oleh

Percayakah Anda, Kaum Mukminin Melihat Allah Pada Hari Kiamat?

Tak diragukan lagi bahwa tak seorang pun mampu melihat Allah ketika di dunia. Oleh karena itu, tatkala Nabi Musa ‘alaihissalam meminta untuk melihat Allah maka seketika itu juga beliau jatuh pingsan. Tak hanya itu, gunung yang berada di dekatnya pun menjadi hancur. Kondisi tubuh yang lemah membuat manusia tidak mampu melihat Allah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Namun apakah manusia dapat melihat Allah pada hari Kiamat?

Melihat Allah Pada Hari Kiamat, Salah Satu Prinsip Keyakinan (Akidah) Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Jika di kehidupan dunia manusia tak dapat melihat Allah, maka berbeda halnya dengan kehidupan akhirat kelak. Allah menjadikan manusia dalam kondisi tubuh yang sempurna. Dengan itu mereka dapat melihat Allah pada hari kiamat. Semua itu merupakan balasan atas keimanan dan amal shalih mereka selama di dunia. Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Sebagaimana ucapan al-Imam an-Nawawi rahimahullah (631-676 H): “Dalil-dalil dari al-qur’an, sunnah (hadits Nabi), kesepakatan para Sahabat dan para Ulama yang datang setelahnya menetapkan bahwa kaum mukminin akan melihat Allah pada hari kiamat.”1

Dalil-dalil al-Qur’an Tentang Melihat Allah Pada Hari Kiamat

  1. Al-Qiyamah ayat 22-23

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

  1. Al-Muthaffifin ayat 15

كَلاَّ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.”

Imam Syafi’i rahimahullah (150-204 H) ketika menafsirkan surat al-Muthaffifin ayat 15 di atas, beliau berkata:“Tatkala mereka (orang-orang kafir) terhalangi dari melihat Allah dalam keadaan (Allah) murka terhadap mereka, maka hal ini menunjukkan bahwa wali-wali Allah melihat Allah dalam keadaan (Allah) ridha.”2

Beliau juga mengatakan : “Ayat tersebut merupakan dalil bahwasanya kaum mukminin akan melihat Allah pada hari kiamat.” 3

Imam Ibnu Katsir rahimahullah (700-774 H) berkata tatkala mengomentari ucapan Imam Syafi’i rahimahullah : “Apa yang diucapkan oleh Imam Syafi’i adalah puncak keindahan (sebuah perkataan) yaitu berdalil berdasarkan pemahaman terhadap sebuah ayat.”4

Hadits-hadits Tentang Melihat Allah Pada Hari Kiamat

Hadits-hadits yang menunjukkan bahwa kaum mukminin akan melihat Allah di antaranya:

Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Dahulu kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, beliau memandang ke arah bulan purnama seraya berucap,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

“Sungguh kalian pasti akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, tanpa harus berdesak-desakan.” (HR.Bukhari no.554 dan Muslim no.633)

“Yakni kalian akan melihat Allah dengan mudah tanpa ada gangguan sebagaimana kalian melihat bulan purnama tersebut dengan jelas tanpa ada gangguan. Maka hadits tersebut merupakan permisalan tentang cara melihat bukan permisalan terhadap sesuatu yang dilihat5.” Kata Imam an-Nawawi rahimahullah.6

Melihat Allah, Kenikmatan Tertinggi Penduduk Surga

Setelah melihat Allah di Padang Mahsyar, kaum mukminin akan melihat Allah Ta’ala di dalam Surga. Melihat Allah merupakan kenikmatan tertinggi penduduk surga. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Suhaib radhiyallahuanhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

“Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga. Allah berkata (kepada penduduk surga): Apakah kalian ingin Aku tambahkan sesuatu bagi kalian? Maka mereka menjawab : Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Engkau telah masukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari api neraka? Lalu Allah menyingkap hijab (penghalang), maka tidak ada suatu pemberian yang lebih dicintai oleh penduduk surga selain kenikmatan melihat Allah Azza wa Jalla.(HR. Muslim no.181)

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Dalam ibadah itu terpadu: ma’rifah terhadap-Nya, kembali kepada-Nya, cinta kepada-Nya, dan ikhlash hanya untuk-Nya. Maka dengan mengingat-Nya hati mereka menjadi tentram dan jiwanya tenang. Dengan melihat-Nya di akhirat pandangan mata mereka menjadi sejuk dan sempurnalah kenikmatan yang mereka dapatkan.

Maka mereka (kaum mukminin) tidaklah dikaruniai sesuatu di akhirat yang lebih mereka cintai, lebih menyejukkan pandangan matanya, dan lebih nikmat dalam qalbu mereka dibandingkan melihat kepada-Nya dan mendengar kalam-Nya langsung dari-Nya tanpa perantara.

Demikian pula tidaklah mereka di dunia ini diberi sesuatu yang lebih baik, lebih mereka cintai, dan lebih menyejukkan pandangan mereka dibandingkan iman kepada-Nya, mencintai-Nya, dan rindu berjumpa dengan-Nya, serta tenang ketika dekat dengan-Nya dan merasa nikmat ketika mengingat-Nya.” (Iqhatsah al-Lahfan, 25).

Oleh karena itu, di antara do’a yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam adalah:

« … وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ، وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ»

“Aku memohon kepada-Mu lezatnya memandang wajah-Mu dan rindu berjumpa dengan-Mu, tanpa ada kekerasan yang membahayakan, tidak pula fitnah yang menyesatkan. Yaa Allah hiasilah kami dengan hiasan iman, dan jadikanlah kami pemberi bimbingan yang mendapatkan hidayah (dari-Mu).” (HR. an-Nasa’i, 1305, shahih)

Jawaban Terkait Ucapan Bahwa Melihat Allah Adalah Melihat Pahala-Nya Atau Melihat Dengan Ilmu Dan Yakin

Telah kita ketahui bersama bahwa Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini kaum mukminin akan melihat Allah pada hari kiamat dengan mata kepala. Maka ucapan bahwa melihat Allah maksudnya adalah melihat pahala-Nya atau melihat-Nya dengan ilmu dan yakin, bukan dengan mata kepala, adalah ucapan yang tidak benar dengan beberapa alasan berikut:

  1. Ucapan mereka menyelisih dzhahir ayat dan hadits. Dzhahir ayat dan hadits menetapkan bahwa kaum mukminin akan melihat Allah dengan mata kepala.
  2. Ucapan mereka menyelisihi jalannya para Sahabat.
  3. Ucapan tersebut tidak berlandaskan dalil-dalil yang jelas dari al-qur’an dan hadits. Padahal pembahasan tentang hak Allah harus berdasarkan dalil karena tidak ada yang tahu tentang Allah kecuali Dia semata dan melalui wahyu yang Dia turunkan kepada para Rasul-Nya.
  4. Ilmu dan yakin telah ada pada diri kaum mukminin ketika di dunia dan akan ada pada orang-orang pendosa pada hari kiamat.

Penutup

Wajib atas setiap insan yang beriman kepada Allah Ta’ala untuk beriman dengan seluruh nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya. Dan di antara sifat-sifat Allah yang wajib untuk diimani adalah keimanan bahwa kaum mukminin kelak akan melihat Allah, apakah itu di Padang Mahsyar maupun di dalam Surga-Nya.

Kita akhiri tulisan yang ringkas ini dengan sebuah ayat agung yang menyingkap sebuah rahasia agar para hamba-Nya dapat berjumpa dan melihat-Nya di surga-Nya kelak. Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Allah maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Allah”. (al-Kahfi: 110)

Berjumpa Allah adalah melihat Allah di Surga kelak. Maka barangsiapa rindu berjumpa dengan-Nya, penuhilah dua syarat tersebut: beramal shalih (dengan ikhlas dan mutaba’ah atau mengikuti Nabi) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Demikianlah pembahasan tentang melihat Allah pada hari kiamat. Semoga yang ringkas ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dan semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita kenikmatan melihat-Nya di Surga kelak. Amin. MPS/ALF

Penulis: Muammar Purwandi


Wallahua’lam bish shawab

1 Lihat al-Minhaj 3/15

2 Lihat Hadiyal Arwah ila Biladil Afrah hal.292

3 Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/347

4 Idem

5 Karena tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Allah, sebagaimana dalam surah asy-Syura ayat 11,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

(Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah. Dan Dialah Maha Melihat dan Maha Mendengar)

6 Lihat al-Minhaj 5/134

7 Iqhatsah al-Lahfan, 25