oleh

Keutamaan Puasa

Keutamaan Puasa – Puasa adalah suatu ibadah yang istimewa. Keutamaan puasa sangat agung sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi, Nabi shallallahu alahi wa sallam bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

“Semua amal manusia kembali padanya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”. (HR. Bukhari No. 5927, Muslim No. 2308, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Keutamaan Puasa

Di antara keutamaan dari ibadah puasa adalah:

  1. Sebagai Amalan Taqorrub yang syar’i.

    Puasa adalah amalan yang agung untuk ber-taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana telah datang hadits diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:

    عليك بالصوم؛ فإنه لا مثل له

    “Hendaklah Engkau senantiasa berpuasa karena tidak ada (amalan shalih) yang semisal dengannya.” (HR. an-Nasai 2220)

    Hal ini tidak bermakna bahwa amalan puasa itu lebih utama daripada shalat. Akan tetapi terdapat keistimewaan dalam ibadah puasa yang menunjukkan bentuk keikhlasan dalam mengamalkannya.

    Sebagaimanan dalam hadits qudsi, Nabi shallallahu alahi wa sallam bersabda:

    كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

    “Seluruh amal manusia dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman : “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Dia telah meninggalkan syahwat dan makannya ikhlash karena Aku”.” (HRMuslim no)

  2. Puasa Amalan yang Setia.

    Amal shalih lain bisa menjadi kaffaroh (penebus kesalahan) terhadap orang lain, kecuali puasa. Salah seorang guru besar dari Imam Syafi’i, Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah, berpendapat bahwa :Jika seseorang mendzhalimi orang lain, maka di akhirat kelak amal-amal kebaikannya akan diberikan (dibayarkan) kepada orang yang didzhalimi tersebut sebagai ganti dari kezhalimannya, kecuali amal puasa. Amal shalih berupa puasa tidak akan diberikan (dibayarkan) kepada orang lain. Karena puasa seseorang yang diterima oleh Allah akan terhitung sebagai pahala hanya bagi pelakunya, tidak akan dipindahkan pada orang lain.Sebagaimana dalam sebuah hadits qudsi:

    قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلَّا الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

    Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Seluruh amalan sebagai kaffaroh, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya (HR Ahmad, shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim)

  3. Puasa Sebagai Perisai.

    Puasa sebagai perisai dari perbuatan kotor, sia-sia, kebodohan, berteriak yang tidak perlu, serta perisai dari api neraka.

    اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ – مَرَّتَيْنِ

    “Puasa adalah perisai. Maka hendaklah seseorang tidak berkata (berbuat) keji dan tidak berbuat jahil. Bila ada yang mengajak bertengkar atau mencelanya maka katakan : “Sesungguhnya saya sedang berpuasa” – dua kali – ” (HR. Al-Bukhari 1894, Muslim 1151.)

    Perbuatan jail maksudnya adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang jail seperti berteriak-teriak atau berbuat kedunguan (اَلسَّفَه), dan lain-lain (lihat Fathul Bari Kitabush Shaum hadits no. 1894).

  4. Puasa Sebagai Media Meraih Dua Kebahagiaan.

    Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika menghadap Allah.

    لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

    Orang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan: gembira ketika berbuka puasa dan ketika berjumpa dengan Rabb (Sang Pencipta-nya ia bergembira dengan (membawa) pahala puasanya (HR. Bukhari dan Muslim)

  5. Puasa Sebagai Sebab Dipanggilnya dari pintu ar-Royyan di Surga.

    Orang yang berpuasa akan masuk surga dengan dipanggil dari pintu ar-Royyan. Barangsiapa yang memasukinya, tidak akan kehausan selamanya

    إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَبَابًا يُدْعَى الرَّيَّانَ يُدْعَى لَهُ الصَّائِمُونَ فَمَنْ كَانَ

    مِنْ الصَّائِمِينَ دَخَلَهُ وَمَنْ دَخَلَهُ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدً

    Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar Royyaan. Orang-orang yang berpuasa akan dipanggil melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang memasukinya, tidak akan kehausan selamanya (HR. Tirmidzi 765, An Nasaa-i, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)

  6. Puasa Sebagai Tameng dari Syahwat.

    Puasa merupakan tameng bagi syahwat terutama bagi para pemuda yang belum menikah.  Karena termasuk pintu fitnah terbesar untuk para pemuda yang belum menikah adalah syahwat. Selama lahan syahwat tumbuh subur dengan makanan dan minuman, setan akan selalu mendatanginya. Maka dengan berpuasa, sempitlah jalan bagi musuh untuk menggoda mereka. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:

    يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ؛ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

    “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka hendaklah dia menikah karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun barangsiapa yang belum mampu mampu maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi tameng baginya”. (Hadits Riwayat Bukhari 4/106 dan Muslim no. 1400 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Dengan beberapa keutamaan puasa yang disebutkan di atas semoga membuat kita bersemangat untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini dengan sungguh-sungguh diserta niat ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena hanya dengan dua syarat ini kita akan  aman dari resiko amalan yang ditolak.