oleh

Penjelasan Ulama Tentang Kandungan Surat an-Naas

-Tafsir-1,037 views

Surat an-Naas terdiri dari enam ayat dan tergolong surat Makkiyah (yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa salam). Surat an-Naas dan al-Falaq disebut juga dengan al-Muawwizatain (dua surat yang berisi memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala).

Secara umum, kandungan surat ini tentang perintah kepada manusia untuk berlindung kepada Allah Ta’ala dari segala bentuk bisikan jahat setan yang dihembuskan ke dalam jiwa manusia, baik dari bangsa jin ataupun manusia. Mari kita simak sejenak penjelasan para ulama ahli tafsir mengenai surat ini.

Kandungan Surat an-Naas Secara Umum

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,

“Surat ini (surat an-Naas) terdapat padanya al-Isti’azah (meminta pertolongan) kepada Rabb, Penguasa dan Sesembahan manusia dari setan, dimana setan merupakan pangkal seluruh kejelekan dan porosnya. Di antara bentuk fitnah dan kejelekan setan adalah dia membisikkan (kejelekan) kepada dada manusia. Setan juga menghias-hiasi kejelekan agar terlihat indah untuk membangkitkan hasrat manusia supaya melakukannya.

Sebaliknya, setan menggambarkan perkara yang baik menjadi jelek dan menghalangi manusia dari kebaikan tersebut. Setan menggambarkan sesuatu bukan dengan gambaran sebenarnya.

Demikianlah setan senantiasa melakukan hal tersebut, membisiki manusia kemudian bersembunyi, yaitu dengan menunda bisikannya ketika seorang hamba mengingat Rabbnya dan meminta pertolongan agar terhindar darinya.

Maka sepantasnya untuk selalu meminta pertolongan, bantuan dan penjagaan dengan rububiyah Allah. Sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah ar-Rububiyyah dan al-mulk (kekuasaan Allah), bahkan seluruh hewan melata, Allah Ta’ala lah yang memegang kendalinya.”1

Kandungan Surat an-Naas Ayat per Ayat

Setelah kita mengetahui kandungan surat an-Nas secara umum, berikut ini akan kami paparkan kandungan surat an-Nas ayat per ayatnya. Keterangan kandungan ayat kami nukilkan dari para ulama ahli tafsir yang kompeten.


Baca juga : Proses Turunnya Al Quran


Ayat Pertama

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Rabb (Sesembahan) manusia’.” (an-Naas: 1)

Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani rahimahullah berkata,

“Makna (Rabb manusia) adalah penguasa urusan manusia dan yang memperbaiki keadaan mereka. Penyebutan bahwasanya Allah Ta’ala hanya Sesembahan satu-satunya bagi manusia, padahal Allah Ta’ala adalah Sesembahan bagi seluruh makhluk-Nya bertujuan untuk menampakkan kemuliaan manusia dan karena al-Isti’azah (meminta perlindungan) ditujukan untuk berlindung dari bisikan jelek yang dihembuskan ke dalam dada manusia.”2

Ayat Kedua

مَلِكِ النَّاسِ

“Raja manusia.” (an-Naas: 2)

Seorang ahli tafsir al-Qur’an dari generasi sahabat yaitu Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Yakni raja bagi jin dan manusia.”3


Baca juga : Benarkah Meminta Perlindungan Kepada Selain Allah Syirik?


Ayat Ketiga

إِلَهِ النَّاسِ

“Sesembahan manusia.” (an-Nass: 3)

Sahabat Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu juga menjelaskan,

“Yakni pencipta jin dan manusia.”4

Imam ath-Thabari rahimahullah berkata,

“Yaitu, Sesembahan manusia yang mana seluruh ibadah,hanya ditujukan kepada Allah semata tidak kepada segala sesuatu selain-Nya.”5

Imam al-Qurtubi rahimahullah berkata,

“Hanyalah Allah Ta’ala berfirman: (Raja manusia. Sesembahan manusia) karena manusia memiliki raja-raja juga, sehingga Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia lah raja mereka semua. Meskipun di antara manusia ada yang menyembah kepada selain Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia lah sesembahan mereka semua. Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang wajib dijadikan satu-satunya tempat memohon pertolongan dan perlindungan bukan (memohon pertolongan dan perlindungan) kepada para raja dan tokoh pembesar (dari kalangan manusia).”6

Ayat Keempat

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

“Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.” (an-Naas: 4)

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata,

“Berkata az-Zajjaj: yakni setan yang memiliki bisikan jahat. ‘Al-khonnas’ adalah ar-Rajja’ yaitu setan yang mendekam pada hati manusia. Apabila manusia berdzikir kepada Allah, maka dia bersembunyi, namun apabila manusia lalai, maka iapun kembali membisikkan (kejelekan pada hati manusia).”7

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Berkata Said bin Jubair rahimahullah, dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pada firman Allah Ta’ala (الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ), beliau berkata; ‘yakni setan yang mendekam pada hati bani Adam, apabila (manusia) lupa dan lalai (dari berdzikir kepada Allah) maka setan pun membisikinya, namun ketika manusia mengingat Allah (berdzikir kepada Allah) setan pun bersembunyi.’ Demikianlah yang dikatakan oleh Imam Mujahid dan Qatadah rahimahumallah.”8

Ayat Kelima

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (an-Naas: 5)

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata,

“Yakni dengan ucapan yang samar, sehingga maksud serta tujuan dari ucapan tersebut akan sampai pada hati manusia tanpa terdengar.”9

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata,

“Berkata al-Imam Muqatil rahimahullah: sesungguhnya ada setan berbentuk babi yang berjalan di urat nadi bani Adam. Allah Ta’ala yang menguasakannya atas hal tersebut. Itulah (makna) firman Allah Ta’ala;

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”

Pada as-Shahih (diriwayatkan) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan berjalan di tempat akuran darah (urat nadi) bani adam.”10

Hadits ini menguatkan apa yang telah diucapkan imam Muqatil rahimahullah.”11

Ayat Keenam

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

“Dari (golongan) jin dan manusia.”

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata,

“Dikabarkan bahwasanya yang membisiki (memberi was-was) terkadang berasal dari manusia.

Berkata Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah,

‘Keduanya adalah dua setan, adapun setan dari jin maka dia membisiki pada dada manusia, sedangkan setan dari manusia maka dia datang (membisiki) dengan terang-terangan.’

Berkata imam Qatadah rahimahullah: ‘Sesungguhnya jin memiliki banyak setan dan begitu pula pada manusia, terdapat banyak setan, maka berlindunglah kepada Allah dari setan, baik dari kalangan manusia maupun jin.”12

Faidah Cara Berlindung dari Gangguan Setan

Asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi rahimahullah memberikan tips untuk berlindung dari bisikan atau ganggungan setan, beliau berkata,

“Sesungguhnya setan dari kalangan jin akan lari ketika (seseorang) beristi’azah (meminta pertolongan) kepada Allah Ta’ala. Adapun setan dari kalangan manusia maka butuh dengan usaha, kesungguhan dan kesabaran. Sebagaimana bimbingan pada firman Allah Ta’ala,

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fussilat: 35).13

Demikianlah pembahasan kita mengenai kandungan surat an-Naas. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dari bisikan jahat setan baik dari kalangan jin maupun manusia. Aamiin. LHL-AAA/IWU

Penulis: Lekat Hidayat

Referensi

  • Adhwa’ul Bayan karya Syaikh Muhammad Amin bin Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi -Usia 13- rahimahullah (W. 1393 H).
  • Al-Ja’mi’ Li Ahkamil Qur’an karya Imam Abu Abdillah Muhammad al-Qurthubi rahimahullah (600- 671 H/1204-1273 M).
  • Fathul Qadir karya Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani rahimahullah (W. 1250 H).
  • Ja’mi’ al-Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an karya Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari rahimahullah (224-310 H/839-923 M)
  • Ma’alim at-Tanzil Fi Tafsiril Qur’an karya Imam Abu Muhammad al-Husain al-Baghawi rahimahullah (W. 510 H).
  • Tafsirul Qur’anil Adzim karya Imam Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir rahimahullah (W. 700-774 H).
  • Taisirul Karimurrahman karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah (W. 1376 H).
  • Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibni Abbas karya Imam al-Fairuz Abadi rahimahullah (W 817 H).

Footnotes

  1. Taisirul Karimurrahman (937)

    وهذه السورة مشتملة على الاستعاذة برب الناس ومالكهم وإلههم، من الشيطان الذي هو أصل الشرور كلها ومادتها، الذي من فتنته وشره، أنه يوسوس في صدور الناس، فيحسن [لهم] الشر، ويريهم إياه في صورة حسنة، وينشط إرادتهم لفعله، ويقبح لهم الخير ويثبطهم عنه، ويريهم إياه في صورة غير صورته، وهو دائمًا بهذه الحال يوسوس ويخنس أي: يتأخر إذا ذكر العبد ربه واستعان على دفعه. فينبغي له أن [يستعين و] يستعيذ ويعتصم بربوبية الله للناس كلهم. وأن الخلق كلهم، داخلون تحت الربوبية والملك، فكل دابة هو آخذ بناصيتها.

  2. Fathul Qadir (624/5)

    وَمَعْنَى رَبِّ النَّاسِ: مَالِكُ أَمْرِهِمْ وَمُصْلِحُ أَحْوَالِهِمْ، وَإِنَّمَا قَالَ رَبِّ النَّاسِ مَعَ أَنَّهُ رَبُّ جَمِيعِ مَخْلُوقَاتِهِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى شَرَفِهِمْ، وَلِكَوْنِ الِاسْتِعَاذَةِ وَقَعَتْ مِنْ شَرِّ مَا يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِهِمْ

  3. Tanwirul Miqbas Min Tafsiri Ibnu Abbas (522)

    مَالك الْجِنّ وَالْإِنْس

  4. Tanwirul Miqbas Min Tafsiri Ibnu Abbas (522)

    خَالق الْجِنّ وَالْإِنْس

  5. Jami’ al-Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an (709/24)

    معبود الناس، الذي له العبادة دون كل شيء سواه.

  6. Al-Ja’mi’ Li Ahkamil Qur’an (261/20)

    إنما قَالَ: مَلِكِ النَّاسِ إِلهِ النَّاسِ لِأَنَّ فِي النَّاسِ مُلُوكًا يَذْكُرُ أَنَّهُ مَلِكُهُمْ. وَفِي النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ غَيْرَهُ، فَذَكَرَ أَنَّهُ إِلَهُهُمْ وَمَعْبُودُهُمْ، وَأَنَّهُ الَّذِي يَجِبُ أَنْ يُسْتَعَاذَ بِهِ وَيُلْجَأَ إليه، دون الملوك والعظماء.

  7. Ma’alim at-Tanzil FI Tafsiril Qur’an (597/8)

    قَالَ الزَّجَّاجُ: يَعْنِي: الشَّيْطَانَ ذَا الْوَسْوَاسِ “الْخَنَّاسِ” الرَّجَّاعِ، وَهُوَ الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ الْإِنْسَانِ، فَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ خَنَسَ وَإِذَا غُفِلَ وَسْوَسَ.

  8. Tafsirul Qur’anil Adzim (540/8)

    وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ: {الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ} قَالَ: الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ، فَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ، فَإِذَا ذَكَرَ اللَّهُ خَنَس. وَكَذَا قَالَ مُجَاهِدٌ، وَقَتَادَةُ.

  9. Ma’alim at-Tanzil FI Tafsiril Qur’an (336/5)

    بِالْكَلَامِ الْخَفِيِّ الَّذِي يَصِلُ مَفْهُومُهُ إِلَى الْقَلْبِ مِنْ غَيْرِ سَمَاعٍ.

  10. HR. al-Bukahri no. 7171 di dalam shahihnya dan selainnya dari sahabiyyah Safiyyah bintu huyayyin radhiyallahu ‘anha.
  11. Al-Ja’mi’ Li Ahkamil Qur’an (263/20)

    قَالَ مُقَاتِلٌ: إِنَّ الشَّيْطَانَ فِي صُورَةِ خِنْزِيرٍ، يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ فِي الْعُرُوق، سَلَّطَهُ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. وَفِي الصَّحِيحِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [أَنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ]. وَهَذَا يُصَحِّحُ مَا قَالَهُ مُقَاتِلٌ.

  12. Al-Ja’mi’ Li Ahkamil Qur’an (263/20)

    أَخْبَرَ أَنَّ الْمُوَسْوِسَ قَدْ يَكُونُ مِنَ النَّاسِ. قَالَ الْحَسَنُ: هُمَا شَيْطَانَانِ، أَمَّا شَيْطَانُ الْجِنِّ فَيُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ، وَأَمَّا شَيْطَانُ الْإِنْسِ فَيَأْتِي عَلَانِيَةً. وَقَالَ قَتَادَةُ: إِنَّ مِنَ الْجِنِّ شَيَاطِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْإِنْسِ شَيَاطِينَ، فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ.

  13. Adhwa’ul Bayan (9/190)

    فَإِنَّ شَيْطَانَ الْجِنِّ يَنْدَفِعُ بِالِاسْتِعَاذَةِ مِنْهُ بِاللَّهِ، وَيَكْفِيهِ ذَلِكَ ; لِأَنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا.

    أَمَّا شَيْطَانُ الْإِنْسِ فَهُوَ فِي حَاجَةٍ إِلَى مُصَانَعَةٍ وَمُدَافَعَةٍ وَالصَّبْرِ عَلَيْهِ، كَمَا يُرْشِدُ إِلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ [41 \ 35].