oleh

Menghilangkan Petaka dengan Air Mata Taubat (Bag.1)

Pembaca islamhariini yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala…

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam sebuah ayat-Nya:

إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya manusia itu teramat zhalim lagi sangat bodoh.”(Al Ahzab : 72)

Di dalam ayat ini, Rabb kita menggambarkan dua watak asli manusia, yaitu bodoh dan zhalim. Dua hal tersebut berkonsekuensi bahwa manusia (termasuk kita) memiliki banyak cela dan dosa. Allah juga menyebutkan watak lain dari manusia sebagaimana dalam firmanNya :

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya manusia amatlah zhalim lagi sangat kufur.” (Ibrahim: 34)

Imam As Sa’dy rahimahullah mengatakan tatkala menjelaskan tafsir ayat di atas:

“Inilah watak asli manusia, yang mana mereka sangat zhalim, melampaui batas dalam hal kemaksiatan, kurang dalam menunaikan hak-hak Allah Ta’ala, kufur terhadap nikmatNya, tidak bersyukur dan tidak mau mengakui bahwa semua nikmat itu berasal dariNya.”1

Dosa menuai petaka

Beranjak dari sebuah ayat di dalam Al Qur’an yang berbunyi:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar Ruum: 41).

Kita melihat bencana banjir yang menerjang kaum Nabi Nuh, penenggelaman Fir’aun dan Qarun, guntur dan suara menggelegar yang membinasakan kaum Nabi Shalih dan berbagai adzab lainnya yang menimpa umat-umat terdahulu. Semua itu berawal dari perbuatan mereka sendiri. Kemudian kita melihat apa yang menimpa kita sekarang dari berbagai bencana yang ada seperti gempa bumi, tsunami, wabah dsb. Maka tidaklah semua itu terjadi kecuali karena sebab ulah tangan kita semua.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah mengubah suatu kenikmatan yang telah Ia berikan kepada manusia kecuali karena sebab perbuatan mereka sendiri. Sebagaimana Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d :11)


Baca Juga: Akibat Dosa dan Kemaksiatan


Allah Ta’ala menjelaskan bagaimana proses seorang hamba mengubah nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada mereka menjadi sebuah petaka dan bencana, sebagaimana dalam ayatNya :

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (An Nahl : 112)

Allah Ta’ala menjelaskan secara jelas di dalam ayat di atas bagaimana proses tersebut. Yaitu dengan mengkufuri kenikmatan-kenikmatan yang telah Ia berikan, tidak mensyukurinya, dan justru membalas karunia yang ada dengan perbuatan dosa.

Kita melanggar batasan-batasan syariat Allah, melalaikan kewajiban yang Allah bebankan kepada kita. Perintah Rasul kita tinggalkan, maksiat dan khurafat kita ramaikan. Padahal Allah telah memperingatkan bahwa semua perbuatan tersebut adalah sebab datangnya petaka dan bencana. Allah Ta’ala berfirman :

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An Nuur :63)

Teguran dan peringatan tersebut tidak kita pedulikan, bahkan tetap asyik dan semakin bertambah kemaksiatan kita. Tidaklah ayat-ayat Al Qur’an membuat kita kembali kepada kebenaran, justru membuat kita lari dari kebenaran tersebut. Allah menjelaskan keadaaan tersebut di dalam ayatNya:

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا نُفُورًا

“Dan sesungguhnya dalam Al Qur’an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (Al Isra’: 41)


Baca Juga: Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Kesedihan?


Atas dasar semua itu, Allahpun memperlihatkan sedikit dari kekuatanNya dan kekuasaanNya sebagai peringatan yang berikutnya. Dengan tujuan agar kita mau dan bersedia untuk kembali rujuk dari kemaksiatan dan dosa kita. Agar kita kembali ingat bahwa kita semua adalah hamba-hamba yang lemah lagi butuh kepada Allah Ta’ala. Lalu dengan itu, kitapun bertaubat kepada-Nya atas dosa-dosa yang kita perbuat.

Tidaklah Allah menimpakan semua itu kecuali karena dosa dan kemaksiatan kita. Yang mana semua itu hanya sebahagian saja dan masih terlalu banyak yang Ia maafkan dari kita. Allah berfiman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura: 30)

Bersambung… JR-AAK


1 Tafsir karim Ar Rahman