oleh

Mengenal Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah merupakan perkara yang sangat penting dan urgen untuk dipelajari, dipahami dengan benar dan diamalkan bagi setiap muslim. Karena hanya aqidah inilah yang telah mendapat jaminan keselamatan dari Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah aqidah murni warisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersumber dari wahyu Allah: al-Quran dan Sunnah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى () إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3-4)

Begitu juga bahwa sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk wahyu, sebagaimana yang dijelaskan oleh ahli tafsir tentang ayat di atas,

ودل هذا على أن السنة وحي من الله لرسوله صلى الله عليه وسلم، كما قال تعالى: {وَأَنزلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ} وأنه معصوم فيما يخبر به عن الله تعالى وعن شرعه، لأن كلامه لا يصدر عن هوى، وإنما يصدر عن وحي يوحى.

Ini menunjukkan bahwa as sunnah adalah wahyu dari Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam ayat-Nya, [وَأَنزلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ] ” Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu,”.

Demikian pula apa yang beliau kabarkan tentang Allah dan syariat-Nya merupakan berita yang ma’shum (terjaga), karena sesungguhnya perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berasal dari hawa nafsu, namun berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada beliau.”1

Oleh karena itu, mempelajari, memahami dengan benar dan mengamalkan aqidah ahlus sunnah wal jamaah yang merupakan aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan perkara wajib yang sangat penting di setiap zaman terutama di tengah-tengah semakin banyak bermunculan aqidah-aqidah yang bertentangan dengan aqidah yang beliau ajarkan.

Definisi Aqidah

Kata aqidah diambil dari Bahasa Arab, yaitu al-‘aqdu yang berarti ikatan. Adapun secara istilah adalah keyakinan yang terpatri pada diri seseorang. Contoh jika seseorang mengatakan: “Saya meyakini bahwa hal ini demikian.” Jika yang ia yakini tersebut sesuai realita maka aqidahnya benar. Namun, jika tidak sesuai realita maka aqidahnya salah.

Contoh lain seorang muslim mengatakan: “Allah Maha Esa”, sedangkan seorang nashrani mengatakan: “Allah adalah tuhan yang tiga (trinitas)”. Maka aqidah yang benar adalah Allah Maha Esa karena sesuai dengan kenyataan dan fakta.

Apa Makna Ahlus Sunnah wal Jamaah?

Sunnah adalah metode yang bersumber dari ucapan, perbuatan dan persetujuan Rasulullah shallallahu `alaihi wa salam. Adapun ahlus sunnah adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik secara lahir dan batin.

Mereka dinamakan ahlus sunnah karena nisbah kepada sunnah. Berbeda dengan orang-orang yang melakukan kesesatan (melenceng dari sunnah), maka mereka dinisbahkan sesuai kesesatan yang mereka lakukan, seperti Qadariyyah2, atau dinisbahkan kepada pimpinan kelompok sesat tersebut seperti Jahmiyyah 3 dan yang selainnya.

Adapun makna al-Jamaah secara bahasa adalah kelompok. Yang dimaksud di sini adalah kelompok yang bersatu di atas kebenaran berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka sampai datang hari kiamat walau jumlah mereka sedikit. Sebagaimana perkataan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

“Al-Jamaah adalah yang berada di atas kebenaran walaupun engkau sendiri”.4

Lalu Apa Itu Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

سَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَال: مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. semua di neraka kecuali satu, para sahabat bertanya: “siapa (yang satu itu) wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: “siapa saja yang berprinsip dengan prinsipku dan sahabatku pada hari ini”.5

Pada hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menegaskan bahwa akan terjadi perpecahan di tengah umat ini hingga menjadi tujuh puluh tiga golongan dan hanya satu golongan yang selamat. Yaitu golongan yang berprinsip sebagaimana prinsip Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan para sahabatnya. Baik prinsip dalam hal aqidah (keyakinan) maupun dalam semua aspek kehidupan.

Dahulu aqidah para sahabat dibangun di atas al-Quran dan as-sunnah dan tidak ada keraguan padanya. Semua perkataaan Allah dan Rasulnya mereka jadikan sebagai aqidah dan agama mereka.

Setelah generasi sahabat berakhir, orang-orang yang mengikuti jejak sahabat dengan baik mengambil aqidah dan agama dari mereka. Mereka pun beraqidah sama dengan aqidah para sahabat dan menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan dalam berhukum.

Aqidah ahlus sunnah wal jamaah yang dimulai sejak zaman sahabat sampai tegaknya hari kiamat akan tetap sama dan tidak akan berubah. Aqidah mereka adalah aqidah yang satu yang dibangun di atas al-Quran dan as-Sunnah.

Ketika zaman terus berlalu, generasi pun telah berganti, mulai bermunculan perpecahan dan perselisihan. Banyak orang yang masuk Islam akan tetapi aqidahnya tidak benar-banar kokoh dalam hatinya. Bahkan sebagiannya masuk ke dalam Islam dengan membawa aqidah yang menyimpang.

Mereka tidak menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan dalam beraqidah. Mereka hanya bersandar dengan kaedah dan metode yang dibuat-buat oleh orang-orang sesat dari kalangan mereka sendiri.


