oleh

Waspada Hadits-hadits Dhaif Tentang Bulan Rajab

Hari-hari ini hadits-hadits dhaif tentang bulan Rajab banyak tersebar di tengah-tengah umat. Kaum muslimin yang mayoritasnya tidak tahu menahu soal ilmu hadits, menganggapnya sebagai bimbingan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Meski kami sendiri juga tidak menganggap diri sebagai alim dan menguasai berbagai cabang disiplin ilmu hadits. Namun, setidaknya kami bisa menukil beberapa penjelasan alim ulama yang kompeten dalam bidang ini.

Mari kita simak bersama hadits-hadits dhaif seputar bulan Rajab berikut penuturan ahli hadits tentangnya. Harapannya, kaum muslimin bisa terhindar dari keyakinan dan amalan yang keliru akibat hadits-hadits dhaif tersebut.

Hadits Dhaif Tentang Sungai Rajab

إِنَّ فِيْ الْجَنَّةِ نَهْراً يُقَالُ لَهُ رَجَبٌ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضاً مِنْ اللَبَنِ وَأَحْلَى مِنْ العَسَلِ مَنْ صَامَ يَوماً مِنْ رَجَبٍ سَقَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ النَهْرِ

“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sungai yang disebut Sungai Rajab, airnya lebih putih dari susu; lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa sehari pada bulan Rajab, niscaya Allah Ta’ala akan memberinya minum dari sungai tersebut.”

Tentang hadits ini, Imam Ibnu Hajar1 (773 – 852 H) rahimahullah mengatakan, hadits ini disebutkan oleh Abul Qasim at-Taimi dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib; al-Hafizh al-Asbahani di dalam Kitab Fadhli ash-Shiyam; al-Baihaqi di dalam Fadhail al-Auqat; dan lainnya.

Terkait kedudukan hadits ini Imam Ibnul Jauzi2 (508 – 597 H) rahimahullah mengatakan, pada hadits ini banyak perawi yang tidak dikenal, maka sanadnya dihukumi dhaif (lemah), meskipun tidak bisa dihukumi sebagai hadits palsu; karena hadits tersebut juga diriwayatkan dari jalan lain namun perawinya juga tidak dikenal.3

Hadits Dhaif Tentang Doa Berkah di Bulan Rajab dan Sya’ban

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban; serta panjangkanlah umur kami sampai kepada bulan Ramadhan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad4 (164 – 241 H) dalam musnadnya (1/259). Sanad hadits ini melalui perawi bernama Zaidah bin Abi Raqad, dari Ziyadah an-Numairy.

Tentang perawi tersebut Imam Ibnul Madini5 (161 – 234 H) mengomentari, Zaidah bin Abi Raqad meriwayatkan berbagai hadits munkar6.

Imam al-Bukhari7 (194 – 256 H) menyatakan, hadits yang diriwayatkan Zaidah bin Abi Raqad dari Ziyad an-Numairi adalah munkar. Demikian pula Imam an-Nasa’i8 (215 – 303 H) mengatakan, haditsnya dihukumi munkar.

Sementara Imam Ibnu Hibban9 (w 354 H) menyatakan, haditsnya tidak bisa dijadikan hujah.10

Hadits Dhaif, Rasul Hanya Berpuasa di Bulan Rajab dan Sya’ban

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَصُمْ بَعْدَ رَمَضَانَ إلا رجباً وشعبان

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa setelah Ramadhan kecuali pada bulan Rajab dan Sya’ban.”

Imam al-Baihaqi11 (384 – 458 H) rahimahullah setelah menyebutkan hadits ini menyatakan, ini adalah hadits yang munkar, pada sanadnya terdapat seorang perawi bernama Yusuf bin ‘Athiyyah; ia sangat lemah periwayatan haditsnya.12

Kesimpulan Terkait Hadits-hadits Seputar Keutamaan Bulan Rajab

Kami tutup pembahasan ini dengan pernyataan Ibnu Hajar rahimahullah,

وَأَمَّا الْأَحَادِيْثُ الْوَارِدَةُ فِيْ فَضْلِ رَجَبٍ، أَوْ فَضْلِ صِيَامِهِ أُوْ صِيَامِ شَيْئٍ مِنْهُ صَرِيْحَةً، فَهِيَ عَلَى قِسْمَيْنِ: ضَعِيْفَةٍ أَوْ مَوْضُوعَةٍ

“Adapun hadits-hadits yang menyebutkan dengan tegas tentang keutamaan bulan Rajab; juga keutamaan puasa satu bulan utuh atau sebagian harinya; tidak luput dari dua keadaan: pertama dhaif, kedua palsu.”13

Telah kami sebutkan beberapa hadits-hadits dhaif tentang bulan Rajab. Masih banyak yang tersisa, akan tetapi karena beberapa keterbatasan kami cukupkan sekian. Pada artikel selanjutnya insyaAllah akan kami sebutkan hadits-hadits palsu seputar bulan Rajab.

Semoga dengan yang ringkas ini dapat menjadi ibrah bagi kaum muslimin untuk selalu berhati-hati dalam mengamalkan hadits-hadits. Tidak semua hadits yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam benar adanya. Tentu, mempelajari ilmu hadits dengan sekian perangkatnya adalah yang paling utama. Namun, sekiranya tidak ada kemampuan maka kewajiban kita adalah bertanya kepada ahlinya; yaitu para ulama yang terpercaya.

DW/FAI – ALF


1 Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Kinani; Abul Fadhl. Dikenal dengan nama Ibnu Hajar al-Asqalani. Berasal dari negeri Asqalan, salah satu daerah di Palestina. Ia mempunyai karya monumental berjudul Fathul Bari, berisi penjelasan hadits-hadits Shahih al-Bukhari. Seorang ulama besar, pakar hadits; bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih.

2Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al-Jauzi; Abul Faraj. Ulama yang mahir dalam bidang sejarah dan hadits.

3 Silakan merujuk pada kitab Tabyin al-‘Ajab bima Warada fi Fadhli Rajab (hlm 9 – 11) karya Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah dan al-‘Ilal al-Mutanahiyah (2/65) karya Ibnul Jauzi rahimahullah.

4 Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abu Abdillah asy-Syaibani. Imam mazhab Hambali; salah satu imam mazhab yang empat.

5 Ali bin Abdillah bin Ja’far as-Sa’dy; lebih dikenal dengan Ibnul Madini. Salah satu imam ahli hadits di masanya. Ia termasuk ulama yang paling mengetahui ilmu riwayat dan seluk beluk para perawi hadits.

6 Hadits yang munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang dhaif dan ada riwayat lain yang menyelisihinya dengan sanad dari perawi yang lebih terpercaya. Ada juga yang menyatakan, hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang sering melakukan kesalahan fatal. Hadits munkar termasuk jenis hadits dhaif, tidak diterima.

7 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim; Abu Abdillah al-Bukhari. Nama beliau sangat masyhur; diketahui kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Penulis kitab hadits yang paling sahih, Shahih al-Bukhari.

8 Ahmad bin Ali bin Syu’aib; Abu Abdirrahman an-Nasa’i. Salah satu imam ahli hadits, penulis kitab Sunan an-Nasa’i. karya beliau tersebut merupakan salah satu rujukan utama ilmu Islam.

9 Muhammad bin Hibban; Abu Hatim al-Busti. Lebih dikenal dengan Ibnu Hibban. Ulama ahli hadits dan sejarah. Ia memiliki kitab hadits Shahih Ibnu Hibban.

10 Silakan merujuk Tabyin al-‘Ajab (hlm. 12); adh-Dhu’afa al-Kabir (2/81) biografi no.531; Tahdzib at-Tahdzib (3/305) biografi no.570.

11 Ahmad bin al-Husain bin Ali; Abu Bakar al-Baihaqi. Salah satu imam ahli hadits. Penulis kitab Sunan al-Baihaqi.

12 Tabyin al-‘Ajab (hlm. 12).

13Idem (hlm. 18).