oleh

Rahasia di balik Ucapan Aku Mencintaimu karena Allah

Sering kita mendengar ucapan “aku mencintaimu karena Allah”. Akan tetapi, mungkin banyak yang tidak mengetahui makna dan esensi dari ucapan tersebut.

Cinta adalah perbuatan hati yang dapat bernilai ibadah sehingga akan mendapatkan pahala dari sisi Allah Ta’ala. Sebaliknya, cinta bisa juga menjadi sebab seseorang mendapatkan dosa, yaitu ketika ia salah dalam menempatkan rasa cintanya.

Makna Cinta pada Ucapan “Aku Mencintaimu karena Allah.”

Makna cinta pada ucapan ini adalah engkau tidak mencintainya melainkan hanya mengharap keridhoan Allah Ta’ala.1 Sehingga kecintaannya kepada yang ia cintai bukan karena harta, ketampanan, kedudukan, dan tujuan-tujuan dunia lainnya.

Melainkan karena ia adalah seorang muslim yang istiqamah di atas ketaatan kepada Allah, selalu mengerjakan perintah-perintah-Nya, bertakwa, dan berperangai dengan kebaikan.2


Baca juga: Hakikat Cinta Rasul yang Sebenarnya


Dalil tentang Ucapan “Aku Mencintaimu karena Allah”

Termasuk yang diajarkan dalam syariat islam yang mulia ini ketika kita mencintai seseorang karena Allah adalah mengucapkan “Aku mencintaimu karena Allah” kepada orang tersebut. Berikut ini adalah dalil tentang disyariatkannya hal tersebut.

1.     Perintah Mengucapkan “Aku Mencintaimu karena Allah” Beserta Jawabannya

Disebutkan dalam sebuah hadits, ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintai Fulan.”

Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah mengabarkan (rasa cinta tersebut) kepadanya?” Ia pun menjawab, “Belum, wahai Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kabarkan (rasa cintamu) kepadanya.” Dalam Riwayat lain ada tambahan, “Niscaya akan semakin erat rasa cinta di antara kalian berdua.”3

Kemudian ia pun mendatangi orang yang dicintainya seraya mengatakan,

إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ

“Sungguh aku mencintaimu karena Allah.”

Kemudian dijawab oleh orang yang ia cintai,

أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ

“Semoga engkau dicintai oleh Dzat yang engkau mencintaiku karena-Nya.”4

2.     Ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam  “Aku Mencintaimu karena Allah”

Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu seraya bersabda,

يَا مُعَاذُ، إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ

“Wahai Mu’adz, sungguh aku mencintaimu karena Allah.”

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu menjawab,

وَأَنَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ

“Demi Allah wahai Rasulullah, aku juga mencintaimu karena Allah”

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada Mu’adz bin Jabal sebuah do’a yang dibaca di akhir shalat.5

Keutamaan Mencintai karena Allah Ta’ala

Terdapat banyak keutamaan dari mencintai karena Allah, di antaranya adalah,

1.      Mendapatkan naungan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berkata dalam hadits qudsi, “Mana hamba-hamba-Ku yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini mereka akan Aku beri naungan, yaitu hari yang tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Ku saja.”6

2.      Termasuk amalan yang paling utama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling utama adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah Ta’ala.”7

3.      Merupakan pilar keimanan yang terkuat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tali keimanan yang terkuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah Ta’ala.”8

4.      Mendapatkan kecintaan dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berkata dalam hadits qudsi, “Hamba-hamba-Ku yang saling mencintai karena Aku akan mendapatkan kecintaan dari-Ku.”9

5.      Mendapatkan tempat yang terbuat dari cahaya.

Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi: “Hamba-hamba-Ku yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka akan mendapatkan beberapa tempat yang terbuat dari cahaya. Yang para Nabi dan kaum syuhada’ ingin mendapatkannya.”10

6.      Masuk ke dalam surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

“Tidaklah kalian masuk ke dalam surga, kecuali kalian telah beriman. Dan tidaklah sempurna keimanan kalian, sampai kalian saling mencintai satu dengan yang lainnya.”11

Dari hadits ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya saling mencintai karena Allah kemudian mengucapkan ‘aku mencintaimu karena Allah’ termasuk amalan yang dapat menyempurnakan keimanan seseorang, dan dengan keimanan tersebut ia akan masuk surga.

Hukuman Mencintai Bukan karena Allah Ta’ala

Selain saling mencintai karena Allah kemudian mengucapkan ‘aku mencintaimu karena Allah’, ada di sana yang mencintai bukan karena Allah. Merekalah yang akan mendapatkan hukuman. Di antara hukumannya adalah,

1.     Penyesalan pada Hari Kiamat

Allah Ta’ala berkata,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ۝ يَاوَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ۝ لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim menggigit dua tangannya (karena menyesali perbuatannya), seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan (yang telah menyesatkanku) itu sebagai teman akrab(ku).

Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27 – 29).

2.     Teman Dekat di Dunia Menjadi Musuh di Akhirat

Allah Ta’ala berkata,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)

Penutup

Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberi taufik-Nya kepada kita untuk saling mencintai karena Allah kemudian mengucapkan ‘aku mencintaimu karena Allah’ kepada orang yang shaleh. Aamiin… (AAA/LTC/JFR)

Penulis: Abdullah al-Atsari

Referensi:

  • Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih. Karya Imam Ali bin Muhammad Abul Hasan al-Mula al-Harawi al-Qari rahimahullah (W. 1014 H)
  • Syarh Sunan Abi Dawud Lil’abbad. Karya Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad hafizhahullah.

Footnotes

  1. Lihat Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih 8/3132.

    الْمَحَبَّةِ فِي اللَّهِ أَيْ: لَا يُحِبُّهُ لِغَرَضٍ سِوَى مَرْضَاةِ مَوْلَاهُ

  2. Lihat Syarh Sunan Abi Dawud Lil’abbad 582/28.

    وإنما يحب لكونه مسلماً مستقيماً على طاعة الله، وكونه ممتثلاً لأوامر الله، وكونه من أهل التقى والصلاح

  3. HR. Ahmad no. 13535. Hadits shahih. Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

    قُمْ فَأَخْبِرْهُ تَثْبُتِ الْمَوَدَّةُ بَيْنَكُمَا

  4. HR. Abu Dawud no. 5125 dan Ahmad no. 12590. Hadits shahih. Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

    أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَعْلَمْتَهُ؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «أَعْلِمْهُ» قَالَ: فَلَحِقَهُ، فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ، فَقَالَ: أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ

  5. HR. Abu Dawud no. 999. Shahih. Dari shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.

    لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِيَدِي، فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ» . قَالَ: قُلْتُ: وَأَنَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ. قَالَ: «أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ تَقُولُهَا فِي دُبُرِ صَلَاتِكَ؟ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ»

  6. HR. Muslim no. 2566. Dalam shahihnya. Dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

    يَقُولُ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بجَلاَلِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي

  7. HR. Abu Dawud no. 4599. Shahih. Dari shahabat Abu Dzar radhiyallahu’anhu.

    أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ الْحُبُّ فِي اللَّهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ

  8. HR. Ahmad no. 18524. Hadits hasan. Dari shahabat al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu.

    أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحَبُّ فِي اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ

  9. HR. Malik no. 1711. Hadits shahih. Dari shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.

    قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ

  10. HR. Tirmidzi no. 2390 dan Ibnui Hibban 577. Berkata Tirmidzi: Hadits hasan shahih. Dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.

    الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلَالِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ

  11. HR. Muslim 93 – (54), di dalam shahihnya. Dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

    لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا