oleh

Mengenal Karamah Para Wali

Pembaca yang semoga Allah rahmati. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita mendengar berita-berita yang ajaib atau di luar kebiasaan, seperti seorang yang terbang di udara, berjalan di atas air, kebal sayatan pedang, dsb. Semua itu di luar dari batas kemampuan manusia, kemudian dikait-kaitkan dengan karamah wali, dan orangnya dianggap wali Allah.

Dalam menyikapi hal ini, tentu kita harus meninjau sesuai dengan kacamata Islam. Apakah orang tersebut memang benar wali Allah yang memiliki karamah atau ia adalah wali syaithan?

Apa itu karamah?

Karamah adalah munculnya suatu perkara di luar kebiasaan dari seorang yang beriman dan beramal shalih tanpa mengaku sebagai Nabi dan ini tidak terjadi kecuali oleh seorang wali.

Siapakah wali Allah?

Wali Allah adalah seorang yang ada pada dirinya keimanan dan ketakwaan. Hal ini sebagaimana perkataan Allah Ta’ala,

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan mereka tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa.”(Yunus: 62-63)

Sehingga bukanlah wali Allah kalau dia tidak beriman dan bertakwa kepada Allah. Semua itu tampak dari aqidah yang lurus, tauhid yang murni, dan dia mengamalkan ajaran Islam sesuai petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Macam-macam karamah

Ada lima macam karamah yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya,

  1. Penjagaan: Allah menjaga sebagian para hamba-Nya dari terjatuh ke dalam jerat-jerat syaithan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu,

وَالَّذِي نَفْسي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ

“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah syaithan bertemu denganmu pada suatu lorong, kecuali syaithan akan mencari lorong yang lain.”(HR. al-Bukhari no. 3294 dan Muslim no. 2396, dalam shahih keduanya)

  1. Ilmu: ilmu yang didapat oleh seorang yang tidak didapat pada selainnya. Sebagaimana yang terjadi pada Khidir -atas pendapat bahwa beliau adalah seorang wali- dari ilmu, sebagaimana yang dikisahkan di dalam surat al-Kahfi.
  2. Menyingkap sesuatu: seseorang mengabarkan suatu perkara dengan prasangkanya, kemudian perkara tersebut terjadi sesuai apa yang dia kabarkan.
  3. Kemampuan: terjadi pada seseorang dari kekuatan atau kemampuan yang tidak dimiliki oleh selainnya. Sebagaimana kisah para penghuni gua yang dikisahkan di dalam surat al-Kahfi. Kisah Maryam tatkala diberikan berbagai rezeki dari Allah dan membuat takjub Nabi Zakaria ‘alahi salam, demikian pula kisahnya mengandung Nabi Isa ‘alaihi salam tanpa bapak.
  4. Mimpi yang benar: Allah Ta’ala memberikan kemuliaan kepada hamba-Nya kaum mukminin dengan mimpi yang benar, yang menimbulkan kebahagiaan pada hati seorang hamba.

Apakah setiap yang di luar kebiasaan adalah karamah?

Imam Yunus bin Abdul A’la as-Shadafi rahimahullah berkisah,

قُلْتُ لِلشَّافِعِيِّ: إِنَّ صَاحِبَنَا اللَّيْثَ كَانَ يَقُولُ: إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يمشي على الماء فلا تغتروا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ؟ فَقَالَ الشَّافِعِيُّ: قَصَّرَ اللَّيْثُ رَحِمَهُ اللَّهُ، بَلْ إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ، وَيَطِيرُ في الهواء، فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب.

Aku bertanya kepada Imam Syafi’i, sesungguhnya Laits pernah mengatakan, jika kalian melihat seorang berjalan di atas air, maka jangan kalian tertipu dengannya hingga terbukti berpegang teguhnya dia kepada al-Qur’an dan as-Sunnah!

Maka Imam Syafi’i berkomentar, Laits rahimahullah belum sempurna definisinya, bahkan yang benar adalah jika kalian melihat seorang berjalan di atas air, terbang di udara, maka jangan kalian tertipu denganya hingga kalian mengetahui berpegang teguhnya ia dengan al-Quran dan as-Sunnah1.

Perbedaan mukjizat, karamah, dan sihir

No.

Mukjizat

Karamah

Sihir

1. Terjadi pada para Nabi dan Rasul. Terjadi pada para wali. Terjadi pada tukang sihir dan para dukun.
2. Terjaga dari kekafiran. Tidak merasa aman dari kekafiran. Pelakunya kafir.
3. Mengklaim sebagai Nabi, dan itu benar dan jujur. Tidak mengklaim sebagai Nabi. Mengklaim sebagai Nabi atau wali, padahal berdusta.
4. Tidak mengklaim mengetahui ilmu ghaib. Tidak mengklaim mengetahui ilmu ghaib. Mengklaim mengetahui ilmu ghaib dan ini kekufuran.

Sikap manusia tentang karamah

Manusia terbagi menjadi tiga jenis,

  1. Orang yang ekstrem, mereka adalah al-Asy’ariah. Mereka menetapkan karamah dan mukjizat, akan tetapi ekstrem dalam menetapkannya. Mereka menyatakan apa yang terjadi pada para Nabi dari mukjizat, bisa pula dilakukan oleh para wali.

Bahkan mereka menyatakan pula bahwa bagi tukang sihir bisa melakukan yang sama seperti apa yang dilakukan oleh para Nabi, hanya saja kata mereka yang membedakan adalah kenabian. Mereka juga membedakan apa yang terjadi antara tukang sihir dan para wali adalah ketakwaan saja.

  1. Para pengingkar, mereka adalah Mu’tazilah dan para ahli filsafat. Mereka berkeyakinan bahwa tidaklah yang mampu melakukan sesuatu di luar kebiasaan manusia kecuali para Nabi. Mereka mendustakan karamah para wali di satu sisi, sekaligus tidak percaya terhadap perbuatan sihir para tukang sihir dan dukun.
  2. Golongan yang menetapkan, mereka adalah ahlus sunnah wal jama’ah. Mereka menetapkan mukjizat para Nabi dan karamah para wali.

Kesimpulan

Barometer karamah adalah berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika yang melakukan keajaiban adalah orang yang berkomitmen dengan sunnah, maka bisa di pastikan bahwa itu adalah karamah, insyaAllah.

Jika yang melakukan keajaiban adalah orang yang jauh dari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bisa dipastikan bahwa hal tersebut adalah sihir yang dibantu oleh syaithan. Inilah ulasan ringkas tentang pembahasan karamah para wali.

Mudah-mudahan kita bisa membedakan antara karamah dengan sihir para dukun. Semoga Allah selalu menjaga kita dari berbagai macam fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. ANW-AA/ALF


Referensi: Syarh Aqidah Wasithiyah karya Syaikh Muhammad bin Khalil Harras rahimahullah.

1 Syarah Tahawiyah jilid 1 halaman 508 cetakan daarussalam.