Baca Juga: 39 Contoh Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah


Bentuk Penjagaan Allah Ta’ala Tehadap Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Allah Ta’ala menjaga aqidah ahlus sunnah wal jamaah dengan munculnya para ulama pewaris nabi. Para ulama tersebut membela aqidah yang murni ini dan membersihkan dari kotoran-kotoran penyimpangan agama. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

يحمل هذا الدين من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين

“Akan ada pada setiap zamanya orang-orang adil yang membela agama ini, mereka membersihkan agama tersebut dari penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, plagiat orang-orang yang merusak, dan takwil orang-orang bodoh.”6

Mereka membantah para penyeru kesesatan yang membawa aqidah baru dan menjelaskannya. Hingga banyak dari generasi setelah mereka yang mewarisi aqidah ahlus sunnah wal jamaah ini. Termasuk yang mewarisi aqidah ini adalah Imam Empat Mazhab: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad.

Selanjutnya pengikut empat Imam tersebut sebagai penerus estafet dakwah aqidah yang benar. Mereka mencurahkan perhatian dan waktu mereka untuk mengajarkan aqidah ini. Mereka mempelajarinya, menghafalnya, mengajarkan kepada murid-muridnya serta banyak menulis kitab-kitab aqidah ahlus sunnah wal jamaah.

Termasuk para Imam yang senantiasa berpegang dengan aqidah ini adalah para ulama hadits, seperi Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ishaq bin Rahuya, Ibnu Khuzaimah, Qutaibah dan selainnya. Dan juga ulama tafsir seperti Imam Ibnu Katsir, Imam at-Thabary, Imam al-Baghawi dan selainnya rahimahumullah.


Baca Juga: Silsilah Bimbingan Aqidah Yang Lurus (1)


Kemunculan Berbagai Kelompok Menyimpang

Zaman terus berlalu, generasi berganti generasi. Bersamaan dengan itu kejelekkan semakin banyak dan bertambah parah. Hal ini mengingatkan kita akan perkataan Anas bin Malik, ketika para Tabi’in mengeluhkan kepada beliau kebengisan al-Hajjaj. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menyatakan,

اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ. سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Sabarlah kalian! Tidaklah datang kepada kalian suatu zaman kecuali yang setelahnya lebih buruk darinya sampai kalian menjumpai Rabb kalian. Aku mendengarnya langsung dari Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.”7

Sungguh sangat disayangkan setelah berlalu zaman para Imam tersebut muncul berbagai kelompok yang mengklaim sebagai ahlus sunnah dan mengaku sebagai pengikut Imam empat mazhab. Namun kenyataannya berbeda. Dalam masalah aqidah mereka menyelisi Imam Abu Hanifah. Padahal mereka mengklaim sebagai pengikut Abu Hanifah.

Mereka hanya mengikuti beliau dalam masalah fikih saja. Adapun aqidah justru mereka ambil dari ahlus filsafat dan ahlus mantiq. Yang mana aqidah tersebut jelas bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah dan tidak pernah dikenali pada generasi sahabat.

Demikian juga orang yang mengklaim bermadzhab asy-Syafi’i. Mereka hanya mengikuti Imam asy-Syafi’i pada masalah fikih saja. Sementara dalam aqidah mereka menyelisihinya. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang mengkalim mengikuti Imam Ahmad dan Imam Malik, namun hakekatnya bertolak belakang. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari aqidah –aqidah sesat dan menyimpang, amin.


Baca Juga: Mengenal Tradisi Masa Jahiliah (Bag. 4): Ekstrem


Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Akan Selalu Eksis dan Ditolong

Allah akan selalu menyelamatkan dan menolong ahlus sunnah wal jamaah hingga mendekati hari kiamat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الَحقِّ مَنْصُورَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ

“Sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran akan selalu ditolong, tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sampai dekat hari kiamat.8

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa pembela kebenaran akan senantiasa eksis di tengah-tengah umat. Merekalah ahlus sunnah wal jamaah yaitu orang-orang yang kokoh di atas al-Quran dan sunnah serta perintah agama yang selalu di tolong oleh Allah. Mereka akan terus tampil membela kebenaran dan aqidah yang benar walaupun dicela dan dicibir berbagai pihak. Semoga Allah menjadikan kita bagian dari kelompok itu.

Penutup

Demikianlah penjelasan singkat tentang aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Semoga dengan ini kita semua dapat lebih mengenal apa itu aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Adapun terkait penjelasan yang lebih lengkap lagi dapat dilihat dalam kitab-kitab para ulama.

Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajarinya sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana aqidah pada zaman sahabat dahulu. Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk mempelajari ilmu aqidah lebih dalam lagi. Wallahu ‘alam. SJ – IWU

Penulis : Saleh Juman al-Katiri

Footnotes

  1. Taisiir al-Kariim ar-Rahman, hal. 818
  2. Qadariyyah adalah golongan yang tidak meyakini adanya takdir.
  3. Jahmiyyah adalah golongan yag dinisbahkan kepada pencetus pemahaman sesat kelompok mereka, yaitu Jahm bin Shofwan.
  4. Diriwayatkan oleh al-Lalikai dalam (I’tiqad Ahli Sunnah/160).
  5. HR. Abu Dawud (4596), Ibnu Majah (3991), Ahmad (332/2), al-Hakim (128/1) dan beliau mensahihkannya.
  6. HR. Ahmad dalam al-Musnad (2/159 dan 202), al-Khatib dalam Syari Ashhabil Hadits (5 dan 52-58), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami Bayanil Ilmi (2/40), at-Tirmidzi (2669), dishahihkan oleh syaikh al-Albani rahimahullah.
  7. HR. al-Bukhari (7068) di dalam Shahihnya.
  8. HR. al-Bukhari (3640) di dalam Shahihnya, dari sahabat al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu.