oleh

Macam-macam Puasa Sunnah dengan Dalilnya

-Fiqih-40,133 views

Macam-Macam Puasa Sunnah – Ibadah puasa merupakan ibadah yang sangat mulia. Suatu ibadah yang memiliki kedudukan dan keutamaan tersendiri di sisi Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah menyiapkan pahala yang besar bagi orang-orang yang menjalankannya dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 bahkan sampai 700 kali lipat. Allah berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya dia untukku dan aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan hawa nafsu dan makanannya karena aku.” HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.

Lebih dari itu, menjalankan macam-macam puasa sunnah dan ibadah puasa wajib dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah: 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al Baqarah: 183)

Demikianlah di antara pahala dan keutamaan ibadah puasa yang dijanjikan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Maka mari kita bersemangat untuk melaksanakan macam-macam puasa sunnah dan wajib, karena dengan ibadah ini semoga kita dapat meraih dan mendapatkan pahala besar dan keutamaan yang banyak.

 

macam-macam puasa sunnah
macam-macam puasa sunnah

Macam-macam puasa sunnah

Selain puasa ramadhan yang merupakan puasa wajib bagi ummat Islam, terdapat juga macam- macam puasa sunnah yang dapat kita amalkan. Berikut kami sajikan untuk para pembaca islamhariini.com tentang beberapa macam puasa sunnah.

  1. Puasa 6 hari dibulan syawwal.

    Berdasarkan hadits Abu Ayyub Al-Anshari bahwa Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

    “barangsiapa yang berpuasa ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari dibulan syawwal,maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR.Muslim: 1164 )

    Hadits ini merupakan nash yang jelas menunjukkan salah satu jenis dari macam-macam puasa sunnah, yaitu disunnahkannya berpuasa enam hari dibulan syawwal. Adapun sebab mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa setahun lamanya, telah disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah bahwa beliau berkata:

     

    “berkata para ulama: sesungguhnya amalan tersebut sama kedudukannya dengan puasa sepanjang tahun,sebab satu kebaikannya nilainya sama dengan sepuluh kali lipat, maka bulan ramadhan sama seperti 10 bulan,dan enam hari sama seperti dua bulan.” (Syarah Nawawi:8/56)

    Hal ini dikuatkan dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

    صيام شهر رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام سنة

    “berpuasa ramadhan seimbang dengan sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari seimbang dengan dua bulan, maka yang demikian itu sama dengan berpuasa setahun.” (HR.Nasaai dalam Al-kubra (2860),Al-Baihaqi (4/293) Shahih)

  2. Puasa senin dan kamis.

    Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari senin? Maka beliau menjawab:

    ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فيه وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أو أُنْزِلَ عَلَيَّ فيه

    “itu adalah hari yang aku dilahirkan padanya,dan aku diutus,atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR.Muslim:1162)

    Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya dari Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau ditanya tentang puasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, maka beliau menjawab:

    وَكَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

    “adalah beliau senantiasa menjaga puasa pada hari senin dan kamis” (HR.Tirmidzi (745),Ibnu Majah:1739,An-Nassai (2187),Ibnu Hibban (3643).dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Ibnu Majah)

    Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam berpuasa pada hari senin dan kamis. Lalu ada yang bertanya: sesungguhnya engkau senantiasa berpuasa pada hari senin dan kamis? Beliau menjawab:

    تُفَتَّحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يوم الإثنين وَالْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ فِيهِمَا لِمَنْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شيئا إلا الْمُهْتَجِرَيْنِ يُقَالُ رُدُّوا هَذَيْنِ حتى يَصْطَلِحَا

     “dibuka pintu-pintu surga pada hari senin dan kamis, lalu diampuni (dosa) setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang yang saling bertikai, dikatakan: biarkan mereka berdua sampai keduanya berbaikan.” (HR.Tirmidzi (2023),Ibnu Majah (1740), dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi dan Ibnu Majah)

  3. Puasa Dawud Alaihissalam.

    Berdasarkan hadits yang datang dari Abdullah bin Amr bin ‘Al-Ash radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda

    أَحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ كان يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إلى اللَّهِ صَلَاةُ دَاوُدَ كان يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ

    “puasa yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah puasa Dawud, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya Dawud, beliau tidur dipertengahan malam, lalu bangun (shalat) pada sepertiga malam dan tidur pada seperenamnya.” (HR.Bukhari :3238,dan Muslim:1159)

     

    Dalam riwayat lain beliau shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

    لَا صَوْمَ فَوْقَ صَوْمِ دَاوُدَ عليه السَّلَام شَطْرَ الدَّهَرِ صُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا

    “tidak ada puasa (yang lebih utama) diatas puasa Dawud Alaihisssalam,setengah tahun,berpuasalah sehari dan berbukalah sehari.” (HR.Bukhari: 1879,Muslim:1159)

  4. Puasa tiga hari dalam sebulan.

    Berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam berkata kepadanya:

    وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فإن لك بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا فإن ذلك صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

    “dan sesungguhnya cukup bagimu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, karena sesungguhnya bagimu pada setiap kebaikan mendapat sepuluh kali semisalnya, maka itu sama dengan berpuasa setahun penuh.” (HR.Bukhari:1874,Muslim:1159)

    Juga diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau ditanya oleh Mu’adzah Al-Adawiyyah: apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam senantiasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan? Maka beliau menjawab: iya.Lalu ditanya lagi: pada hari yang mana dari bulan tersebut? Beliau menjawab:

    لم يَكُنْ يُبَالِي من أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ

    “beliau tidak peduli dihari yang mana dari bulan tersebut ia berpuasa.” (HR.Muslim:1160)

     

    Juga dari hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata:

    أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ: صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

    “Teman setiaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam memberi wasiat kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam setiap bulan,mengerjakan shalat dua raka’at dhuha,dan agar aku mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur.” (HR. Bukhari dalam shahihnya, no.1981, dari ِHurairah radhiyallahu ‘anhu )

     

    Hadits ini menjelaskan bahwa diperbolehkan pada hari yang mana saja dari bulan tersebut ia berpuasa,maka ia telah mengamalkan sunnah.Namun jika ia ingin mengamalkan yang lebih utama lagi,maka dianjurkan untuk berpuasa pada pertengahan bulan hijriyyah, yaitu tanggal 13,14 dan 15. Hal ini berdasarkan hadits yang datang dari Abu Dzar radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

    يا أَبَا ذَرٍّ إذا صُمْتَ من الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

    “wahai Abu Dzar,jika engkau hendak berpuasa tiga hari dalam sebulan,maka berpuasalah pada hari ketiga belas,empat belas dan lima belas.” (HR.Tirmidzi:761,An-Nasaai:2424,ahmad:5/162,Ibnu Khuzaimah: 2128,Al-Baihaqi: 4/292.Dihasankan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’:4/101-102)

     

    Puasa tiga hari dipertengahan bulan ini disebut dengan hari-hari putih. Dalam riwayat lain dari hadits Abu Dzar radhiallahu’anhu,beliau berkata:

    أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بصوم ثلاثة عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam memerintah kami untuk berpuasa tiga hari-hari putih dalam setiap bulan: 13,14 dan 15.”(HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya dengan sanad Hasan, 8/415)

    disebut sebagai “hari-hari putih” disebabkan karena malam-malam yang terdapat pada tanggal tersebut bulan bersinar putih dan terang benderang. (lihat: Fathul Bari: 4/226)

     

    Yang lebih menunjukkan keutamaan yang besar dalam berpuasa pada hari-hari putih tersebut, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah meninggalkan amalan ini. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata:

    كان رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم لا يَدَعُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيضِ في سَفَرٍ وَلا حَضَرٍ

    “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah meninggalkan puasa pada hari-hari putih, baik diwaktu safar maupun disaat mukim.” (HR. At-Thabarani).

     

  5. Puasa Arafah.

    Berdasarkan hadits Abu Qatadah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam ditanya tentang puasa pada hari arafah, Beliau menjawab:

    يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

    “menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim dalam shahihnya, no. 1162, dari sahabat Abu Qatadah al-Anshary radhiyallahu ‘anhu)

    Kecuali bagi mereka yang sedang wukuf di Arafah dalam rangka menunaikan ibadah haji, maka tidak dianjurkan berpuasa pada hari itu. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam berbuka di Arafah, Ummul Fadhl mengirimkan segelas susu kepada beliau, lalu beliau meminumnya.” (HR.Tirmidzi: 750, dalam shahih Tirmidzi)

    Juga diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhu bahwa beliau ditanya tentang hukum berpuasa pada hari Arafah di Arafah?, beliau menjawab”

