oleh

Sudahkah Anda Beradab Terhadap Allah?

Tutur kata yang santun, menghormati yang lebih tua, bersimpati kepada yag muda, murah senyum, pemaaf; siapapun yang melihat orang yang berperangai demikian pasti akan menilai bahwa orang terebut memiliki budi pekerti baik.

Semestinya tidak sebatas ini tolok ukur akhlak mulia. Kebanyakan manusia lupa menilai bagaimana akhlak terhadap Sang Pencipta. Padahal akhlak terhadap Allah harus lebih dicermati dengan seksama, serta direalisasikan pada hari-hari kita yang tersisa.

Maka tidaklah seorang dikatakan memiliki budi pekerti baik sampai ia beradab terhadap Allah kemudian beradab kepada manusia. Permasalahan ini lah yang harus diperhatikan bagi yang mengaku seorang muslim.

Adab Terhadap Allah Berporos Pada 3 Perkara

Pembaca yang budiman, budi pekerti yang baik terhadap Allah berporos pada tiga perkara berikut:

Yang pertama: benar-benar menerima serta menerapkan hukum-hukum Allah. Jika menolak salah satu dari hukum Allah, baik mengingkarinya; sombong tidak mau beramal denganya; atau meremehkanya, maka telah hilang darinya akhlak yang baik kepada Allah.

Sepert shalat. Shalat merupakan perkara yang berat bagi sebagian orang. Hawa nafsu yang mendominasi serta iming-iming dunia terkadang menjadi sebuah penghalang. Beralasan kerja, sekolah , dan sebagainya membuatnya menunda shalat padahal adzan telah berkumandang sampai habis waktunya.

Padahal shalat ini terasa berat bagi orang munafik –semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan-, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَثْقَلُ الصَّلاَةِ عَلَى المُنَافِقِيْنَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الصُّبْحِ

Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya dan subuh” (HR. al-Bukhari, dari Sahabat Abu Hurairah)1

Dan tidak berat bagi orang beriman, sebagaimana kata Allah,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(al-Baqarah: 45-46)

Maka tegakkanlah sholat dalam keadaan hatimu lapang dan tentram. Engkau bahagia ketika melaksanakannya. Menantikannya ketika hampir datang waktunya. Ketika selesai Subuh engkau rindu akan datangnya Dzuhur. Kala selesai Dzuhur, hatimu rindu akan tibanya waktu Ashar. Dan terus demikian hatimu berkaitan erat dengan shalat. Maka yang seperti ini tidak diragukan merupakan akhlak yang baik kepada Allah.

Yang kedua: Membenarkan seluruh berita yang datang dari Allah. Tidak ragu sedikitpun. Ya, seorang mu’min yang benar-benar tertanam pada dirinya benih keimanan pasti tidak akan ragu, karena Allah sendiri yang mensifati diri-Nya dalam Al-Qur’an,

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?”.(an-Nisa: 87)

Yang ketiga: Bersabar serta ridho terhadap seluruh ketetapan dan takdir Allah pada kehidupan kita.

Kita semua pasti merasakan takdir yang Allah tetapkan terkadang tak sesuai dengan harapan. Semua orang pasti ingin sehat. Tapi, rasa sakit terkadang harus menyengat. Semua orang ingin sukses. Namun, terkadang kegagalan menjadi sebuah proses. Semua pribadi pasti ingin bahagia. Hanya saja, perilaku buruk orang lain terkadang mau gak mau harus kita terima.

Maka seorang mukmin hendaknya faham, tidaklah Allah menakdirkan hal tersebut kecuali dengan kebijaksanaan, dengan hikmah yang sarat akan pelajaran serta tujuan indah yang terkadang Allah sembunyikan. Yang semua itu mengharuskan kita untuk memuji dan bersyukur kepada-Nya.

Maka akhlak yang baik kepada Allah dalam menyikapi ketetapan-Nya adalah dengan kita ridha, menerima serta sabar. Karenanya Allah memuji orang yang bersabar daam firman-Nya,

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (al-Baqarah: 155-156).


Baca Juga: Ikhlas, Adab yang Paling Utama


Mari Berhias Dengan Adab dan Akhlak Mulia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang-orang beriman yang paling sempurna kaimanannya adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Ahmad no. 7402; Abu Dawud no. 4682; at-Tirmidzi no. 1162, Sahih)2

Sudah sepantasnya kita berusaha untuk berhias dengan adab dan akhlak yang mulia agar kita termasuk orang yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sifatkan.

Perhatikanlah adab kepada Allah, serta terapkan! Tak berguna murah senyum jika perintah- perintah Allah diremehkan. Tak berguna tutur kata yang baik, jika berita dari Allah kau acuhkan. Bagaimana akan memasuki surga-Nya, jika ketetapan serta takdir-Nya kau cela habis-habisan?!

Beradablah kepada Allah serta manusia, insyaAllah bagimu surga.

IKH-ALF


1Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari secara muallaq. Dinyatakan sahih di dalam Irwa’ al-Ghalil (486)

2 Lihat Silsilah Ahadits Shahihah (284)