oleh

Syafa’at di Sisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Syafa’at di sisi Ahlus Sunnah – Syafa’at merupakan secercah harapan di hari kiamat bagi para muwahhid yaitu orang-orang yang bertauhid kepada Allah Ta’ala. Pembahasan syafa’at masuk dalam bab aqidah. Sehingga wajib bagi kita untuk memiliki pemahaman yang benar tentang syafa’at sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Orang-orang yang menyelewengkan hakikat syafa’at ada dua jenis:

  1. Mereka yang menempuh jalan ifrath (berlebihan) dalam memaknainya hingga terjatuh dalam syirik besar.
  2. Mereka yang menempuh jalan tafrith (meremehkan permasalahan), hingga terjatuh dalam sikap menolak beberapa bentuk syafa’at.

Syafa’at di sisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Ahlus Sunnah wal Jama’ah berada di tengah-tengah antara ifrath dan tafrith. Yaitu tidak berlebihan dan tidak meremehkannya. Memahami syafa’at sesuai dengan apa yang dipahami oleh para sahabat yang dididik langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Para ulama menyebutkan kaidah-kaidah yang terkait dengan syafa’at di dalam kitab-kitab mereka. Berikut ini diantara kaidah yang disebutkan oleh para ulama:

  • Al-Imam Ahmad rahimahullahu (lahir 164 H – wafat 241 H).

    “Beriman dengan syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beriman dengan adanya satu kaum yang telah masuk neraka dan terbakar hingga menjadi arang, kemudian mereka diperintah menuju sebuah sungai yang berada di pintu surga — seperti yang disebutkan dalam riwayat tentang hal ini — dan (kita mengimani) bagaimana dan kapan terjadinya. Tentang urusan ini, kita hanya beriman dan mempercayai.” (Ushulus Sunnah karya Al Imam Ahmad hlm. 32)

  • Abu Ja’far Ath Thahawi rahimahullahu (lahir 239 H – wafat 321 H).

    “Syafa’at yang dipersiapkan untuk mereka kelak adalah haq (benar adanya), sebagaimana halnya disebutkan oleh hadits-hadits.” (Lihat matan Al ’Aqidah ath-Thahawiyah, masalah ke-41)

  • Abu Utsman Ismail bin Abdur Rahman Ash Shabuni rahimahullahu (lahir 373 H – wafat 449 H).

    “Ahli agama dan Ahlus Sunnah mengimani syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pelaku dosa dari kalangan orang-orang yang bertauhid dan pelaku dosa besar (lainnya), sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang sahih.” (Lihat ‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits hlm. 76).

  • Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullahu (lahir 541 H – wafat 629 H).

    “Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan memberikan syafa’at kepada para pelaku dosa besar yang telah masuk neraka agar mereka bisa keluar setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian masuk ke dalam surga. Para nabi, orang-orang yang beriman, dan malaikat juga akan memberikan syafa’at (dengan seizin Allah). Allah Ta’ala berfirman:

    وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ

    “Dan mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at melainkan kepada orang-orang yang diridhoi oleh Allah; dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Al Anbiya: 28)

    Adapun orang-orang kafir tidak akan bisa merasakan syafa’at pemberi syafa’at.” (Syarah Lum’atil I’tiqad, hlm. 128)

InsyaAllah pembahasan lebih rinci pada artikel selanjutnya tentang: Syafa’at.

Referensi: Berbagai sumber terpercaya.