oleh

Jangan Hancurkan Hidupmu dengan Musik

Musik sudah menjadi hal yang lumrah dan umum pada zaman ini, bahkan di tengah-tengah kaum muslimin sendiri. Di zaman ini, musik telah memenuhi rumah-rumah, bahkan tempat-tempat umum. Musik merupakan penyakit yang menyerang berbagai golongan terkhusus para remaja, baik pria maupun wanita. Betapa banyak dari mereka hanyut dengan lantunan musik sehingga lalai dari ibadah. Mereka lalai dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Musik dengan berbagai jenis dan ragamnya sejatinya merupakan perkara yang jelek dan diharamkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Dengan musik, pendengaran seseorang terlalaikan dari adzan. Lisannya tersibukkan dengan melantunkannya daripada berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa musik termasuk perkara yang Allah Ta’ala larang untuk beliau. Beliau bersabda :

نَهَيْتُ عَنْ صَوْتَيْنِ أَحْمَقَيْنِ فَاجِرَيْنِ: صَوْتٍ عِنْدَ مُصِيبَةٍ، خَمْشِ وُجُوهٍ، وَشَقِّ جُيُوبٍ، وَرَنَّةِ شَيْطَانٍ.

“Sungguh aku dilarang dari dua bentuk suara yang bodoh lagi jelek, yaitu ratapan ketika musibah tatkala menampar wajah dan merobek kerah, serta seruling syaithan (musik).” (Hadits hasan riwayat At Tirmidzi no. 1005)

Musik sebab turunnya adzab

Musik dan nyanyian memiliki efek dan dampak yang sangat buruk. Semua dampak buruk tersebut tentu semakin menguatkan keharamannya. Musik merupakan salah satu sebab turunnya adzab Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ، يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ وَالحَرِيرَ، وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ، وَيَضَعُ العَلَمَ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

“Akan ada pada umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutra (bagi lelaki), minuman keras, dan alat-alat musik. Maka Allah Ta’ala akan menimpakan kepada mereka gunung dan mengubah bentuk sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 5590)

Sebagian manusia beranggapan bahwa musik dapat mendatangkan ketenangan jiwa dan menentramkan hati. Kalaulah musik dapat mendatangkan semua itu niscaya tidak akan menimpa mereka kegalauan dan cinta buta. Namun kenyataannya, hal tersebut justru menimpa mereka. Musik akan menyebabkan galau dan cinta semakin buta. Musik hanya memberikan harapan palsu dan kesia-siaan belaka. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا

“Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.”(Al Isra’: 64 )


Baca Juga: Ritual Adat Balia Kembali, Banyak Nyawa Pergi


Musik sebab kesesatan dan kemaksiatan

Musik tidaklah membuahkan kecuali kesesatan. Tidaklah orang-orang kafir menebarkan pesona musik di tengah manusia kecuali dalam rangka menyesatkan mereka dari jalan Allah. Mereka berkeinginan agar manusia, terutama kaum muslimin terpalingkan dari berdzikir dan membaca Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman : 6)

Para pakar tafsir, yang di antaranya shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu menjelaskan ayat diatas, bahwa yang dimaksud dengan لَهْوَ الْحَدِيثِ (perkataan yang tidak berguna) adalah musik dan nyanyian.

Kadang kita menjumpai seseorang, tatkala sehat ia gemar mendengarkan musik, apabila ia sakit maka iapun membaca Al Qur’an dan menyimaknya. Bukankah ia mengaku bahwa ia sedang mencari ketenangan jiwa?!

Ketahuilah, musik tidaklah mewariskan ketenangan dan ketentraman. Tidaklah musik mewariskan kecuali kemunafikan. Musik dan nyanyian dapat mematikan hati. Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata :

“Musik dan nyanyian merupakan sebab kemunafikan”1

Betapa banyak kita dapati orang-orang yang terjangkiti oleh cinta buta jatuh ke dalam perbuatan zina, disebabkan oleh musik dan lagu-lagu gombal dan tidak senonoh.


Baca Juga: Keutamaan dan Pahala Membaca Al-Quran


Musik adalah perkara yang sia-sia

Musik juga merupakan seruan dan seruling para syaithan. Musik merupakan hal yang sia-sia, sebagaimana yang Allah katakan tatkala menyebutkan sifat-sifat hamba-Nya yang beriman :

وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”(Al furqan : 72)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan, yang tidak berfaidah seperti musik dan nyanyian. Yaitu mereka (orang-orang yang beriman) tidak mendengarkannya, tidak duduk dengan para pemusiknya dan tidak berbaur dengan mereka.

