oleh

Siapakah Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Sering kita mendengar istilah ahlul bait Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas siapakah ahlul bait itu? Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim kepada mereka? Silahkan simak penjelasan berikut ini.

Siapakah Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Ahlul bait meliputi istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan semua kerabat beliau yang tidak boleh menerima sedekah. Seperti keluarga ‘Ali bin Abi Thalib, keluarga Ja’far, keluarga Al Abbas bin Abdil Muthalib dan yang selain mereka dari kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beriman terhadap risalah beliau. Sebagian ulama memasukkan bani Al-Muthalib ke dalam ahlul bait.

Istri-istri Nabi adalah Ahlul Bait Beliau

Istri seseorang termasuk ahlul baitnya, demikian juga istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mereka adalah ahlul bait beliau. Hal ini sesuai dengan makna secara etimologi dan secara istilah syariat yang bersumber dari al-Quran dan sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرً

“Sesungguhnya Allah ingin menggugurkan dosa kalian, para ahlul bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya”.(al-Ahzab: 33)

Imam Ibnu Katsir (701 – 774 H) rahimahullah berkata di dalam tafsirnya3,

فقال تعالى مُخَاطِبًا لِنِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بأنهن إذا اتقين الله عز وجل كَمَا أَمَرَهُنَّ، فَإِنَّهُ لَا يُشْبِهُهُنَّ أَحَدٌ مِنَ النِّسَاءِ وَلَا يَلْحَقُهُنَّ فِي الْفَضِيلَةِ وَالْمَنْزِلَةِ

“Allah Ta’ala berkata, memaksudkan pembicaraan kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila mereka bertakwa sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan, maka tidak ada satu wanita pun yang semisal dengan mereka dan menyamai mereka dalam keutamaan dan pahala”.

Sehingga yang dimaksud ahlul bait pada ayat ini adalah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

Begitu pula hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خُبْزِ بُرٍّ مَأْدُومٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ حَتَّى لَحِقَ بِاللَّهِ

Keluarga Muhammad tidak pernah makan dari bahan adonan roti hingga kenyang selama tiga hari (berturut-turut) sampai bertemu Allah (ajal menjemput –ed)”. (HR. al-Bukhari no.5423, di dalam Shahihnya)

Yang dimaksud dengan keluarga Muhammad di sini tidak lain adalah beliau dan istri-istri beliau.


Baca Juga: 6 Masa Penting dalam Sejarah Syiah


Sikap yang benar terhadap ahlul bait

Wajib bagi seluruh kaum muslimin untuk mencintai, menghormati, dan memuliakan mereka, disebabkan mereka termasuk orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan sebab hubungan kekerabatan mereka dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga dalam rangka menerapkan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mereka memberikan perjanjian kepada kaum muslimin dalam sabda beliau:

أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

“Aku peringatkan kalian kepada Allah terkait ahlul baitku”. (HR. Muslim dalam shahihnya no. 2408, dari sahabat Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu)


Baca Juga: 3 Perbedaan Sunni dan Syiah


Sikap yang tidak benar terhadap ahlul bait

Ada sebagian kaum muslimin yang sikap mereka berlebihan terhadap ahlul bait seperti memposisikan mereka melebihi hak mereka. Contohnya adalah memposisikan Ali bin Abi Thalib sebagai nabi. Dan sebaliknya, ada sebagian kaum muslimin yang merendahkan dan mencela mereka. Ini merupakan sikap yang yang tidak benar terhadap ahlul bait. AHM-AAK