Berteman dengan Teman yang Buruk

Salah memilih teman dapat menyebabkan kerugian yang signifikan, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Bagaimana kita bisa mengenali teman yang buruk? Ciri-cirinya sering kali berlawanan dengan ciri-ciri teman yang baik. Teman yang buruk seringnya mengajak kita kepada kemaksiatan dan kekufuran, yang dapat merugikan kita baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana Allah ﷻ katakan dalam al-Qur’an,

وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلا (٢٧) يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلا (٢٨) لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِيۗ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِلۡإِنسَٰنِ خَذُولا (٢٩)

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit kedua jarinya (menyesali perbuatannya) seraya berkata: Duhai sekiranya dahulu aku mengambil jalan bersama Rasul. Duhai, Celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si Fulan itu sebagai teman akrabku. Sungguh dia telah menyesatkan aku dari peringatan (al-Qur’an) Ketika (al-Qur’an) itu datang kepadaku. Dan setan memang penghianat kepada manusia.” (al-Furqan: 27-29)

Al-Imam Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata,

Sejelek-jelek kawan adalah yang engkau selalu butuh untuk mengatakan kepadanya, “Doakanlah aku di setiap munajatmu!”, engkau harus (selalu) bergaul bersamanya dengan sikap sopan dan lembut, atau engkau butuh meminta udzur kepadanya (atas kekuranganmu).”5

Hasungan

Saudaraku seiman, setelah kita mengetahui urgensi memilih teman, marilah mulai saat ini kita berupaya mencari teman seiman yang dapat membantu kita mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Sebagaimana ucapan salah seorang ulama,

“Perbanyaklah teman, karena setiap mukmin memiliki syafa’at.” 6

Mudah-mudahan dengan kita berteman dengan mereka, kita akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat nanti.

Setelah memahami urgensi memilih teman yang baik, mari kita berusaha untuk menjalin pertemanan yang bermanfaat dan menjauhi mereka yang dapat membawa kita pada keburukan. Semoga Allah memudahkan kita dalam upaya ini. Aamiin. [MBS/MPS/THR]

Penulis: Muawiyah Ciamis

Referensi

  • Sunan Abi Dawud karya Sulaiman bin Asyats bin Syaddad bin Amr al Azdy as-Sijistani (W. 275H)
  • Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur
  • Mukhtashar Mihajul Qasidiin karya Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi (W. 689H)

 

 

Footnotes

  1. HR. Abu Dawud no.4833, dihasankan oleh asy-Syaikh Muhammad bin Nashiruddin dalam Shahih Sunan Abu Dawud
  2. HR. al-Bukhari no.2101 dan Muslim no. 2628
  3.  Dinukil dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur no.517  

    إن الشاب لينشأ فإن آثر أن يجلس أهل العلم كاد أان يسلم وإن مال إلى غيرهم كاد أن يعطب

  4. Diringkas dari kitab Mukhtashaar Minhajul Qasidin hal. 99-100 karya Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah,

    أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا.

    أما العقل، فهو رأس المال، ولا خير في صحبة الأحمق، لأنه يريد أن ينفعك فيضرك، ونعنى بالعاقل الذي يفهم الأمور على ما هى عليه، إما بنفسه، وإما أن يكون بحيث إذا أفهم فهم.

    وأما حسن الخلق، فلابد منه، إذ رب عاقل يغلبه غضب أو شهوة فيطيع هواه فلا خير في صحبته.

    وأما الفاسق، فإنه لا يخاف الله، ومن لا يخاف الله تعالى لا يؤمن غائلته ولا يوثق به.

  5. Mukhtashaar Minhajul Qasidin hal.100 karya Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah.

    قال يحيى بن معاذ: بئس الصديق تحتاج أن يقول له: اذكرنى في دعائك، وأن تعيش معه بالمداراة، أو تحتاج أن تعتذر إليه

  6.  Mukhtashar Minhajul Qasidin. Hal 99. Karya Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisy rahimahullah