oleh

Sejarah Penting Awal Mula Turunnya Wahyu dalam Islam

-Sejarah-1,223 views

Awal mula turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan kisah yang sangat berharga penuh makna. Banyak faedah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Dengan mengetahuinya, seorang akan mengenal bagaimana Allah meninggikan derajat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui perantara wahyu dan risalah yang Allah amanahkan kepadanya.

Peristiwa dan Kejadian Sebelum Turunnya Wahyu

Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bermimpi. Kemudian mimpi tersebut berubah menjadi kenyataan dengan izin dan kehendak Allah, persis sebagaimana gambaran dalam mimpinya.1

Keinginan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengasingkan diri supaya lebih fokus beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala juga semakin menguat. Sehingga beliau melakukan pengasingan diri di gua Hira selama beberapa malam.2 Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendengar sebuah batu mengucapkan salam kepadanya.3


Baca juga : Inilah Sejarah Penulisan al-Quran


Kapan Awal Mula Turunnya Wahyu?

Awal mula turunnya wahyu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berusia  40 tahun.4 Peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadr. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

“Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)

Allah Ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam penuh kemuliaan (Lailatul-Qadr).” (Al-Qadr: 1)

Sebuah riwayat hadits dalam kitab Shahih Muslim menerangkan bahwa turunnya wahyu pertama kali terjadi pada malam senin sebelum terbitnya fajar.

Dari sahabat Qatadah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

“Hari itu adalah hari ketika aku dilahirkan, dan hari ketika al-Qur’an diturunkan (pertama kali).”5


Baca juga : Sejarah Peradaban Islam dari Tahun 6 H


Hadits Yang Memaparkan Kisah Awal Mula Turunnya Wahyu

Kisah permulaan turunnya wahyu telah diceritakan oleh Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sebagaimana dalam Shahih Bukhari, beliau radhiyallahu ‘anha bercerita,

“Peristiwa yang mengawali saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu adalah mimpi hakiki (benar) di dalam tidurnya. Tidaklah beliau bermimpi melainkan mimpi itu selalu datang seperti terangnya waktu pagi. Kemudian muncul dalam diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam rasa senang untuk mengasingkan diri.

Beliau terbiasa mengasingkan diri di goa Hira. Ber-tahannuts (beribadah) di dalam goa itu selama beberapa malam kemudian beliau pulang kembali ke keluarganya, untuk berbekal dalam rangka melakukan tahannuts tersebut.

Kemudian beliau pulang kepada Khadijah dengan tujuan membawa bekal untuk keperluan yang sama, hingga saat datang padanya wahyu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah berada dalam goa Hira. Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi oleh malaikat (Jibril), lalu berkata, “Bacalah!”

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tak mampu membaca.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Maka malaikat itu memegangku, kemudian mendekapku kuat-kuat hingga sesak dan kepayahan. Kemudian ia melepaskanku dan berkata, “Bacalah!”

Aku pun menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Maka malaikat itu kembali memegangku dan mendekapku untuk kedua kalinya hingga diriku merasakan sesak yang sangat.

Akupun tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Maka ia Kembali memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya, kemudian melepaskanku dan membaca,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

“Bacalah dengan nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah Yang mengajarkan manusia dengan pena. Dia mengajarkan (manusia) apa yang tidak diketahuinya.” (al-Alaq:1-5)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dalam keadaan bergetar hatinya. Kemudian beliau menemui Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha, lalu mengatakan, “Selimutilah aku! Selimutilah aku!”

Khadijah pun menyelimuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hilang rasa takutnya. Beliau kemudian berkata (menjelaskan kejadiannya kepada khadijah), “Aku benar-benar mengkhawatirkan diriku.”

Berkata Khadijah, “Sekali-kali tidak! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Engkau orang yang suka menyambung tali silaturahmi, memikul beban (membantu) orang yang kesusahan, memberikan hutang kepada yang tidak punya, selalu menjamu tamu dan membela  yang haq (benar).”

Selanjutnya Khadijah mengajak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, anak dari paman Khadijah radhiyallahu anha. Dia adalah seorang Nasrani di zaman Jahiliah. Dia mampu menulis kitab dalam bahasa Ibrani dengan bagus meski ia telah tua dan buta.

Khadijah berkata kepadanya, “Wahai putra paman, dengarkan cerita dari putra saudaramu ini (yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Kemudian Waraqah bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai putra saudaraku, apa yang pernah engkau lihat?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kejadian yang dilihatnya itu.

Berkata Waraqah kepada beliau, “Inilah Namus yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Seandainya saja aku masih kuat nanti dan seandainya saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Benarkah mereka akan mengusirku?”

Waraqah pun menjawab, “Ya. Tidaklah seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa melainkan dia akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup pada masamu nanti, aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh.” Tidak berselang lama setelah pertemuan tersebut, Waraqah meninggal dunia.6

Demikianlah penuturan istri Nabi, yaitu Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan kisah awal mula turunnya wahyu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara rinci.

Semoga dengan mengetahuinya ilmu ini, dapat menambah kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berupaya untuk selalu mengikuti Sunnah dan bimbingan beliau. IPK-MPS/IWU

Penulis: Indra Permana Kebumen

Referensi: Sirah Nabawiyyah dari kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Imam Abul Fida Ismail bin ‘Umar bin Katsir rahimahullahu Ta’ala.

Footnotes

  1. HR. Bukhari no. 4953 di dalam shahihnya.

    أَنَّ عَائِشَةَ، زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: كَانَ أَوَّلَ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ

  2. HR. Bukhari no. 4953 di dalam shahihnya.

    ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، فَكَانَ يَلْحَقُ بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ – قَالَ: وَالتَّحَنُّثُ: التَّعَبُّدُ – اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَد ِ

  3. HR. Muslim no. (227)-2 di dalam shahihnya.

    عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ، إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ “

  4. Sirah Nabawiyyah karya Ibnu Katsir (1/388)
  5. HR. Muslim no. (1162)-197 di dalam shahihnya.
  6. HR. Bukhari (4953) di dalam shahihnya.