oleh

Larangan Mengolok-Olok Al-Qur’an dan Duduk Bersama Pelakunya

Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah, kitab Suci yang mulia, tidak akan ditemukan cacat sedikitpun dan tak bisa diperbandingkan dengan kitab-kitab manusia. Kitab Suci Al-Qur’an menjadi petunjuk yang sempurna bagi umat manusia, penunjuk jalan yang lurus, dan cahaya yang terang benderang serta obat penyembuh bagi hati yang sakit. Allah Ta’ala telah berfirman:

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

“Sungguh al-Quran itu adalah bacaan yang mulia.” (al-Waqi’ah: 77).

Pada ayat lain Allah Ta’ala melarang dari mengolok-olok al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka Jahanam.” (an-Nisa: 140)

Imam Abu Ja’far ath-Thabari rahimahullah berkata,

“Pada ayat ini terdapat keterangan yang jelas tentang larangan untuk bermajelis bersama pelaku keburukan dengan segala macamnya, baik dari kalangan pelaku bid’ah maupun pelaku kemaksiatan ketika mereka membicarakan topik yang buruk.

Semisal dengan itu, sebagian besar para imam terdahulu, mereka menjelaskan makna ayat ini bahwasanya ayat ini menunjukkan larangan untuk turut menyaksikan segala bentuk perbuatan buruk ketika para pelakunya sedang membahas keburukan tersebut.”i

Kandungan Ayat Perkalimat

Untuk mempermudah dalam memahami ayat di atas, mari kita bahas ayat di atas satu bagian demi satu bagian,

Bagian Pertama

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an.”

Ulama pakar ilmu tafsir al-Qur’an Syaikh Abdurrahman bin Nashir rahimahullah berkata,

“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kepada kalian mengenai apa yang telah Dia turunkan berupa hukum syar’i dalam menghadiri majelis orang kafir dan pelaku maksiat.”ii

Bagian Kedua

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ

“Bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah.”

Imam al-Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yaitu al-Qur’an.”iii

Bagian Ketiga

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ

“Diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka.”

Imam al-Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yaitu janganlah duduk bermajelis dengan orang-orang yang memperolok-olok al-Qur’an.”iv

Bagian Keempat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ

“Sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain.”

Imam al-Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yaitu sampai mereka masuk pada pembicaraan selain olok-olokan terhadap Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan al-Qur’an. Ini merupakan isyarat kepada ayat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan dalam surat al-An’am,

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain.” (al-An’am: 68)v

Imam adh-Dhahhak rahimahullah meriwayatkan sebuah penjelasan (mengenai ayat di atas) dari sahabat Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau berkata,

“Masuk ke dalam ayat ini seluruh orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama, begitu pula pelaku bid’ah hingga hari kiamat.”vi

Bagian Kelima

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ

“Tentulah kamu serupa dengan mereka.”

Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yaitu (serupa) dalam hal dosa.”vii

Hukum Duduk Bersama Yang mengolok-olok Al-Qur’an

Imam al-Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Apabila kalian duduk dengan mereka dalam keadaan mereka mengolok-olok al-Qur’an dan kalian ridha dengan perbuatan tersebut, maka kalian telah kafir seperti mereka. Namun, jika mereka memulai pembicaraan yang lain maka tidak mengapa kalian duduk bersama mereka, dengan makruhnya perbuatan tersebut.

Berkata al-Hasan; tidak boleh duduk bersama mereka (yaitu orang-orang yang mengolok-olok al-Qur’an) meskipun mereka telah membicarakan pembicaraan yang lain, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang lalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (al-An’am: 68)

Sebagian besar ulama perpendapat dengan pendapat yang pertama (tercelanya -makruhnya- duduk bersama orang-orang yang mengolok-olok syariat, meskipun mereka sudah masuk pembicaraan yang lain).”viii

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata,

“Maka potongan ayat ini menunjukkan bahwa wajibnya menjauh dari pelaku maksiat ketika muncul kemungkaran dari mereka. Karena, barangsiapa yang tidak menjauhi pelaku maksiat berarti dia setuju dengan perbuatan mereka, dan menyetujui kekufuran adalah kekufuran pula.

Telah diriwayatkan dari Umar bin Abdil Aziz radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau menghukum sekelompok kaum yang mereka meneguk minuman keras, maka dikatakan kepada Umar bin Abdil Aziz bahwa salah seorang dari kaum tersebut sedang berpuasa, maka beliaupun membantah dengan penuh adab seraya membaca ayat ini.”ix

Syaikh Abdurrahman bin Nashir rahimahullah berkata,

Kesimpulannya adalah, barangsiapa yang menghadiri sebuah majelis (yang padanya terdapat perbuatan) maksiat kepada Allah, maka wajib baginya untuk mengingkari mereka jika mampu, atau dia pergi (meninggalkan mereka) jika tidak mampu.”x

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

“Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka Jahanam”

Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yaitu, sebagaimana kalian serupa dengan mereka (orang-orang kafir) dalam hal kekufuran, maka begitu pula Allah serupakan kalian dengan mereka dalam hal kekal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya. Dan Allah juga mengumpulkan kalian di tempat (ditegakkannya) hukuman dan minuman yang amat panas.”xi

Demikianlah penjelasan para ulama ahli tafsir mengenai larangan duduk bermajelis dengan orang-orang kafir, terkhusus mereka yang suka mengolok-olok al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kita untuk mengingkari perbuatan tersebut. Karena, jika kita tidak mengingkari perbuatan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyerupakan kita dengan mereka.

Namun yang cukup menyedihkan, tatkala didapati seseorang yang dianggap sebagai tokoh cendekiawan Islam, namun ternyata ia berani menjadikan syariat Allah sebagai bahan olok-olokan. Maka sepantasnya bagi seorang muslim untuk mengingkari perbuatan tersebut sesuai dengan kemampuannya, dengan tetap berada di atas koridor syariat Islam.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita taufiq agar senantiasa mengagungkan syariat Allah dan menjaga kita dari perbuatan mengolok-olok al-Qur’an. Amin. LHL-AAA/IWU

Penulis: Lekat Hidayat

Referensi:

  1. Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an karya Imam Abu Abdillah Muhammad al-Qurthubi rahimahullah (W 671 H).
  2. Ma’alim at-Tanzil fii Tafsiril Qur’an karya Imam Abu Muhammad al-Husain al-Baghawi rahimahullah (W 510 H).
  3. Tafsirul Qur’anil Adzim karya Imam Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir rahimahullah (W 774 H).
  4. Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir rahimahullah (W 1376 H).

i Tafsir al-Qhurtubi (9/321).

وَفِي هَذِهِ الْآيَةِ الدَّلَالَةُ الْوَاضِحَةُ عَلَى النَّهْيِ عَنْ مُجَالَسَةِ أَهْلِ الْبَاطِلِ مِنْ كُلِّ نَوْعٍ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ وَالْفَسَقَةِ عِنْدَ خَوْضِهِمْ فِي بَاطِلِهِمْ. وبِنَحْوِ ذَلِكَ كَانَ جَمَاعَةٌ مِنَ الْأُمَّةِ الْمَاضِيَةِ يَقُولُونَ تَأَوُّلًا مِنْهُمْ هَذِهِ الْآيَةِ , إِنَّهُ مُرَادٌ بِهَا النَّهْي عَنْ مُشَاهَدَةِ كُلِّ بَاطِلٍ عِنْدَ خَوْضِ أَهْلِهِ فِيهِ

ii Taisir Karimir Rahman hlm. 210.

وقد بيَّن الله لكم فيما أنزل عليكم حكمه الشرعي عند حضور مجالس الكفر والمعاصي

iii Tafsir al-Baghawi (2/301).

أَنْ إِذا سَمِعْتُمْ آياتِ اللَّهِ يَعْنِي الْقُرْآنَ

iv Tafsir al-Baghawi (2/301).

يُكْفَرُ بِها وَيُسْتَهْزَأُ بِها فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ، يَعْنِي: مع الذين يَسْتَهْزِئُونَ،

v Tafsir al-Baghawi (2/301).

{حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ} أَيْ: يَأْخُذُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِ الِاسْتِهْزَاءِ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْقُرْآنِ، وَهَذَا إِشَارَةٌ إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِي سُورَةِ الْأَنْعَامِ وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ” (الْأَنْعَامِ -68) .

vi Tafsir al-Baghawi (2/301).

وَقَالَ الضَّحَّاكُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: دَخَلَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ كُلُّ مُحْدِثٍ فِي الدِّينِ وَكُلُّ مُبْتَدَعٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ،

vii Tafsir Ibnu Katsir (2/435).

فَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: {إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ} [أَيْ] فِي الْمَأْثَمِ

viii Tafsir al-Baghawi (2/301).

{إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ} أَيْ: إِنْ قَعَدْتُمْ عِنْدَهُمْ وَهُمْ يَخُوضُونَ وَيَسْتَهْزِئُونَ وَرَضِيتُمْ بِهِ فَأَنْتُمْ كُفَّارٌ مِثْلُهُمْ، وَإِنْ خَاضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ فَلَا بَأْسَ بِالْقُعُودِ مَعَهُمْ مَعَ الْكَرَاهَةِ، وَقَالَ الْحَسَنُ: لَا يَجُوزُ الْقُعُودُ مَعَهُمْ وَإِنْ خَاضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ} وَالْأَكْثَرُونَ عَلَى الْأَوَّلِ.

ix Tafsir al-Qhurtubi (5/418)

(إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ) فَدَلَّ بِهَذَا عَلَى وُجُوبِ اجْتِنَابِ أَصْحَابِ الْمَعَاصِي إِذَا ظَهَرَ مِنْهُمْ مُنْكَرٌ، لِأَنَّ مَنْ لَمْ يَجْتَنِبْهُمْ فَقَدْ رَضِيَ فِعْلَهُمْ، وَالرِّضَا بِالْكُفْرِ كُفْرٌ

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ «2»] أَنَّهُ أَخَذَ قَوْمًا يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ، فَقِيلَ لَهُ عَنْ أَحَدِ الْحَاضِرِينَ: إِنَّهُ صَائِمٌ، فَحَمَلَ عَلَيْهِ الْأَدَبَ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ (إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ)

x Tasfir Taisirul Karimir Rahman (1/210).

والحاصل أن من حضر مجلسا يعصى الله به، فإنه يتعين عليه الإنكار عليهم مع القدرة، أو القيام مع عدمها.

xi Tafsir Ibnu Katsir (2/436).

وَقَوْلُهُ: {إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} أَيْ: كَمَا أَشْرَكُوهُمْ (1) فِي الْكُفْرِ، كَذَلِكَ شَارَكَ اللَّهُ بَيْنَهُمْ (2) فِي الْخُلُودِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ أَبَدًا، وَجَمَعَ بَيْنَهُمْ فِي دَارِ الْعُقُوبَةِ وَالنَّكَالِ، وَالْقُيُودِ وَالْأَغْلَالِ. وَشَرَابِ (3) الْحَمِيمِ والغِسْلين لا الزّلال.