oleh

Sabar dengan Takdir Allah: Definisi dan Keutamaan

Sabar dengan Takdir Allah di antara indikator benarnya iman seorang mukmin. Kesabaran merupakan sifat mulia yang sangat penting dimiliki seorang mukmin sejati. Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat sabar dan yang terkait dengannya di dalam al-Qur’an pada 90 ayat.1

Definisi sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah menyatakan definisi sabar secara bahasa bermakna menahan. Adapun secara istilah bermakna menahan jiwa untuk melakukan sesuatu ataupun menahan jiwa dari menjauhi sesuatu.2

Kesabaran Allah

Termasuk perkara yang menunjukkan kesabaran Allah terhadap para hamba-Nya adalah ketika Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan berbagai kenikmatan, manfaat dan rahmat-Nya, sementara mereka mencela, bermaksiat dan berbuat kesyirikan kepada-Nya,3

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda; “tidak ada sesuatu pun yang paling bersabar terhadap gangguan yang didengar, selain Allah. Mereka mengatakan Allah memiliki anak. Kemudian Allah mengampuni dan memberi rezeki mereka.”4

Hadits ini sebagai motivasi bagi kaum mukminin, para hamba Allah, agar benar-benar mewujudkan kesabaran sebagaimana yang terwujud pada sifat Allah ‘Azza wa Jalla.

Macam-macam Sabar dengan Takdir Allah

Tiga hal yang merupakan bagian dari sabar dengan takdir Allah, yaitu:

  1. Bersabar di dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah

Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa sesungguhnya jiwa manusia cenderung untuk bermalas-malasan dan bersantai-santai. Sehingga hal ini mengharuskan seorang hamba untuk bersabar dalam menjalankan berbagai ketaatan kepada Allah Ta’ala.5

Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada rasul-Nya untuk bersabar di dalam melaksanakan ketetapan-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلًا, فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabbmu.” (al-Insaan: 23-24)

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap Wajah-Nya” (al-Kahfi: 28)

  1. Bersabar untuk tidak melakukan dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah

Pada asalnya, jiwa manusia condong untuk mengajak pemiliknya mengerjakan berbagai bentuk kemaksiatan. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam ayatnya;

إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

“sesungguhnya jiwa itu senantiasa menyuruh kepada kejelekan.” (Yusuf: 53)

Terkait hal ini, terdapat sebuah kisah teladan di dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang kesabaran nabi Yusuf ‘alaihis salam dalam menghadapi godaan istri pemimpin Mesir pada waktu itu. Nabi Yusuf ‘alaihis salam pun berdoa kepada Allah Ta’ala;

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Seandainya Engkau tidak hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Yusuf: 33)

  1. Bersabar terhadap takdir yang menyakitkan

Musibah merupakan takdir Allah yang ditetapkan bagi para hamba-Nya di dunia ini. Berbagai musibah yang dialami seorang hamba bisa dalam bentuk meninggalnya kerabat dekat lagi tercinta, kehilangan harta, penyakit yang diderita6 dan lain sebagainya dari berbagai malapetaka yang menyakitkan jiwa.

Maka syariat islam yang mulia ini pun juga membimbingkan kepada kaum muslimin dan manusia seluruhnya untuk bersabar di kala musibah menghampirinya. Allah Ta’ala berfirman;

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ, الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Sungguh Kami (Allah) akan memberikan cobaan kepadamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Maka berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.” Mereka itulah yang mendapat sholawat dan rahmat dari Rabb mereka serta mereka itulah orang-orang yang memperoleh petunjuk.” (al-Baqarah: 155-157)

Keutamaan Bersabar Terhadap Takdir Allah

Di antara keutamaan bersabar terhadap takdir Allah adalah sebagai berikut.

  1. Pahala tanpa batas

Allah Ta’ala berfirman di dalam salah satu ayat-Nya;

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sungguh hanya orang-orang yang bersabarlah baginya pahala tanpa batas.” (az-Zumar: 10)

  1. Anugerah terbesar

Kesabaran merupakan anugerah terbesar yang tidak dimiliki oleh semua orang. Sebagaimana di dalam hadits, “tidaklah seseorang diberikan dengan sebuah pemberian yang lebih baik dan lebih luas manfaatnya dibandingkan kesabaran.”7

  1. Tanda kebaikan

Seseorang yang tertimpa musibah di dunia ini bisa jadi merupakan suatu pertanda kebaikan dari Allah Ta’ala untuknya. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda; “jika Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan menyegerakan hukumannya di dunia. Adapun jika Allah menginginkan kejelekan bagi hamba-Nya, maka hukumannya ditangguhkan sampai sempurna lalu akan dibalas pada hari kiamat kelak.”8

Kesabaran merupakan ibadah hati yang sangat penting bagi pemiliknya dalam mengarungi samudera kehidupan dunia ini. Di dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan barangsiapa tertimpa musibah, lalu ia meyakini bahwa musibah itu merupakan takdir dan ketetapan Allah. Lantas ia bersabar, mengharap pahala dan berserah diri terhadap ketetapan Allah, niscaya Allah akan memberikan hidayah (petunjuk) kepada hatinya. Begitu pula Allah akan memberi petunjuk bagi hatinya sebagai ganti dari bagian dunia yang terluputkan darinya. Allah Ta’ala juga akan memberikannya keyakinan yang jujur dan bisa jadi pula Allah mengganti sesuatu yang diambil dengan balasan yang setimpal atau dengan yang lebih baik.9

BFR/IWU

Penulis: Bustanul Fikri Ramadhan

Referensi:

  1. Tafsir Ibnu Katsir
  2. Madarijus salikin, karya al-Imam Muhammad bin Abu Bakar
  3. Al-Qaul al-Mufid syarah kitab at-Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Shalih
  4. Syarah al-Ushul al-Iman, karya Syaikh Shalih al-Fauzan
  5. Syarah al-Ushul ats -tsalatsah, karya Syaikh Shalih al-Fauzan

 

Footnotes

  1. Madarijus Salikin (1/130)

    ذَكَرَ اللهُ الصَّبْرَ فِيْ الْقُرْآنِ فِيْ تِسْعِيْنَ مَوْضِعاً

     

  2. al-Qaul al-Mufid (hal: 439)
  3. Syarah Ushul Iman Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan hal. 85
  4. HR. al-Bukhari no. 6099 dan Muslim no. 2804

    وَ مَا أَحَدٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ يَدْعُوْنَ لَهُ الْوَلَدَ ثُمَّ يُعَافِيْهِمْ وَ يَرْزُقُهُمْ

  5. Syarah Tsalatsatul Ushul Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan
  6. Syarah Tsalatsatul Ushul Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan
  7. HR. al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 1053

    وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

  8. HR. Tirmidzi no. 2396

    إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

  9. Tafsir Ibnu Katsir (8/137)

    وَمَنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ فَعَلِمَ أَنَّهَا بِقَضَاءِ اللَّهِ وَقَدَرِهِ، فَصَبَرَ وَاحْتَسَبَ وَاسْتَسْلَمَ لِقَضَاءِ اللَّهِ، هَدَى اللَّهُ قَلْبَهُ، وعَوَّضه عَمَّا فَاتَهُ مِنَ الدُّنْيَا هُدى فِي قَلْبِهِ، وَيَقِينًا صَادِقًا، وَقَدْ يُخْلِفُ عَلَيْهِ مَا كَانَ أَخَذَ مِنْهُ، أَوْ خَيْرًا مِنْهُ