oleh

Kewajiban Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang nabi dan rasul pilihan. Beliau sebagai pemimpin para nabi dan rasul sangatlah pantas dijadikan sebagai sosok panutan. Ajaran yang beliau bawa begitu indah, mudah dan bijak sekaligus relevan pada setiap zaman.

Oleh karena itu, mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  merupakan kewajiban bagi setiap insan yang beriman.

Dalil tentang Kewajiban Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan perjumpaan di hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (al-Ahzab: 21)

Demikian pula pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lain,

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ 

“Apa yang diajarkan oleh Rasul kepadamu maka kerjakanlah. Dan apa yang dilarang darinya untukmu maka tinggalkanlah”. (al-Hasyr: 8)

Ayat di atas jelas menunjukkan tentang kewajiban mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di hafizhahullah  seorang ulama pakar tafsir menjelaskan  ayat di atas,

“Sesungguhnya ajaran (sunnah) yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut setiap insan untuk mengikutinya serta tidak boleh bagi siapapun menyelisihi ajaran tersebut.

Sesungguhnya ajaran yang dibawa oleh Rasulullah terkait hukum-hukum syariat itu sama dengan ajaran Allah, sehingga tidak ada rukhsah (keringanan) dan alasan apapun bagi seseorang untuk meninggalkan ajaran Nabi sallallahu alaihi wasallam. Tidak boleh bagi siapapun untuk mengedepankan ucapan  orang lain daripada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”1

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan umatnya untuk berpegang teguh dengan sunnah dan ajaran beliau. Hal ini sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عليكم ‌بِسُنَّتَي وسُنَّة الخُلَفَاءِ الرَّاشِدين المَهْدِيِّين مِنْ بعدي تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعضَّوا عليها بالنَّواجِذ

“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah khulafa’ yang terbimbing lagi diberi petunjuk sepeninggalku, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.2

Kedudukan Sunnah dalam Pandangan Syariat

Kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selayaknya mengetahui kedudukan sunnah dalam  Islam.

Di antara kedudukan sunnah yang penting diketahui adalah,

  •  Sunnah sebagai Syarat diterimanya Sebuah Amalan.

Sebuah amal ibadah tidaklah diterima melainkan  berdiri diatas 2 pondasi yaitu,

  1. Ikhlas karena Allah.
  2. Mengikuti bimbingan dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 3

    Suatu amalan tatkala tidak sesuai dengan bimbingan dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    مَنْ ‌عَمِلَ ‌عَمَلًا ‌لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

    “Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan namun tidak ada tuntunan dari kami maka amalan tersebut tertolak.” 4

     

    • Sunnah sebagai Pedoman dalam Beragama

    Islam berdiri di atas dua pedoman yang mulia, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal ini sebagaimana Allah tegaskan pada firman-Nya,

    فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

    “maka apabila kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)

    Imam al-Qurtubi rahimahullah mengatakan,

    فَأَوْجَبَ تَعَالَى عَلَيْنَا التَّمَسُّكَ بِكِتَابِهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ وَالرُّجُوعَ إِلَيْهِمَا عِنْدَ الِاخْتِلَافِ

    “Allah Ta’ala mewajibkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan kitabullah dan sunnah nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan.”  5

    • Sunnah sebagai Barometer Kebenaran.

    Al-Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah pernah mengatakan,

    مَا دَامَ على الْأَثر فَهُوَ على الطَّرِيق

    “Selama seseorang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia berada di atas kebenaran”  6

    Keutamaan Mengikuti Sunnah

    Ketahuilah! Ketika seorang mukmin mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ikhlas dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam seluruh aspek kehidupan, niscaya dia akan meraih keutamaan besar sekaligus pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

    Diantara keutamaan tersebut adalah,

    • Meraih Kecintaan dan Ampunan Allah

    Sungguh meraih kecintaan Allah adalah dambaan setiap mukmin, namun kecintaan tersebut tidaklah bisa digapai melainkan  dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Hal itu sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan dalam firman Nya,

    قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم

    “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (ali Imran: 31)

    Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

    “Barangsiapa yang mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta jujur dalam mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya dan mengampuni dosa-dosanya kemudian mengaruniakan kepadanya kehidupan yang penuh rahmat.

    Sebaliknya, barang siapa yang tidak mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia tidak akan bisa meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu karena kecintaan Allah hanya bisa  diraih dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”  7

    • Masuk al-Jannah

    Sungguh di antara keutamaan yang di janjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang mengikuti Sunnah beliau adalah akan masuk surga. Hal ini sebagaimana sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    مَنْ ‌أَطَاعَنِي ‌دَخَلَ ‌الجَنة

    “Barang siapa yang menaatiku niscaya dia akan masuk surga.”   8

     

    • Kunci Keselamatan di Masa Fitnah

    Tidak ada jaminan bagi siapapun bisa terus  di atas agama Islam. Sementara berbagai fitnah terus berdatangan yang akan mengancam keselamatan imannya.  Namun di sana ada sebuah jaminan keselamatan dari Allah yaitu tatkala seseorang berpegang teguh dengan kitabullah serta senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaiamana disebutkan pada sebuah hadits,

    أَيُّهَا ‌النَّاسُ ‌إِنِّي ‌قَدْ ‌تَرَكْتُ ‌فِيكُمْ ‌مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

    Wahai sekalian manusia, sungguh aku telah meninggalkan bagi kalian suatu perkara yang mana jika kalian berpegang teguh dengan perkara tersebut, niscaya kalian tidak akan sesat sepeninggalku yaitu, kitabullah dan sunnah-ku.9

     

    Imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

    Mengikuti sunnnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat keberkahan dalam syari’at, meraih keridhaan Allah, meninggikan derajat, menentramkan hati, menyenangkan badan, membuat marah setan dan berjalan di atas jalan yang lurus.” 10

    • Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin

    Persatuan umat Islam merupakan amalan yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta’ala. Sedangkan perpecahan merupakan amalan yang Allah murkai.

    Allah Ta’ala berfirman,

    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

    “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali Imran: 103)

    Imam al-Qurtubi rahimahullah mengatakan,

    وَأَمَرَنَا بِالِاجْتِمَاعِ عَلَى الِاعْتِصَامِ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ اعْتِقَادًا وَعَمَلًا، وَذَلِكَ سَبَبُ اتِّفَاقِ الْكَلِمَةِ وَانْتِظَامِ الشَّتَاتِ الَّذِي يَتِمُّ بِهِ مَصَالِحُ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالسَّلَامَةُ مِنَ الِاخْتِلَافِ

    “Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bersatu di atas al-Qur’an dan as-Sunnah dalam hal keyakinan dan amalan.

    Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan tidak bercerai berai, sehingga dengan hal tersebut, akan diraih kemaslahatan dunia dan agama, serta selamat dari perselisihan.” 11

    • Meraih Keistiqomahan di atas Jalan Kebenaran

    Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan salah satu tanda keistiqomahan seseorang di atas kebenaran.

    Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma,

    لَايزاَلُ النَّاسُ عَلَى الطَّرِيقِ مَا اتَّبَعُوا الْأَثَرَ 

    “Manusia akan senantiasa berada di jalur kebenaran selama mereka mengikuti jejak (sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). 12

    Ancaman bagi Siapa yang Mengingkari Sunnah

    Ingkar dan enggan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terancam dengan kerugian dan petaka. Baik ketika di dunia ataupun di akhirat kelak.

    Di antara ancaman bagi siapa yang mengingkari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,

    • Tidak Termasuk dari Umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 

    Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits

    فَمَنْ ‌رَغِبَ ‌عَنْ ‌سُنَّتِي، ‌فَلَيْسَ ‌مِنِّي

    “Barang siapa yang membenci sunnah-ku maka dia bukan golongan-ku (umat-ku).”  13

    • Akan ditimpa dengan azab yang pedih.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

    فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم

    “Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (an-Nur:63)

    • Tidak Masuk al-Jannah.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam bagi siapa yang mengingkari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan neraka jahannam.

    Sebagaimana bunyi firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّه مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِه جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا 

    “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisa: 115)

    Ayat di atas selaras dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    كلُّ ‌أُمتي ‌يَدخلونَ الجنَّة إلّا مَنْ أبى. قالوا: ومَنْ يأبى؟ قال: مَنْ أطاعني دخلَ الجنّةَ، ومَنْ عصاني فقد أبى

    “Seluruh umat-ku akan masuk surga kecuali  yang enggan, kemudian para shahabat bertanya, siapakah orang-orang yang enggan itu wahai Rasulullah? Maka beliau menjawab,  barang siapa yang menta’ati-ku maka dia masuk surga namun barang siapa yang bermaksiat kepada-ku maka dia-lah orang yang enggan masuk surga.”   14

    Untaian Nasehat

    Sungguh keselamatan dan keberhasilan dalam melewati segala rintangan dalam kehidupan ini terletak pada prinsip mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

    Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam layaknya rembulan yang menyinari gelapnya malam, dengannya seseorang dapat berjalan di atas jalan kebenaran.

    Berpegang teguh dengan sunnah bukanlah sebuah hal yang mudah, layaknya membalik sebuah telapak tangan. Namun butuh kesabaran layaknya menggengam bara api, namun percayalah bahwa kunci keselamatan adalah dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala aspek kehidupan kita.

    Imam Malik bin Anas rahimahullah mengatakan,

    السنة ‌كسَفِيْنَةِ ‌نُوح ‌مَنْ ‌ركِبَ ‌فيها ‌نجَا، ومَنْ ترَكَهَا هَلَك

    “Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan bahtera Nabi Nuh, maka barang siapa yang menaiki bahtera tersebut maka dia akan selamat, namun barang siapa yang tertinggal dari bahtera tersebut maka dia akan binasa.” 15

    Para ulama juga menegaskan,

    الِاعْتِصَامُ ‌بِالسُّنَّةِ ‌نَجَاة

    “Berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  adalah keselamatan.”  16

    Semoga Allah senantiasa mengkaruniakan kepada kita keistiqomahan di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Aamiin. UAA/LTC/IWU

    Penulis: Abu Hafsin Umar Abdul Aziz

    Referensi:

    1. Tafsir as-Sa’di karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir bin Abdillah as-Sa’di rahimahullah (1307-1306 H).
    2. Liqo’ al-Bab al-Maftuh karya Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah (1327-1421 H).
    3. Jami’ li Ahkam al-Quran karya Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr al-Qurtubi rahimahullah (600-671 H).
    4. Miftahul Jannah karya Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakr bin Muhammad as-Suyuthi rahimahullah (849-911 H).
    5. Dharuratul Ihtimam karya Syaikh Abu Abdirrahman Abdus Salam bin Barjas bin Nashir ali Abdil Karim rahimahullah (1387-1425 H).
    6. Sunan ad-Darimi karya Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman bin Fadhl ad-Darimi rahimahullah (181-255 H).
    7. Al-Ibanah al-Kubra karya Imam Ubaidullah bin Muhammad bin Muhammad bin Hamdan al-Hanbali yang dikenal dengan Ibnu bathah rahimahullah (304-387 H).

     

    Footnotes

    1. Tafsir as-Sa’di hlm.85 karya Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

      أن ما جاء به الرسول يتعين على العباد الأخذ به واتباعه، ولا تحل مخالفته، وأن نص الرسول على حكم الشيء كنص الله تعالى، لا رخصة لأحد ولا عذر له في تركه، ولا يجوز تقديم قول أحد على قوله،

    2. HR. Ibnu Majah no, 4067 dari shahabat Irbadh bin Sariyah radiyallahu ‘anhu.

    3. Liqo’ al-Bab al-Maftuh (6/225) karya Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah.

  3. HR. Muslim no. 1718 dari Ummul Mukminin Aisyah radiyallahu ‘anha.
  4. Tafsir al-Qurtubi (4/105) karya Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad rahimahullah.
  5. Miftahul Jannah no. 198 karya Ahmad bin Farh al-Baihaqi rahimahullah.
  6. Tafsir as-Sa’di hlm. 128 karya Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

    من اتبع الرسول دل على صدق دعواه محبة الله تعالى، وأحبه الله وغفر له ذنبه، ورحمه وسدده في جميع حركاته وسكناته، ومن لم يتبع الرسول فليس محبا لله تعالى، لأن محبته لله توجب له اتباع رسوله

  7. HR. al-Bukhari no. 7280 dari shahabat Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu.
  8. HR. al-Hakim no. 218 dari shahabat Abdullah ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma.
  9. Dharuratul Ihtimam hlm. 43.karya Syaikh Muhammad bin Barjas rahimahullah. 

    وفي اتباع السنَّة: بركةُ موافقة الشرع، ورضى الربِّ سبحانه وتعالى ورفع الدرجات، وراحة القلب، وَدَعَةٌ البَدَنِ، وترغيمُ الشيطان، وسلوكُ الصراط المستقيم

  10. Jami’ al-Ahkam al-Qur’an (4/164) karya Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Qurtubi rahimahullah 
  11. Miftahul Jannah no. 199 karya Ahmad bin Farh al-Baihaqi rahimahullah 
  12. HR. al-Bukhari no. 5063 dari shahabat Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu.
  13. HR. al-Bukhari no. 2850 dari shahabat Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu 
  14. As-Sunnah hlm. 24 karya Imam Ahmad bin Harun al-Khallal rahimahullah 
  15. Sunan ad-Darimi no. 97 karya Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman bin Fadhl ad-Darimi rahimahullah (181-255 H)