Para ulama merupakan pewaris para Nabi. Keberadaan mereka bagaikan bulan purnama yang menerangi kegelapan malam. Keharuman namanya selalu dikenang sepanjang zaman. Nasehat dan bimbingannya laksana hujan yang menghidupkan tanaman yang layu dan mati. Nasehat dan bimbingannya menjadikan hati yang mati menjadi hidup dan putih bersih.
Di antara para ulama tersebut yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas asy-Syafii rahimahullah (150-204 H/767-820 M). Seorang ulama besar di masanya yang berilmu tinggi, berakidah lurus, berbudi pekerti yang luhur, memiliki kedudukan yang mulia, wejangan dan bimbingannya merupakan rujukan bagi umat.
Oleh karena itu mari kita simak beberapa wejangan dan nasehat dari beliau. Nasehat tersebut diambil dari perkataan Imam Syafii tentang menuntut ilmu. Berikut ini beberapa perkataan imam Syafii tentang menuntut ilmu;
Daftar Isi
Keutamaan Menuntut Ilmu
Imam Syafii rahimahullah berkata
لَيْسَ بَعْدَ أَدَاءِ الفَرَائِضِ شَيْءٌ أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ العِلْمِ. قِيْلَ لَهُ: وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ؟ قاَلَ: وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ
“Tidak ada amalan lebih utama setelah menunaikan amalan yang wajib selain amalan menuntut ilmu. Kemudian beliau ditanya: Tidak pula jihad di jalan Allah? Beliau menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah.”1
Para ulama menjelaskan bahwa amalan sunnah yang paling afdhal (utama) di zaman ini adalah menuntut ilmu, kenapa? Karena di zaman sekarang ini kejahilan merebak di mana-mana dan banyaknya orang yang berfatwa tanpa dasar ilmu.2
Hakikat Ilmu Adalah Amalan
Ilmu yang disertai dengan amalan, itulah ilmu yang bermanfaat. Tidak cukup seseorang hanya sekadar mengetahui dan menghafal ilmu. Ilmu dipelajari untuk diamalkan. Jika tidak, maka kelak ilmu tersebut akan menjadi hujjah atasnya yang akan membinasakannya.
Para ulama mempermisalkan antara ilmu dan amal bagaikan pohon dan buah. Amalan merupakan buah dari ilmu. Maka ilmu tanpa amalan bagaikan pohon yang tidak berbuah, maka pohon tersebut tidak bermanfaat. Oleh karena itu Imam Syafii rahimahullah berkata,
لَيْسَ العلْمُ مَا حُفِظَ، العِلْمُ مَا نَفَعَ
“Ilmu yang sesungguhnya bukanlah yang hanya sekadar dihafal, tetapi ilmu yang sesungguhnya adalah yang dapat memberi manfaat.”3
Perkataan Imam Syafii Tentang Menuntut Ilmu Dengan 6 Kriteria
Di antara perkataan imam syafii tentang menuntut ilmu adalah enam kriteria dalam menuntut ilmu. Imam Syafii rahimahullah berkata,
أَخِيْ لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ … سَأُنَبِّيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ
ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَبُلْغَةٌ … وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَماَنٍ
Saudaraku, kau tak akan meraih ilmu kecuali dengan enam perkara
Akan kuberitakan detailnya dengan jelas
Kecerdasan, semangat, kesungguhan dan bekal
Belajar kepada ustadz dan waktu yang panjang.4
Maksiat Merupakan Sebab Hilangnya Ilmu
Ilmu adalah cahaya. Sementara Dosa dan kemaksiatan adalah kegelapan yang akan memadamkan cahaya ilmu. Karena tak mungkin bersatu antara cahaya dan kegelapan di dalam hati. Maka wajib atas penuntut ilmu untuk menjauhi dosa dan maksiat. Dengan itu, Allah akan karuniakan cahaya ilmu di dalam sanubarinya.
Di antara perkataan imam syafii tentang menuntut ilmu adalah ucapan beliau tatkala menyampaikan wejangan yang berharga dari seorang guru yang berwibawa, Waki’ bin al-Jarrah rahimahullah (129-197 H/746-812 M). Imam Syafii rahimahullah menuturkan dalam bait syairnya,
شَكَوْتُ إِلىَ وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ … فَأَرْشَدَنِيْ إِلىَ تَرْكِ المَعَاصِيْ
وَقَالَ اعْلَمْ بِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ … وَنُوْرُ اللَّهِ لَا يُؤْتَاهُ عَاصِ
Kukeluhkan kepada Waki’ buruknya hafalanku
Beliau pun membimbingku untuk meninggalkan maksiat
Dan berkata : Ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak dikaruniakan kepada pelaku maksiat.5
Semangat Belajar Sebelum Tiba Waktu-waktu Sibuk
Di antara perkataan imam syafii tentang menuntut ilmu adalah hasungan untuk bersemangat dalam menuntut ilmu di masa luang. Imam Syafii rahimahullah berkata,
تَفَقَّهْ قَبْلَ أَنْ تَرَأْسَ فَإِذَا رَأَسْتَ فَلاَ سَبِيْلَ إِلَى التَّفَقُّهِ
“Belajarlah sebelum engkau menjadi seorang pemimpin, karena apabila engkau telah menjadi seorang pemimpin maka tidak ada lagi jalan untuk belajar.”
Imam an-Nawawi rahimahullah (631-676 H/1234-1278 M) menerangkan maksud dari perkataan Imam Syafii di atas adalah bersungguh-sungguhlah dalam menyempurnakan keahlianmu (yaitu ilmu) ketika engkau masih menjadi seorang pengikut, belum menjadi seorang pemimpin. Tatkala engkau telah menjadi seorang pemimpin, engkau akan terhalang dari menuntut ilmu karena pangkat yang tinggi dan kesibukan yang banyak.6
Sabarlah dalam Menuntut Ilmu!
Imam Syafii rahimahullah berkata,
اِصْبِرْ عَلَى مُرِّ الجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ … فَإِنَّ رُسُوْبَ العِلْمِ فِي نَفَراتِهِ
فَمَن لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَعَلُّمِ سَاعَةً … تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ … فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعاً لِوَفَاتِهِ
Bersabarlah atas pahitnya perangai yang kasar dari seorang guru
Karena kegagalan dalam meraih ilmu disebabkan karena menghindar darinya
Siapa yang tak merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya
Barangsiapa yang terluput dari menuntut ilmu di masa mudanya
Maka bertakbirlah sebanyak empat kali atas kematiannya.7
Penutup
Demikianlah artikel tentang mendulang faidah dari perkataan Imam Syafii tentang menuntut ilmu. Semoga Allah Ta’ala menjadikan nasehat tersebut bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Dan semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua untuk bersemangat dalam mempelajari agama Allah dan senantiasa mengamalkannya. Amin. MPS/JFR
Penulis: Muammar Purwandi
Komentar