oleh

Mengenal Imam Muslim – Sosok Imam Besar dalam Islam

Imam Muslim rahimahullah, seringkali kita mendengar nama beliau, baik saat mendengar penjelasan para dai atau ulama melalui ceramah kajia ilmu islam, atau saat membaca dan menelaah kitab-kitab karya ulama terkhusus dalam bidang ilmu hadits. Lantas siapakah sosok Imam Muslim dan bagaimana kedudukan beliau di dalam agama serta di hadapan kaum muslimin ? Mari ikuti penjelasannya berikut ini:

Nama dan Nasab Beliau

Nama lengkap beliau adalah Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kausyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Nasab beliau sampai kepada al Qusyairi bin Ka’ab bin Rabi’ah bin ‘Amir bin Sha’sha’ah. Adapun al-Qusyairi sendiri merupakan penyandaran kepada kabilah Bani Qusyair, yang merupakan anak keturunan dari ‘Amir bin Sha’sha’ah yang berasal dari Hawazin. [efn_Note]Lihat Minnatul mun’im fi syarhi shahih Muslim (1/12). Disitu tercantum:

 

هُوَ الإِمَامُ الكَبِيْرُ، الحَافِظُ المجود، الحجة الصادق أبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم بن ورد بن كوشاذ القشيري النيسابوري، صاحب الصحيح، والقشيري بضم ففتح، نسبة إلى بني قشير، بطن من بني عامر بن صعصعة، من هوازن.

[/efn_note]

Beliau masyhur dengan panggilan Imam Muslim, sosok ulama besar, seorang yang tsiqah (terpercaya), bergelar al-Hafidz, seorang yang dermawan, hujjatul Islam (rujukan dalam agama Islam), dan banyak lagi gelar mulia yang tersemat pada diri beliau.    

Kelahiran Sang Imam

Beliau dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di kota Naisabur. Kala itu, kota Naisabur termasuk salah satu provinsi Khurasan saat termasuk dari wilayah Negara Iran . Dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan “bilad min waraa an-Nahr” yaitu daerah-daerah yang terletak di balik sungai Jeihun dan Seihun di negara Uzbekistan, Asia tengah saat ini.

Di samping itu, Kota Naisabur juga menjadi tempat tinggal beliau dan awal perjalanan beliau dalam menuntut ilmu agama. Kota bersejarah ini dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para Ulama serta bertebaran  di dalamnya majelis-majelis ilmu hadits dan sanad. Sampai-sampai al-Imam adz Dzahabi rahimahullah mengatakan:

“Naisabur adalah Negerinya ilmu hadits dan orang-orang mulia (Ulama)” 1

Pertumbuhan Masa kecil Imam Muslim

Berbagai gelar dan kehormatan yang ada pada beliau tidak lepas dari kesungguhan dan semangat membaja  di dalam upaya menuntut ilmu. Sejak masa kecilnya, Imam Muslim tumbuh di dalam keluarga yang cinta kepada ilmu agama. Beliau dididik oleh sang ayah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap agama. Sehingga Imam Muslim pertama kali mendengar dan mempelajari ilmu hadits dari sang ayah. 

Maka tak heran, kecintaan akan ilmu hadits telah tertancap kuat dalam sanubari beliau dan terlihat sejak usia dini. Lebih dari itu Allah menganugerahi beliau kekuatan hafalan yang disertai kecerdasan dan ketajaman berpikir. Sang ayah yaitu al-Hajjaj rahimahullah, juga seorang ulama hadits dan memiliki majelis ilmu yang ramai didatangi oleh manusia. 2

Semangat dan kecintaannya terhadap ilmu hadits dipersaksikan oleh sekian banyak  ulama, salah satunya adalah Muhammad bin Abdil Wahhab al-Farra’ rahimahullah, beliau mengatakan:

“Imam Muslim telah menimba ilmu hadits sejak kecilnya. Pada usia 12 tahun, beliau  banyak mendengar ilmu hadits dari sejumlah Ulama hadits, semisal Yahya bin Yahya at-Taimi dan yang lainnya.”  3

Kepribadian Serta Akhlak Terpuji Yang Dimilikinya

Beliau dikenal dengan kepribadian yang cinta akan kebersihan dan kerapian  dalam berpakaian. Memang, agama Islam sangat memperhatikan  sisi kebersihan dan kerapian serta keindahan.  Sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:

“Kesuzcian adalah separuh  iman.” 4

Demikian pula sabda Rasulullah yang artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.” 5

Mulian kepribadian Imam Muslim dipersaksikan oleh beberapa  Ulama besar semisal Imam Hakim an-Naisaburi rahimahullah, beliau berkata ,

“Aku melihat Imam Muslim dalam keadaan wajah yang bersih dan penampilannya yang rapi. Beliau sering memakai rida’ (sejenis selendang ) yang bagus dan Imamah (kain penutup kepala) yang dijulurkan menutupi kedua pundaknya. Hingga dikatakan “Ini dia Imam Muslim” maka aparat pemerintahan mengatakan:

“Sungguh, Amirul mukminin memerintahkan Muslim bin al-Hajjaj untuk mengimami shalat kaum muslimin di masjid jami’/agung (kota Naisabur). Maka orang-orang pun mempersilahkan beliau maju kemudian beliau shalat mengimami manusia.”  6

Akidah Imam Muslim 

Adapun  akidah, al-Imam Muslim rahimahullah maka beliau berakidah lurus sebagaimana akidah  ulama ahli hadits  ahlussunnah wal jama’ah), semisal Imam Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, Imam Bukhari, Abu Zur’ah, dan yang lainnya. Al-Imam Abu Utsman ash-Shabuni rahimahullah menyatakan tentang akidah imam Muslim rahimahullahu:

“Aku mengategorikan  orang-orang yang disebutkan oleh Qutaibah rahimahullah, bahwa siapa saja yang menghormati serta mencintai ulama ahli hadits yakni ulama ahlisunnah, maka dia adalah seorang ahlussunnah dari kalangan ulama ahli hadits. Pada diri merekalah pantas dijadikan figur teladan  dan dengan bimbingan merekalah kita bisa mendapatkan petunjuk. Di antara mereka adalah Imam Muslim rahimahullah.” 7

Apa mazhab Imam Muslim?

Mungkin tersirat di benak pembaca “apa mazhab yang dianut oleh Imam Muslim?” Ini merupakan pertanyaan yang amat penting, terlebih di masa ini dimana tidak sedikit dari kaum muslimin terjat dalam sikap taklid (mengikuti tanpa dasar ilmu ) kepada sosok tertentu yang dikagumi . Padahal  imam empat mazhab  (imam Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Abu Hanifah, dan Malik) telah menasehati kaum muslimin untuk menjauhi sikap taklid dalam beragama karena hal itu akan menjauhkan seseorang dari kebenaran . Waliyadzu billah!

Para Ulama  berbeda pendapat tentang mazhab imam Muslim, ada yang mengatakan bahwa beliau bermazhab Syafi’i, ada juga yang mengatakan bahwa beliau bermazhab Hanbali, ada pula  yang mengatakan selain itu. 

Maka ketahuilah para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, bahwa Imam Muslim adalah seorang imam  mujtahid (berijtihad dalam mencari kebenaran) yang selalu mengikuti nash (al-Qur’an dan hadits).

Yang jelas mazhab beliau adalah mazhab ahli hadits, beliau tidak bertaqlid kepada siapapun. 8

Hubungan Beliau Dengan Imam Bukhari

Ternyata Imam Bukhari adalah  salah satu guru dari Imam Muslim.  Imam Bukhari rahimahullah memiliki jasa  besar terhadap Imam Muslim. Sehingga Imam Muslim pun sangat memuliakan Imam Bukhari. 

Al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah pernah menyatakan: “Imam Muslim datang menemui sang guru Imam Bukhari, kemudian beliau pun mencium kening gurunya sembari berkata: “biarkan aku mencium kakimu wahai gurunya para guru  dan pemimpin para ulama ahli hadits serta dokter (pakar) hadits dalam penyakit-penyakitnya” 9

Wafatnya Imam Muslim

Imam Muslim wafat pada hari Ahad sore, 24 Rajab 261 /4 Mei 875 , dalam usia 55 tahun. Beliau dimakamkan keesokan harinya di Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur. Semoga Allah merahmati Imam Muslim rahimahullah, sungguh jasa beliau sangatlah besar terhadap umat ini. (MKI/AAA)

Penulis: Muhammad Kholis Ibrahim

 

Referensi:

  • Minnatul mun’im fi syarhi shahih Muslim, Karya fadhilatusy syaikh Shofiyyur Rahman al-Mubarakfury hafidzahullah.
  • Qurrotul ‘ainil muhtaj fi syarhi muqaddimah shahih Muslim bin al-Hajjaj, karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa.
  • Aqidatus salaf ashabul hadits, karya asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Abdirrahman ar-Rajihi.
  • Tarikhul baghdadi, karya    al-Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah (wafat pada tahun 463).

 

Footnotes

  1.  lihat Minnatul mun’im fi syarhi shahih Muslim (1/12). Disitu tercantum:

    وصفها الذهبي بـ “دار السنة والعوال”

  2. lihat Qurrotul ‘ainil muhtaj fi syarhi muqaddimah shahih Muslim bin al-Hajjaj (1/11)
  3.  lihat Qurrotul ‘ainil muhtaj fi syarhi muqaddimah shahih Muslim bin al-Hajjaj (1/11). Disitu tercantum:

     

    “”وأقبل مسلم على سماع الحديث منذ صغره، فأول سماعه -كما قال الذهبيّ- سنة (٢١٨)، وكان عمره إذ ذاك اثنتي عشرة سنة، فسمع من خلق كثير مثل يحيى بن يحيى التميميّ

     

  4.  HR. Muslim (1/140) No. 223, dari sahabat yang mulia Abu Malik al-Harits bin ‘Ashim al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu
  5.  HR. Muslim (1/65) No. 147, dari sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
  6. > lihat Minnatul mun’im fi syarhi shahih Muslim (1/13) <
  7. Lihat Aqidatus salaf ashabul hadits hal. 67-69
  8. Lihat Qurratul ‘ainil muhtaj fi syarhi shahih Muslim bin al-Hajjaj (1/13)
  9. lihat Tarikh al-Baghdadi (13/102)