oleh

Syukur: Antara Kewajiban, Keutamaan dan Realita

Syukur merupakan kewajiban seorang hamba. Syukur adalah wujud rasa terimakasih seseorang ketika memperoleh nikmat. Semakin besar kenikmatan yang kita peroleh maka semakin besar pula syukur yang harus kita tunaikan.

Namun, realita yang ada justru sebaliknya! Banyak orang yang lalai dari rasa syukur tersebut. Padahal di dalam syukur itu sendiri terdapat berbagai keutamaan besar.

Keutamaan Syukur

Dengan berbagai limpahan nikmat yang Allah berikan, maka tugas kita adalah mensyukurinya. Bagaimana seorang bisa lalai dari bersyukur kepada Allah, padahal Allah telah memastikan adanya tambahan nikmat bagi orang yang mau bersyukur kepada-Nya. Allah Ta’ala berkata,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian.” (Ibrahim: 7)

Allah Ta’ala pun tidak akan mengadzab hamba-Nya yang mau bersyukur. Allah Ta’ala berkata,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (an-Nisa: 147)

Sedangkan bagi orang yang tidak mau bersyukur, maka Allah mengancamnya dengan adzab. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“dan jika kalian kufur (terhadap nikmat-ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)

Pada ayat yang lain Allah Ta’ala memerintah hamba-Nya untuk bersyukur dan melarang mereka dari perbuatan kufur. Allah Ta’ala berfirman,

وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“dan bersyukurlah kepadaku dan janganlah kalian kufur.” (al-Baqarah: 152)

Realitanya Banyak Manusia Tidak Bersyukur

Alangkah benar ucapan Allah Ta’ala dalam kitab-Nya,

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)

Maka ketahuilah! Manusia kurang bersyukur tak lain karena kurangnya pengetahuan tentang Islam dan kelalaian mereka. Tidak mungkin mereka berfikir untuk mensyukuri nikmat jika tidak mengetahui nikmat itu sendiri. Namun, setelah mengetahui nikmat tersebut, kebanyakan mereka menyangka bahwa syukur itu sekadar ucapan lisan. Mereka tidak mengetahui bahwa arti syukur yang sebenarnya tak sebatas di lisan namun juga menggunakan nikmat Allah untuk menyempurnakan hikmah dan tujuan penciptaan nikmat tersebut, yaitu ketaatan kepada Allah.


Baca Juga: Tujuan Hidup Manusia dan Jin Ternyata Sama


Renungan

Alkisah ada orang yang mengeluhkan kemiskinannya kepada orang yang berilmu. Dia menampakkan kesedihannya karena kemiskinan yang ia rasakan. Orang yang berilmu tadi bertanya, “Apakah kamu suka memiliki uang sepuluh ribu dirham tapi menjadi buta?”

Dia menjawab: “Tidak.”

“Apakah kamu suka menjadi bisu, tetapi memiliki uang sepuluh ribu dirham?” Ia menjawab, “Tidak”.

“Apakah kamu suka jika kedua tangan dan kakimu putus tetapi kamu memiliki uang 20.000 dirham?” ia juga menjawab, “Tidak”.

“Apakah kamu senang jika dirimu menjadi gila tetapi memiliki uang sepuluh ribu dirham?” ia pun tetap menjawab, “Tidak”.

Orang yang berilmu itu pun bertanya: “Tidak malukah kamu mengeluhkan Tuanmu yang memiliki sesuatu senilai 50.000 dirham pada dirimu?”1

Maka dari itu perhatikanlah nikmat Allah kepada Anda supaya Anda semakin bersyukur. Nikmat yang Anda ketahui hanya nikmat makan, padahal ini nikmat yang paling rendah. Yang Anda ketahui hanyalah Anda merasa lapar lalu makan, padahal hewan ternak pun demikian.

Kalaulah apa yang Anda ketahui dari diri anda hanyalah apa yang diketahui oleh keledai pada dirinya, bagaimana mungkin Anda bersyukur kepada Allah?

Semua nikmat yang Anda ketahui dan yang diketahui seluruh makhluk adalah berasal dari Allah. Jika dibandingkan dengan nikmat-nikmat yang tidak mereka ketahui, nikmat yang diketahui itu lebih sedikit daripada setetes air di lautan.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”. (an-Nahl: 18)

Allah ‘Azza wa Jalla mengulang berkali-kali di dalam surah Ar-Rahman firman-Nya,

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?”.

Demikian sekelumit renungan tentang syukur sebagai kewajiban kita kepada Allah, serta keutamaan dan realita yang ada.

IKH-ALF


1 Dari Kitab Minhajul Qasidin karya Ibnu Qudamah