oleh

Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar

-Fiqih-1,802 views

Tanda-tanda malam Lailatul Qadar benar adanya. Tanda tersebut bisa dilihat oleh hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki pada setiap tahun di bulan Ramadhan. Bagaimana tanda-tanda malam Lailatul Qadar? Apa yang baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bimbingkan kepada umatnya ketika melihat tanda tersebut?

Sabda Rasulullah Tentang Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang malam Lailatul Qadar,

لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ، لَا حَارَّةٌ، وَلَا بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ

(Malam Lailatul Qadar) adalah malam yang nyaman dan sejuk, tidak panas juga tidak dingin. Pada pagi harinya matahari bersinar redup berwarna kemerah-merahan.”1

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَهِيَ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لَا حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا يَفْضَحُ كَوَاكِبَهَا

(Malam Lailatul Qadar) adalah malam yang nyaman dan sejuk, tidak panas juga tidak dingin. Seakan-akan bulan pada malam tersebut menerangi bintang-bintangnya.”2

Sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata,

أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ، لَا شُعَاعَ لَهَا

Sinar matahari yang terbit pada pagi itu tidak menyilaukan.”3

Tanda-Tanda Seseorang yang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Ada perselisihan pendapat di kalangan para ulama tentang terlihatnya tanda-tanda bagi seseorang yang diberi taufiq (petunjuk) untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

Para ulama berselisih pendapat, apakah ada tanda-tanda yang terlihat bagi seseorang yang diberi taufiq (petunjuk) untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar atau tidak ada?.”4

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan,

Al-Imam ath-Thabari berpendapat bukan sebuah keharusan adanya tanda-tanda bagi seseorang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar dan bukan merupakan syarat bagi seseorang yang mendapat malam Lailatul Qadar untuk dia melihat atau mendengar sesuatu.”5

Hikmah Disembunyikannya Waktu Malam Lailatul Qadar

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِيَ

Terdapat dalil tentang tanda-tanda malam Lailatul Qadar, namun mayoritas tanda-tanda tersebut tidaklah tampak kecuali setelah berlalunya malam tersebut.”6

Di kesempatan lain Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

Para ulama berkata, ‘Hikmah disembunyikannya pengetahuan terkait kapan terjadinya malam Lailatul Qadar ialah agar tercapainya kesungguhan para hamba Allah subhanahu wa ta’ala dalam mencari malam tersebut. Hal ini berbeda ketika malam Lailatul Qadar sudah ditentukan waktunya, maka biasanya seorang hamba akan kurang bersungguh-sungguh dalam mencarinya.’”7

Imam al-Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

Lebih baik seseorang yang melihat malam Lailatul Qadar untuk menyembunyikannya (tidak menceritakan kepada orang lain) dan berdo’a dengan mengikhlaskan niat serta keyakinan yang benar kepada Allah subhanahu wa ta’ala terkait yang Allah tetapkan dalam perkara agama dan dunia. Hendaknya seseorang memperbanyak do’a untuk urusan agama dan akhiratnya.”8

Ibunda kaum mukminin Sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: ” قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعَفُ عَنِّي

Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui suatu malam bahwa malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar, doa apa yang aku panjatkan? Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعَفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memberikan maaf, maka maafkanlah aku.’”9

Tetap Mendapat Keutamaan Meski Tidak Melihat Tanda-Tandanya

Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Barangsiapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”10

Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

Menegakkan shalat malam di bulan Ramadhan, namun belum diberi taufiq melihat dan mengetahui malam Lailatul Qadar merupakan sebab diampuninya dosa-dosa. Dan shalat malam bagi seseorang yang diberi taufiq mengetahui dan melihat tanda-tanda malam Lailatul Qadar merupakan sebab diampuni dosa-dosanya, walaupun pada selain malam tersebut dia tidak menegakkan shalat malam.”11

Hal di atas berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَيُوَافِقُهَا أُرَاهُ قَالَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ

“Barangsiapa yang shalat malam di malam Lailatul Qadar, lalu dia diberi taufiq (petunjuk) untuk mendapatkannya (diperlihatkan tanda malam tersebut kepadanya), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”12

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

(Perkataan Imam Nawawi di atas) adalah pendapat yang lebih kuat menurut pandanganku dan aku tidak mengingkari tercapainya keutamaan bagi seseorang yang shalat malam karena berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar, walaupun dia tidak mengetahuinya dan walapun dia tidak diberi taufiq (-petunjuk- untuk melihat malam Lailatul Qadar).”13

Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk selalu bersemangat memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, baik dia melihat tanda-tanda malam Lailatul Qadar ataupun tidak.

Wallahu a’lam. REI/HMZ

Penulis: Reihan Audie

Referensi:

  1. Al-Hawi al-Kabir, karya Imam al-Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah.
  2. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, karya Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah.
  3. Fathul Bari, karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah.

 

1 HR. ath-Thayalisi no. 2802, shahih, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shagir (2/962) no. 5475, dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

2 HR. Ibnu Hibban no. 3688, di dalam shahihnya, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.

3 HR. Muslim (762)-220, di dalam shahihnya, dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.

4 Lihat Fathul Bari (4/266)

وَاخْتَلَفُوا هَلْ لَهَا عَلَامَةٌ تَظْهَرُ لِمَنْ وُفِّقَتْ لَهُ أَمْ لَاوَاخْتَارَ الطَّبَرِيُّ أَنَّ جَمِيعَ ذَلِكَ غَيْرُ لَازِمٍ وَأَنَّهُ لَا يُشْتَرَطُ لِحُصُولِهَا رُؤْيَةُ شَيْءٍ وَلَا سَمَاعُهُ

5 Idem

6 Lihat Fathul Bari (4/260)

7 Lihat Fathul Bari (4/266)

قَالَ الْعُلَمَاءُ الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لِيَحْصُلَ الِاجْتِهَادُ فِي الْتِمَاسِهَا بِخِلَافِ مَا لَوْ عُيِّنَتْ لَهَا لَيْلَةٌ لَاقْتُصِرَ عَلَيْهَا

8 Lihat al-Hawi al-Kabir (3/484)

وَيُسْتَحَبُّ لِمَنْ رَأَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنْ يَكْتُمَهَا، ويدعو بإخلاص نية وصحة يقين بما أوجب مِنْ دِينٍ وَدُنْيَا، وَيَكُونُ أَكْثَرُ دُعَائِهِ لِدِينِهِ، وَآخِرَتِهِ

9 HR. at-Tirmidzi no. 3513 shahih, lihat Misykah al-Mashabih (1/646) no. 2091.

10 HR. Muslim no. (760)-175, di dalam shahihnya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

11 Syarh Shahih Muslim (6/41).

قِيَامُ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ مُوَافَقَةِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَعْرِفَتِهَا سَبَبٌ لِغُفْرَانِ الذُّنُوبِ وَقِيَامُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لِمَنْ وَافَقَهَا وَعَرَفَهَا سَبَبٌ لِلْغُفْرَانِ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ غَيْرَهَا

12 HR. Muslim no. (760)-176, di dalam shahihnya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

13 Fathul Bari (4/267).

وَهُوَ الَّذِي يَتَرَجَّحُ فِي نَظَرِي وَلَا أُنْكِرُ حُصُولَ الثَّوَابِ الْجَزِيلِ لِمَنْ قَامَ لِابْتِغَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ بِهَا وَلَوْ لَمْ تُوَفَّقْ لَهُ