oleh

2 Syarat Diterimanya Amal Ibadah

Seorang hamba tatkala melakukan sebuah amalan berharap amalanya diterima disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pertanyaannya, apakah amalan yang dikerjakan telah terpenuhi syarat diterimanya sebuah amalan?

Dua Syarat Diterimanya Amalan

Melalui tulisan ringkas ini kita akan mengetahui sebab-sebab diterimanya sebuah amalan, sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.

  1. Mengikhlaskan dan memurnikan niat hanya mengharap pahala di sisi Allah Ta’ala.

    Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam telah menjelaskan permasalahan ini. Sebagaimana di dalam hadistnya yang shahih:

    إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

    “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang itu mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah karena tujuan dunia atau karena wanita yang ingin dia nikahi maka hijrahnya itu tergantung apa yang dia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi)

    Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa tatkala seseorang beramal lalu ia niatkan untuk dunia maka dia akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkan dan tidak mandapat ganjaran di sisi Allah. Sebaliknya, jika dia berniat untuk mengharap pahala disisi-Nya maka Allah akan membalas apa yang ia kerjakan.

    Allah juga telah memerintahkan untuk mengiklaskan ibadah hanya kepada Allah semata, sebagaimana di dalam firman-Nya:

    وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

    “Tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka menyembah Allah dengan memurnikan amalan untuk-Nya, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (al-Bayyinah: 5)

    Demikianlah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengikhlaskan niat, hanya mengharap ganjaran di sisi Allah.

  2. Mengikuti bimbingan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

    Dengan meneladani beliau, amalan yang kita kerjakan akan diterima Allah, namun tatkala amalan tersebut tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam maka perbuatan tersebut akan tertolak, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

    “Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada contoh dari kami (Rasulullah) maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun ‘alaihi)

    Melalui hadis ini kita mengambil faedah, bahwa ketentuan diterimanya amalan adalah dengan mencocoki bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila tidak mencocoki maka amalan tersebut tidak diterima oleh Allah. Ajaran dan bimbingan yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan adalah wahyu dari Allah bukan bersumber dari hawa nafsu, sebagaimana firmanNya:

    وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى 

    “Dan tidaklah yang diucapkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3-4)

Contoh Penerapan Syarat Diterimanya Amalan

Seseorang menunaikan sholat Subuh dengan ikhlas, namun menunaikannya dengan empat rakaat. Apakah shalatnya akan diterima? Kaum muslimin pasti amalan orang tersebut tidak sah. Kenapa? Karena dia tidak mengikuti bimbingan syariat.

Begitupula sebaliknya, seseorang berpuasa di siang hari namun ingin dikatakan sebagai seorang yang ahli ibadah, maka amalannya tidak diterima di sisi Allah, bahkan ia terjatuh dalam perbuatan riya’.

Sekecil apapun amalan seorang hamba akan tetapi ia ikhlas dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam maka amalannya akan diterima dan akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan di dalam al-Qur’an barangsiapa yang menginginkan untuk mendapat kecintaan dari Allah, ia harus mengikuti ajaran dan bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Tatkala seseorang mendapatkan kecintaan dari Allah maka ia telah mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Inilah dua syarat diterimanya amalan. Semoga tulisan ringkas ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita, dan semoga amalan yang kita kerjakan diterima di sisi Allah. Amin. AHS-AAW

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *