oleh

Al-Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah Bukan Makhluk

Merupakan keyakinan kaum muslimin yang benar dan bersumber dari Al Quran dan sunnah bahwa: Al Quran adalah Kalam Allah (Ucapan Allah) bukan makhluk. Barangsiapa yang meyakini bahwa Al Quran adalah makhluk maka ia kafir. Ini adalah keyakinan yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan para imam muslimin.

Mengapa demikian? Karena Al Quran adalah ucapan dan ilmu Allah, dan ucapan serta ilmu-Nya termasuk bagian dari sifat-sifat-Nya yang mulia dan sempurna. Sedangkan sifat-sifat-Nya bukanlah makhluk. Sehingga Kalam (Perkataan) Allah bukanlah makhluk. Tiada yang mengingkari keyakinan ini kecuali orang-orang sesat di antaranya sekte Jahmiyyah yang buruk. Bahkan, penganut sekte ini dihukumi oleh ulama sebagai orang-orang yang murtad (keluar) dari agama Islam.

Mari ikuti pemaparan dalil-dalil dari Al Quran dan sunnah serta penjelasan ulama terkait pembahasan penting ini sebagai berikut. Semoga kita dapat memetik faedah-faedah ilmu yang bermanfaat bagi iman dan amal kita.

Dalil dari Al Quran Bahwa Al Quran Kalam (Perkataan) Allah

Allah Ta’ala berkata,

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalam Allah.” (at-Taubah: 6)

وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ

“Padahal segolongan dari mereka mendengar Kalam Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya.” (al-Baqarah: 75)

Yang dimaksud dengan ‘Kalam Allah’ pada dua ayat di atas tidak lain adalah Al Quran. Perhatikanlah, Allah menamakan Al Quran sebagai Kalam (Perkataan) Allah, Dia tidak menamakannya sebagai makhluk.

Allah Ta’ala berkata tentang ilmu-Nya,

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ

“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu1.” (Ali Imran: 61)

Imam Muhammad bin al-Husain al-Ajurri (w. 360H) rahimahullah menjelaskan ayat di atas,

لَمْ يَزَلِ اللَّهُ عَالِمًا مُتَكَلِّمًا سَمِيعًا بَصِيرًا بِصِفَاتِهِ قَبْلَ خَلْقِ الْأَشْيَاءِ، مَنْ قَالَ غَيْرَ هَذَا كَفَرَ

“Allah senantiasa Maha Mengetahui, Maha Berbicara, Maha Mendengar, Maha Melihat sebelum menciptakan segala sesuatu. Barangsiapa yang tidak meyakini hal ini maka ia kafir.”2

Yakni, Allah Ta’ala memiliki sifat-sifat di atas (mengetahui, berbicara, mendengar, melihat, dan sifat lainnya) sebelum terciptanya makhluk apapun. Sifat tersebut akan terus ada pada-Nya. Ini merupakan keyakinan paten umat Islam.

Setelah itu, beliau menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan berakal jika mau mendengar dalil dari Al Quran, sunnah, serta penjelasan ulama tentang hal ini niscaya dia akan mendapatkan tambahan ilmu dan pemahaman.

Namun, jika yang mendengar adalah orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit3, jika Allah Ta’ala berkehendak untuk memberinya petunjuk menuju jalan kebenaran niscaya dia akan rujuk dari pemahaman yang dianutnya. Akan tetapi jika tidak, niscaya dia tidak akan rujuk, dan musibah yang menimpanya adalah yang terbesar.

Dalil dari As-Sunnah Bahwa Al Quran Kalam Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Al Quran sebagai Kalam Allah, tidak menyebutnya sebagai makhluk. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika menawarkan dirinya pada musim haji,

أَلَا رَجُلٌ يَحْمِلُنِي إِلَى قَوْمِهِ؟ فَإِنَّ قُرَيْشًا مَنَعُونِي أَنْ أُبَلِّغَ كَلَامَ رَبِّي

“Adakah seseorang yang dapat membawaku kepada kaumnya? Karena kaum Quraisy mencegahku dari menyampaikan Kalam Rabbku.” (HR. Ibnu Majah di dalam Sunannya no. 201, dari Sahabat Jabir bin Abdillah, Sahih).4

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي صَلَاتِهِ بَعْدَ التَّشَهُّدِ أَحْسَنُ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ، وَأَحْسَنُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ

Dari Jabir berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca di dalam khotbahnya setelah kalimat syahadat, “Sebaik-baik kalam adalah Kalam Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (HR. an-Nasai di dalam Sunanul Kubra no. 1235, Sahih)5

Pada dua hadits di atas, yang dimaksud dengan Kalam Allah oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak lain adalah Al Quran.

Penjelasan Salaf Tentang Al Quran Kalam Allah

Setelah penjelasan di atas, kita mejadi yakin bahwa Allah Ta’ala menamakan Al Quran sebagai Kalam-Nya, bukan makhluk-Nya. Begitupula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang beliau isyaratkan pada sabdanya. Kemudian kita beralih kepada penjelasan ulama, apa yang mereka katakan tentang Al Quran? Kalam Allah ataukah makhluk? Ikutilah jawabannya.

Sahabat Khabbab bin al-Arat radhiyallahu’anhu mengatakan kepada Farwah bin Naufal al-Asyja’i,

تَقَرَّبْ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بِمَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّكَ لَسْتَ تَتَقَرَّبُ إِلَيْهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْكَلَامِهِ

“Dekatkanlah dirimu (dengan melakukan ibadah) kepada Allah semampumu. Karena sungguh tidaklah engkau mendekatkan dirimu kepada-Nya dengan suatu ibadah yang lebih saya cintai daripada Ucapan-Nya (yakni Al Quran).”6

Perkataan Sahabat mulia ini menunjukkan kepada kita bahwa para sahabat bersepakat di atas prinsip: Al Quran Kalam Allah bukan makhluk.

Diriwayatkan bahwa al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah mewasiatkan beberapa keyakinan penting di antaranya adalah keyakinan beliau tentang Al Quran. Beliau rahimahullah berkata,

أَعْقِدُ قَلْبِي وَلِسَانِي عَلَى أَنَّ الْقُرْآنَ كَلَامَ اللهِ مُنَزَّلٌ غَيْرُ مَخْلُوقٍ

“Saya meyakini dengan hati dan lisan saya bahwa Al Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah yang Ia turunkan dan bukan makhluk.”7

Dengan ini, jelaslah bahwa pendapat yang mengatakan bahwa Al Quran itu makhluk adalah pendapat yang menyelisihi dalil Al Quran dan Sunnah serta kesepakatan para sahabat dan ulama setelah mereka. Segala yang menyelisihi dalil dan kesepakatan para sahabat serta ulama setelah mereka maka tertolak. Semoga bermanfaat.

Sumber utama: Asy-Syari’ah karya Muhammad bin al-Husain al-Ajurri rahimahullah.

Penulis: Ukkasyah al-Atsariy


1 Yakni ilmu Allah berupa Al Quran.

2 Asy-Syariah: 1/490

3 Berupa kecondongan kepada kesesatan.

4 Lihat Silsilah ash-Shahihah no. 1947

5 Lihat Shahih wa Dha’if Sunan an-Nasai no. 1311. Penjelasan hadits dapat merujuk ke kitab Fathul Bari: 7/347, karya Ibnu Rajab rahimahullah.

6Asy-Syari’ah no. 157

7 Al-Amru bil Ittiba’ wa an-Nahyu ‘anil Ibtida’ hlm. 209, karya Imam Jalaludin as-Suyuthi rahimahullah.