Tidaklah seseorang duduk di sebuah majelis yang tidak disebutkan nama Allah padanya kecuali ia akan dibangkitkan dalam keadaan merugi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ قَوْمٍ يَجْلِسُونَ مَجْلِسًا لَا يَذْكُرُونَ اللهَ فِيهِ إِلَّا كَانَتْ عَلَيْهِمْ حَسْرَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah suatu kaum duduk dalam sebuah majelis, yang mana mereka tidak menyebut nama Allah padanya kecuali mereka akan menyesal pada hari kiamat.”(Hadits sahih riwayat An Nasa’i no. 10170)

Maka bagaimana dengan konser-konser musik yang sejatinya adalah seruling syaithan?! Demi suksesnya pagelaran dan acara yang sia-sia tersebut, mereka tutup jalan-jalan umum. Hal tersebut merupakan suatu keharaman yang mutlak karena perbuatan tersebut termasuk perbuatan mengganggu aktivitas manusia. Mereka menggelar konser-konser tersebut hingga larut malam, padahal pada waktu malam terdapat suatu waktu yang Allah Ta’ala menyeru hamba-hamba-Nya agar beristighfar kepada-Nya. Waktu dikabulkannya doa yang semestinya setiap hamba tidak boleh terlewatkan darinya.

Bagaimana lagi dengan acara-acara musik yang meresahkan masyarakat?! Menjajakan kepada mereka seruling-seruling syaithan?! Jika ada yang beranggapan bahwa hal tersebut merupakan realisasi rasa syukur atau sebagai wujud dari kesenangan, maka sejatinya bukanlah demikian cara untuk meluapkannya. Meluapkan rasa syukur haruslah ditempuh dengan cara-cara syar’i seperti mengucapkan tahmid, meningkatkan kualitas ketaatan, dsb. Bukan dengan melakukan hal yang justru mendatangkan kemurkaaan Allah Ta’ala.

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى أُمَّتِي الْخَمْرَ وَالْمَيْسِرَ وَالْمِزْرَ وَالْكُوبَةَ وَالْقِنِّينَ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas umatku khamr, perjudian, minuman keras, permainan dadu, alat alat musik, dan setiap yang memabukkan hukumnya haram.”(Hadits sahih riwayat Ahmad no. 6547)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa semua hal di atas menjadi sebab turunya adzab Allah. Beliau ‘alaihishshalatu wassalaam bersabda:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ خَسْفٌ وَقَذْفٌ وَمَسْخٌ ، قِيلَ: وَمَتَى ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَالْقَيْنَاتُ، وَاسْتُحِلَّتِ الْخَمْرُ

“Akan terjadi pada akhir zaman penenggelaman, fitnah, dan kutukan. Para shahabat bertanya : kapan hal itu terjadi? Beliau menjawab : ketika telah tersebar musik, prostitusi, dan dilegalkan miras.” (HR. Ath Thabrani no. 5810)


Pembaca IHI yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, hendaknya kita merenung, apakah kita akan terus mendengarkan perkara yang Allah Ta’ala haramkan? Sementara kematian tidak kita ketahui kedatangannya. Tidakkah sepantasnya kita takut apabila yang menjadi amalan terakhir kita di dunia ini adalah bergelimang dengan musik? Banyak orang-orang yang meninggal dengan akhir yang tidak baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan seseorang bergantung pada akhirnya.”(HR. Al Bukhari no. 6607)

Apakah kita terus-menerus dalam kecanduan terhadap musik sedangkan seluruh anggota tubuh kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang telah dilakukan di dunia. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”(Al Isra’ : 36)

Tidakkah kita malu untuk merusak anggota tubuh kita dengan api neraka yang sejatinya tubuh ini merupakan titipan Allah dengan sebab dosa-dosa kita? Naudzu billahi min dzalik.

Apakah kita sudi menggantikan posisi Al Qur’an dalam dada kita, dan menggantinya dengan penyakit kemunafikan?!

Saudaraku, berhentilah segera dari mendengar musik dengan berbagai jenisnya. Tutup telingamu dari seruan-seruan syaithan. Bila Engkau mencari ketenangan, carilah di dalam Al Qur’an, karena padanya terdapat kehidupan dan obat bagi hati-hati yang sakit. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57). JR-AAK


1Al Iman, Ahmad bin Abdul Halim