Para pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala. Agama Islam merupakan agama yang benar, di antara bukti kebenaran agama ini adalah datangnya pertolongan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kabar gembira berupa pertolongan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya disebutkan dalam al-Qur’an antara lain dalam surat an-Nashr. Pada tulisan kali ini, insyaallah kita akan membahas tafsir dan makna yang terkandung dalam surat tersebut.
Tafsir Surat An-Nashr
Allah Ta’ala berfirman:
إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, serta engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat.” [an Nashr: 1 – 3]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir rahimahullah -salah seorang ulama pakar ilmu tafsir zaman ini- berkata:
“Pada surat yang mulia ini terdapat kabar gembira dan perintah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat terwujud kabar gembira tersebut. Demikian pula terdapat isyarat tentang peristiwa yang akan terjadi setelah itu.
Kabar gembira itu berupa pertolongan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya dengan ditaklukkannya kota Makkah dan masuknya umat manusia ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong.
Adapun perintah setelah kabar gembira tersebut, yaitu Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya untuk bersyukur kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya.
Sedangkan peristiwa yang Allah isyaratkan di dalam surat ini, ada 2 yaitu:
- Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan pertolongan pada agama ini. Pertolongan tersebut akan bertambah saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertasbih kepada-Nya dengan memuji-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya karena itu merupakan bentuk rasa syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat untuk kalian” [Ibrahim: 7]
- Isyarat bahwa ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat.
Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa perkara-perkara yang memiliki keutamaan ditutup dengan istighfar, seperti shalat, haji dan yang semisalnya.
Maka perintah Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya untuk memuji dan memohon ampun kepada-Nya merupakan isyarat bahwa ajalnya sudah dekat dan hendaknya beliau bersiap-siap untuk berjumpa dengan Rabb-Nya serta menutup umurnya dengan amalan yang paling utama.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun banyak mengucapkan di dalam ruku’ dan sujud dengan dzikir:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Maha suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagimu, ampunilah aku.”1
Faedah dari Tafsir Surat An-Nashr
Beberapa faedah yang dapat dipetik dari tafsir surat an-Nashr di atas, yaitu:
- Allah Ta’ala memberi kabar gembira kepada Rasul-Nya berupa pertolongan kepada agama ini dengan ditaklukkannya kota Makkah yang sebelumnya dikuasai orang-orang kafir dan masuknya manusia ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong.
- Pertolongan Allah Ta’ala akan senantiasa ada bagi agama dan umat ini.
- Nikmat Allah Ta’ala akan bertambah dengan memperbanyak tasbih, pujian dan permohonan ampunan kepada Allah Ta’ala.
- Tanda dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perintah Allah kepada beliau untuk memperbanyak memohon ampunan kepada-Nya.
Para pembaca sekalian, semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat kepada penulis dan kaum muslimin secara umum. Aamiin! (ADM/LTC/IWU)
Penulis: Ahmad Daffa Fadhilah
Referensi: Kitab Tafsir as-Si’diy karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’diy (wafat tahun 1376 Hijriyyah).
Footnotes
-
«تفسير السعدي = تيسير الكريم الرحمن» (ص936):
«في هذه السورة الكريمة، بشارة وأمر لرسوله عند حصولها، وإشارة وتنبيه على ما يترتب على ذلك.
فالبشارة هي البشارة بنصر الله لرسوله، وفتحه مكة، ودخول الناس في دين الله أفواجًا، بحيث يكون كثير منهم من أهله وأنصاره، بعد أن كانوا من أعدائه، وقد وقع هذا المبشر به، وأما الأمر بعد حصول النصر والفتح، فأمر رسوله أن يشكر ربه على ذلك، ويسبح بحمده ويستغفره، وأما الإشارة، فإن في ذلك إشارتين: إشارة لأن يستمر النصر لهذا الدين (1) ، ويزداد عند حصول التسبيح بحمد الله واستغفاره من رسوله، فإن هذا من الشكر، والله يقول: {لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ} وقد وجد ذلك في زمن الخلفاء الراشدين وبعدهم في هذه الأمة لم يزل نصر الله مستمرًا، حتى وصل الإسلام إلى ما لم يصل إليه دين من الأديان، ودخل فيه ما لم يدخل في غيره، حتى حدث من الأمة من مخالفة أمر الله ما حدث، فابتلاهم الله (2) بتفرق الكلمة، وتشتت الأمر، فحصل ما حصل.
[ومع هذا] فلهذه الأمة، وهذا الدين، من رحمة الله ولطفه، ما لا يخطر بالبال، أو يدور في الخيال.
وأما الإشارة الثانية، فهي الإشارة إلى أن أجل رسول الله صلى الله عليه وسلم قد قرب ودنا، ووجه ذلك أن عمره عمر فاضل أقسم الله به.
وقد عهد أن الأمور الفاضلة تختم بالاستغفار، كالصلاة والحج، وغير ذلك.
فأمر الله لرسوله بالحمد والاستغفار في هذه الحال، إشارة إلى أن أجله قد انتهى، فليستعد ويتهيأ للقاء ربه، ويختم عمره بأفضل ما يجده صلوات الله وسلامه عليه.
فكان صلى الله عليه وسلم يتأول القرآن، ويقول ذلك في صلاته، يكثر أن يقول في ركوعه وسجوده: ” سبحانك اللهم وبحمدك، اللهم اغفر لي“
