oleh

Meraih Kesempurnaan Shalat dengan Meluruskan Shaf

-Fiqih-3,275 views

Shalat merupakan ibadah yang agung. Ketika seorang mengerjakan shalat, sejatinya ia tengah bermunajat kepada Dzat yang Maha Mulia dari segala sisinya. Ia mencurahkan segenap jiwa dan mengakui segala kekurangan yang ada pada dirinya.

Tentunya seorang hamba yang benar-benar serius dalam menunaikan hak Rabbnya akan memperhatikan hal-hal yang membuat shalatnya semakin sempurna dan berkualitas. Shalat yang ia lakukan bukan hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata, akan tetapi ia akan mencurahkan segenap usahanya demi menunaikan hak Rabbnya sebaik mungkin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah sesungguhnya ibadahku, sesembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (al-An’am: 162)

Pembaca yang budiman, ketahuilah, bahwa di antara bentuk kesempurnaan shalat terkhusus shalat berjamaah adalah dengan meluruskan dan merapatkan shaf. Perkara ini begitu urgen disandarkan dengan ibadah yang mulia ini (shalat).

Begitu banyak hasungan dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk serius dalam perkara ini. Di sisi lain, beliau memberikan ancaman bagi pihak-pihak yang bermudah-mudahan dalam menunaikanya.

Perintah untuk Meluruskan Shaf

Terdapat beberapa hadits yang menghasung kita untuk meluruskan dan merapatkan shaf, serta ancaman bagi orang yang bermudah-mudahan, diantaranya.

  1. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

     

    عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ

    Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,” Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf merupakan bagian dari kesempurnaan dalam shalat”.1

    Di dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing umatnya kepada perkara yang akan mendatangkan kebaikan serta keberuntungan bagi mereka, yaitu perintah untuk merapatkan shaf dan meluruskannya. Hal ini dilakukan agar tidak ada celah bagi syaithan untuk masuk ke dalam shaf kaum muslimin ketika shalat dan merampas kekhusyukan mereka.

    Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkabarkan bahwa lurus dan rapatnya shaf merupakan tanda dari kesempurnaan shalat.

  2. Di dalam hadits Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ، أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ

    “Seriuslah kalian dalam meluruskan shaf, atau benar-benar Allah akan menjadikan hati-hati kalian berselisih.”2
    Banyak pelajaran yang kita dapatkan dalam hadits ini, di antaranya,

    1. Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara ini amatlah besar.
    2. Secara makna, hadits ini menunjukkan kewajiban untuk meluruskan dan merapatkan shaf, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan lafadz perintah.
    3. Bahwa balasan yang didapatkan seseorang itu sesuai dengan amalannya. Hukuman dari Allah berupa perselisihan hati- hati mereka disebabkan tidak meluruskan shaf di dalam shaf.
    4. Bolehnya seorang imam shalat berbicara antara iqamah dan shalat demi kemaslahatan shalat sebagai upaya meraih kesempurnaannya.

Teladan Para Sahabat

Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum adalah orang-orang yang telah mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, mereka adalah orang-orang yang paling tahu kapan dan kepada siapa ayat tersebut diturunkan, serta mereka juga mengetahui sebab peristiwa yang melatarbelakangi sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hal ini dikarenakan mereka adalah orang-orang yang hidup menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga mendapatkan tarbiyah dan pengajaran langsung dari lisan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka dalam firman-Nya

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (at-Taubah: 100)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abdullah radhiyallahu ‘anhu,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.”3

Dahulu para sahabat sangat memperhatikan perkara ini (meluruskan shaf saat shalat) sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ، فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي، وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ، وَقَدَمَهُ بِقَدَمِه

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Luruskanlah shaf kalian, sebab aku melihat kalian dari belakang punggungku.” (Anas bin Malik berkata),”Kemudian kami menempelkan bahu dan mata kaki kami dengan orang yang di sebelahnya.”4

Maka sepatutnya bagi kita kaum muslimin yang datang setelah mereka untuk meniru jejak mereka dalam agama ini. Cukuplah pujian Allah dan Rasul-Nya yang menjadi bukti bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kaum muslimin untuk bisa mengamalkan syariat berupa meluruskan shaf di dalam shalat berjama’ah sehingga mereka bisa meraih kesempurnaan shalat. AUH-IMM.

Wallahu a’lam.


1 HR.Al-Bukhari dalam shahihnya, no.723, dari Anas bin Malik.

2 HR.Muslim dalam shahihnya, no. 436, dari An-Nu’man bin Basyir.

3 HR.Al-Bukhari dalam shahihnya, no. 2652, dari Ibnu Mas’ud.

4 HR. Al-Bukhari dalam shahihnya, no. 725, dari Anas bin Malik.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *