oleh

Penjelasan Hadits Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga

Ilmu agama merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap hamba yang menyatakan dirinya sebagai seorang muslim, karena tidaklah ia bisa beribadah dan beramal dengan benar melainkan harus disertai dengan ilmu yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Betapa besar keutamaan seorang yang menuntut ilmu, karena dengannya ia akan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Mari kita simak hadits berikut!

Lafazh dan Arti Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu agama, niscaya Allah Ta’ala akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim no.2699, sunan At-Tirmidzi no.2646, dan musnad Imam Ahmad no.8316)

Perawi hadits

Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun 57 H. Beliau adalah shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Beliau telah meriwayatkan dari Nabi sebanyak 5.374 hadist.

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H yaitu tahun terjadinya perang Khaibar. Rasulullah yang memberi julukan kepada beliau “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan tersebut semata karena kecintaan beliau kepadanya.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah tatkala Beliau mendoakan agar Abu Hurairah dianugrahi hafalan yang kuat. Terbukti berkat doa Rasulullah dan kesungguhan Sahabat Abu Hurairah, beliau adalah Sahabat Nabi yang paling banyak menghafal dan meriwayatkan hadist nabi.

Makna global

Ketahuilah! bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah beribadah hanya kepada Rabbnya yakni mentauhidkan-Nya. Ya, itulah tujuan utama kehidupan manusia di muka bumi..sehingga sangat membutuhkan ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah untuk merealisasikan ibadah yang benar sesuai kehendak Allah Rabbul Alamin yang termaktub dalam firmanNya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah hanya kepada-Ku. ” (Adz Dzariyat: 56)

Allah Ta’ala berfirman tentang kedudukan ilmu dan orang yang berilmu:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُون

“ Katakanlah, apakah sama antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu. ” (az-Zumar: 9)

Dari ayat di atas, ada sebuah kisah yang pantas bagi kita untuk mengambil pelajaran berharga darinya.

Yaitu kisah seorang yang larut dalam dosa, namun terbetik dalam hatinya keinginan yang jujur untuk bertaubat dari dosa yang telah ia kerjakan serta kembali kepada Allah Ta’ala. Lalu dia bertekad untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala jika masih ada pintu taubat untuknya, sehingga ia mencari seorang ‘alim untuk bertanya apakah masih ada pintu taubat untuknya?

Pada awalnya ia menemui seorang ahli ibadah yang tidak memiliki ilmu lalu bertanya: “apakah masih ada pintu taubat untukku?”

Ahli ibadah itu menjawab: “tidak ada pintu taubat untukmu, karena dosamu terlalu parah,” lalu ia membunuhnya.

Tanpa berputus asa ia terus berusaha mencari orang yang paling berilmu di dunia ini, ia akhirnya menemui seorang alim dan bertanya: “apakah ada pintu taubat untukku?”

Maka alim tersebut menjawab: “Ya, ada. Apa yang menghalangimu dari taubat?” Kemudian sang alim tadi membimbing dia untuk mengerjakan amalan-amalan yang membantu dia untuk bertaubat dan istiqamah, lalu Allah Ta’ala mewafatkan dia dalam keadaan sudah bertaubat.

Dari kisah di atas kita dapat memetik buah ilmu yang sangat berharga yaitu mengetahui adanya perbedaan yang sangat jauh antara orang yang berilmu dan orang yang belum memiliki ilmu.

Kembali kepada penjelasan hadits, bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Allah akan mudahkan jalan penuntut ilmu menuju surga, karena ilmu itu didapat dengan susah payah, letih dan pengorbanan yang besar, sehingga wajar kalau balasan dari Allah sesuai dengan amalnya.

Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa menuntut ilmu agama merupakan amalan yang paling mulia, maka barang siapa yang mengerjakan amalan mulia ini pasti ia akan melewati rintangan yang sangat berat, namun Allah akan mudahkan dia menuju surga (sehingga balasan itu sesuai dengan amalan yang ia kerjakan).

Sebagian ulama mengatakan: yang dimaksud ia akan dibalas di hari kiamat dengan jalan yang mudah menuju surga sehingga tidak ada penghalang / kesulitan yang ia hadapi tatkala ia menempuh surga. Dengan ini telah jelas bahwa ilmu agama merupakan sebab kebahagiaan, kemuliaan serta derajat yang tinggi bagi pemiliknya.

Faedah hadits

  1. Setiap amalan akan mengantarkan seseorang menuju surga. Dan amalan yang paling mendekatkan seseorang menuju surga adalah menuntut ilmu agama. Karena itu merupakan seagung-agung amalan yang diridhai Allah ta’ala; dan baik atau buruknya sebuah amalan seseorang tergantung dengan kadar ilmu yang ia miliki.
  2. Islam adalah agama yang terkandung padanya ilmu (syar’i), bahkan tegak di atas ilmu (wahyu) serta menghasung pemeluknya untuk bersungguh-sungguh untuk mencari islam juga, maka hendaknya seorang muslim mempelajari segala yang bermanfaat pada agama ataupun dunianya.
  3. Anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mempelajari ilmu agama, karena termasuk cara mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala yang mulia. Dan belajar ilmu agama termasuk ketaatan yang paling mulia.
  4. Dengan ilmu yang bermanfaat seorang muslim bisa membedakan mana yang memudharatkan dia dan mana yang bermanfaat pada dunianya ataupun akhiratnya.
  5. Al-Jannah adalah barang yang mahal, tidak bisa diraih kecuali dengan ilmu dan amal saleh. Maka hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya agar meraih surga Allah. DW-IBR