oleh

Penting Dipelajari!! Tata Cara Berdoa Sesuai Bimbingan Nabi

-Fiqih-1,795 views

Berdoa termasuk salah satu amalan ibadah pendekatan diri kepada Allah Ta’ala, sehingga penting bagi seorang muslim untuk mengetahui tata cara berdoa sesuai bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ibadah akan diterima apabila ditunaikan sesuai dengan bimbingan dan tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari kita simak penjelasan berikut.

Urgensi Doa dalam Kehidupan Manusia

Do’a adalah ibadah yang sangat penting, terlebih lagi bagi kita sebagai hamba yang lemah dan selalu butuh akan pertolongan dari-Nya Ta’ala. Berikut ini beberapa point yang menunjukkan tentang urgensi doa dalam kehidupan kita.

  1. Berdoa merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)

Demikan pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ ‌بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ.

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba yang hatinya lalai.”i

  1. Berdoa merupakan amalan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla daripada doa.”ii

  1. Berdoa merupakan sebab penghalang datangnya kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ ‌لَمْ ‌يَسْأَلِ ‌اللَّهَ ‌يَغْضَبْ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang tidak meminta (berdoa) kepada Allah, niscaya Allah akan murka kepadanya.”iii

Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah menukil ucapan Imam ath-Thibbi rahimahullah,

“Makna hadits di atas yaitu barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka. Begitu pula sebaliknya, Dia akan senang apabila hamba-Nya meminta kepada-Nya.”iv

Berdoa Sesuai Bimbingan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

Di antara cara berdoa yang sesuai dengan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:

  1. Berdoa sesuai dalil al-Qur’an dan as-Sunnah.

Imam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah mengatakan,

“Sudah sepatutnya bagi setiap hamba untuk berdoa dengan doa yang telah diajarkan dan disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena doa yang berasal dari keduanya tidak diragukan lagi keutamaan dan kebaikannya. Dan itu merupakan jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka dari kalangan para nabi, orang-orang jujur, para syuhada’ dan orang-orang shalih yang menjadi teman terbaik.”v

Adapun di antara contoh doa dari al-Quran adalah sebagaimana berikut ini,

  • Doa memohon kebaikan dunia dan akhirat

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (al-Baqarah: 201)

Adapun di antara contoh doa dari as-Sunnah (hadits-hadits yang shahih) adalah sebagaimana berikut ini,

  • Doa memohon petunjuk

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk dan keteguhan (di atas kebenaran).”vi

  1. Berdoa dengan menyebut nama-nama Allah yang baik.

Hal ini merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya,

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ

“Hanya milik Allah al-Asma-ul Husna (nama-nama yang baik), maka mohonlah kepada Allah dengan menyebut nama-nama-Nya.” (al-A’raf: 180)

Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,

“Makna ayat di atas adalah, mintalah kalian kepada Allah dengan melalui perantara nama-nama-Nya yang baik. Dan hendaknya ia menyebut nama-nama-Nya yang mulia disesuaikan dengan kandungan doanya. Seperti perkataanmu, ‘Yaa Tawwab (Wahai Dzat Yang Maha Menerima taubat), terimalah taubatku.’”vii

Dan di antara contohnya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

“Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang Mengatur makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta perlindungan.viii

Dan di antara keutamaan berdoa dengan menggunakan al-Asma-ul Husna adalah bahwa Allah akan mengabulkan permintaannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

“Sesungguhnya dia telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang agung, yang apabila nama itu disebut dalam permintaannya, maka Allah akan memenuhi permintaannya, dan apabila nama itu disebut dalam doanya, maka Allah akan mengabulkan doanya.”ix

  1. Khusyu’ ketika berdoa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ ‌بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba yang hatinya lalai.”x

  1. Tidak tergesa-tergesa ketika berdoa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يُعْجَلْ. فَيَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي.

“Akan dikabulkan (doa) kalian, selama tidak tergesa-gesa, yaitu ketika ia mengatakan: Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan.”xi

Demikianlah penjelasan terkait tata cara berdoa sesuai bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik kepada hamba-hamba-Nya untuk beramal di atas bimbingan Rasul-Nya. Aamin… UAA-LTC/AAK

Penulis: Umar Abdul Aziz Ponorogo

Referensi:

  1. Al-Adabul Mufrad karya Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah.

  2. Fathul Bari karya Imam Ahmad bin Ali bin Ahmad, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah.

  3. Majmu’ al-Fatawa karya Imam Ahmad bin Abdul Halim al-Harrani rahimahullah.


i HR. at-Tirmidzi no.3349 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

ii HR. at-Tirmidzi no.3363 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

iii HR. at-Tirmidzi no,3373 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

iv Fathul Bari (11\98) karya Imam Ahmad bin Ali bin Ahmad dan dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah.

قَالَ الطِّيبِيُّ مَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يُبْغِضْهُ وَالْمَبْغُوضُ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِ وَاللَّهُ يُحِبُّ أَنْ يسْأَل

v Majmu al-Fatawa (1\346) karya Imam Ahmad bin Abdul Halim al-Harrani rahimahullah.

وَيَنْبَغِي لِلْخَلْقِ أَنْ يَدْعُوا ‌بِالْأَدْعِيَةِ ‌الشَّرْعِيَّةِ الَّتِي جَاءَ بِهَا الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا رَيْبَ فِي فَضْلِهِ وَحُسْنِهِ وَأَنَّهُ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ صِرَاطُ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا.

vi HR. Muslim no. 2725 di dalam shahihnya dari sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu.

vii Fathul Bari (10\131) karya Imam Ahmad bin Ali bin Ahmad dan dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah

قال الْقُرْطُبِيُّ عِنْدَ قَوْلِهِ تَعَالَى: (فَادْعُوهُ بِهَا) أَيْ اطْلُبُوا مِنْهُ بِأَسْمَائِهِ؛ فَيُطْلَبُ بِكُلِّ اسْمٍ مَا يَلِيق بِهِ، تَقول: يَا تَوَّابُ تُبْ عَليّ؛

viii HR. at-Tirmidzi no.3524 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

ix HR. Ahmad no.23041 dari sahabat Abdullah bin Buraidah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

x HR. at-Tirmidzi no.3349 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih.

xi HR. al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no.655 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.