oleh

Apa Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah?

Pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, sering kita mendengar istilah surat Makkiyah dan Madaniyah dalam al-Quran, sudahkah anda mengetahui perbedaan keduanya?

Sederhananya, kedua jenis surat tersebut dibedakan berdasarkan waktu turunnya. Untuk lebih lengkapnya, silakan simak pembahasan berikut.

Al-Quran Turun Secara Berangsur-angsur

Allah Ta’ala menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Mayoritas suratnya turun di Makkah. Dalil bahwa al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur adalah sebagaimana perkataan Allah Ta’ala,

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

“Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (al-Israa: 106)

Ulama Membagi Al-Quran Menjadi Dua Bagian: Makkiyah dan Madaniyah

Para ulama membagi surat-surat di dalam al-Quran menjadi dua bagian:

  1. Makkiyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke Madinah.
  2. Madaniyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau berhijrah ke Madinah.

Atas dasar itu, maka perkataan Allah Ta’ala pada surat al-Maidah ayat 3 merupakan bagian dari surat Madaniyah sekalipun ayat ini turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah tatkala beliau menunaikan ibadah haji[1] di tempat yang disebut dengan ‘Arafah karena ayat tersebut turun setelah Hijrah Nabi ke Madinah. Ayat tersebut adalah

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (al-Maidah: 3)

Tentang ayat di atas, Umar radhiyallahu ‘anhu menjelaskan sebagaimana yang diriwayatkan di dalam hadits sahih,

قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ، وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

“Sungguh kami telah mengetahui hari yang dimaksud pada ayat tersebut dan tempat diturunkannya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ayat tersebut turun dalam keadaan beliau berdiri di ‘Arafah pada hari Jumat.” (Muttafaq ‘alaih)[2]

Bagaimana Membedakan Surat Makkiyah dan Madaniyah?

Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala. Supaya kita dapat membedakan antara surat Makkiyah dari Madaniyah, perlu kita mengetahui metode-metode dan gaya bahasa yang digunakan pada seluruh surat di dalam al-Quran.

Adapun dari sisi metode yang digunakan dapat kita ketahui sebagai berikut:

  1. Mayoritas surat Makkiyah menggunakan gaya bahasa yang kuat. Materi pembicaraan yang digunakan bersifat tegas. Hal ini dikarenakan mayoritas orang yang diajak bicara adalah para penentang yang angkuh. Sehingga, tidak pantas digunakan metode lain kecuali metode ini. Sebagai contohnya, bacalah surat al-Muddatsir dan al-Qamar.

Adapun surat-surat Madaniyah mayoritasnya menggunakan gaya bahasa yang lembut dan halus. Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara adalah orang-orang yang menerima dan tunduk. Sebagai contohnya, silahkan baca surat al-Maidah.

  1. Mayoritas surat Makkiyah pendek ayatnya hal ini untuk menegakkan hujjah. Karena kebanyakan orang yang mendengarnya adalah para penentang dan suka menyelisihi. Maka mereka diajak bicara sesuai dengan keadaan mereka. Sebagai contohnya silahkan baca surat ath-Thur.

Dari sisi pembahasan, kita dapat membedakan antara Makkiyah dan Madaniyah dengan mengetahui hal-hal berikut:

  1. Mayoritas surat Makkiyah mengandung penegasan tentang tauhid, keyakinan yang benar, dan secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan keimanan terhadap hari kebangkitan (hari kiamat). Hal ini karena mayoritas orang yang diajak bicara mengingkari hal tersebut.

Adapun surat-surat Madaniyah, mayoritasnya mengandung perincian tentang ibadah dan muamalah (interaksi sesama makhluk). Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara telah terpatri pada jiwa-jiwa mereka tauhid serta keyakinan yang benar. Sehingga mereka membutuhkan perincian terkait ibadah dan muamalah.

  1. Pada surat Madaniyah banyak disebutkan pada tentang jihad beserta hukumnya, munafikin serta keadaan mereka. Karena jihad disyariatkan di Madinah, begitupula muncul kemunafikan. Berbeda dengan surat-surat Makkiyah.

Faedah-faedah dari Mengenal Makkiyah dan Madaniyah

Pembaca yang semoga dijaga oleh Allah Ta’ala. Mengetahui pembahasan terkait Makkiyah dan Madaniyah termasuk satu dari sekian jenis ilmu al-Quran yang amat penting. Ya, karena di dalamnya terkandung beberapa faedah antara lain:

  1. Tampak nyata bahwa gaya bahasa al-Quran mencapai puncak keagungannya. Hal ini karena al-Quran mengajak bicara kepada setiap kaum sesuai kondisi mereka berupa gaya bahasa yang bersifat tegas maupun lembut dan mudah.
  2. Tampak nyata hikmah dari suatu syariat pada puncak tertinggi. Hal ini kerena al-Quran memberlakukan syariat secara bertahap, perlahan-lahan, dimulai dari perkara terpenting. Hal ini dengan mengacu pada kondisi orang-orang yang diajak bicara dan kesiapan mereka untuk menerima dan menerapkan syariat.
  3. Mendidik para dai yang berdakwah di jalan Allah serta mengarahkan mereka untuk mengikuti jalan yang ditempuh al-Quran pada metode maupun pembahasan. Metode tersebut diterapkan dengan mengacu kepada orang-orang yang diajak bicara yaitu dengan cara mendahulukan perkara yang terpenting kemudian yang terpenting berikutnya.

Sehingga, diupayakan untuk menggunakan gaya bahasa yang bersifat tegas pada tempatnya dan kelembutan pada tempatnya.

  1. Membedakan antara ayat yang nasikh (yang menghapus) dan ayat yang mansukh (yang dihapus). Penerapannya adalah jika didapati dua ayat yang satu Makkiyah dan yang kedua Madaniyah kemudian terpenuhi syarat-syarat naskh (penghapusan hukum) maka ayat Madaniyah menghapus hukum yang ada pada ayat Makkiyah karena ayat Madaniyah yang turun terakhir.

Semoga Allah memberikan manfaat dari tulisan ini kepada kita dan kaum muslimin. Amin

UKA-ALF


[1] Yang disebut di dalam sejarah dengan ‘Haji Perpisahan’.

[2] HR. al-Bukhari di di dalam Shahihnya no. 45 dan Muslim di dalam Shahihnya no. 3015