     حَجَجْتُ مع النبي فلم يَصُمْهُ وَمَعَ أبي بَكْرٍ فلم يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فلم يَصُمْهُ وَمَعَ عُثْمَانَ فلم يَصُمْهُ وأنا لَا أَصُومُهُ ولا آمُرُ بِهِ ولا أَنْهَى عنه

    “Aku menunaikan ibadah haji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam dan beliau tidak berpuasa pada hari itu,aku bersama Abu Bakar radhiallahu’anhu beliau pun tidak berpuasa padanya,aku bersama Umar dan beliau pun tidak berpuasa padanya,aku bersama Utsman dan beliau pun tidak berpuasa padanya. Dan akupun tidak berpuasa padanya,dan aku tidak memerintahkannya dan tidak pula melarangnya.” (HR. Tirmidzi, dalam shahinya, no. 751 )

  6. Macam-macam Puasa sunnah dibulan muharram, khususnya pada hari ‘Asyura (10 muharram).

    Bulan muharram adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak berpuasa padanya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

    أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

    “puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah bulan Allah: muharram, dan shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR.Muslim:1163)

    Dan diantara hari-hari dibulan tersebut, lebih dianjurkan lagi berpuasa pada hari Asyura,yaitu tanggal 10 muharram. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan sangat dianjurkannya berpuasa pada hari ‘Asyura. Diantaranya adalah hadits Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau berkata:

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

    Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam  memerintahkan (perintah yang mewajibkan) puasa pada hari ‘Asyura. Maka tatkala telah diwajibkannya ramadhan, maka siapa yang ingin berpuasa maka silahkan dan siapa yang ingin berbuka juga boleh.” (HR. Bukhari, dalam shahihnya, no. 2001, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

    Dalam riwayat Muslim dari hadits Abu Qatadah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura,maka beliau menjawab:

    يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

    “menghapus dosa setahun yang telah lalu.” (HR.Muslim dalam shahihnya, no. 1162, dari sahabat Abu Qatadah al-Anshary radhiyallahu ‘anhu)

    Dan juga dianjurkan berpuasa pada tanggal sembilan muharram, berdasarkan hadits Ibnu abbas radhiallahu’anhu bahwa beliau berkata: tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya. Mereka (para shahabat) berkata: wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara. Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam: jika tiba tahun yang berikutnya, insya Allah kita pun berpuasa pada hari kesembilan. Namun belum tiba tahun berikutnya hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam wafat.” (HR.Muslim: 1134)

  7. Puasa dibulan sya’ban.

    Diantara bulan yang dianjurkan memperbanyak puasa adalah dibulan sya’ban. Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan:

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

    “Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa, sampai-sampai kami mengatakan: “beliau tidak pernah berbuka (berhenti dari puasa).” Beliau juga pernah lama tidak berpuasa, sampai-sampai kami mengatakan: “beliau tidak pernah berpuasa.” Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa padanya (dibandingkan) pada bulan Sya’ban.” (Muttafaqun ‘alaihi)

    Namun pada macam puasa sunnah ini dilakukan dilakukan selain pada hari-hari terakhir. Dilarang berpuasa sehari atau dua hari sebelum ramadhan kecuali orang yang terbiasa berpuasa senin kamis, lalu sehari atau dua hari tersebut bertepatan dengan hari senin atau kamis. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bahwa beliau bersabda:

    لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ, إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا, فَلْيَصُمْهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

    “Jangan kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali (bagi) seseorang yang rutin melakukan amalan puasa (sunnah) tertentu; maka (silahkan) lakukanlah puasa tersebut.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Oleh karena itu mari kita bersemangat untuk melakukan berbagai macam puasa sunnah karena mempunyai berbagai keutamaan, diantaranya yang disebutkan dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ

“Surga memiliki delapan pintu, salah satu pintu tersebut dinamakan Ar Rayyan. Tidak akan masuk melewatinya melainkan orang-orang yang berpuasa.” (HR. Al-Bukhari dalam shahihnya, no. 3257, dari sahabat Sahl bin Sa’id radhiyallahu ‘anhu).

Untuk melihat keutamaan-keutamaan puasa simak pada pembahasan: Keutamaan Puasa

Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan amalan yang agung ini dan menambah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh kita yang senantiasa diterima disisi-Nya. Amiin.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 komentar