oleh

Keutamaan Tilawah al-Quran di Bulan Ramadhan Penuh Berkah

Tilawah al-Quran di bulan ramadhan adalah suatu kebiasaan dan aktivitas ibadah yang diajarkan oleh syariat. Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam pada bulan ramadhan, yang mana beliau adalah suri teladan bagi umatnya dalam berbagai perkara agama. Demikian pula hal itu telah diikuti dengan baik oleh orang-orang shalih terdahulu  (salafuna ash-shalih) baik dari kalangan para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin maupun para ulama generasi berikutnya.

Pada artikel singkat ini, kami menyajikan beberapa riwayat yang shahih sebagai dalil dianjurkannya tilawah al-Quran di bulan ramadhan serta beberapa contoh keteladanan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan para ulama salaf dalam hal ini.

Bulan Ramadhan Bulan al-Quran

Bulan yang mulia ini merupakan bulan yang padanya diturunkan al-Quran kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Manusia berduyun-duyun menyongsong bulan yang penuh berkah ini dengan berbagai macam amalan. Di antara amalan yang mereka berlomba-lomba padanya adalah, memperbanyak tilawah al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)

Imam ‘Az-Zuhri jika bertemu bulan ramadhan ia mengatakan: “Hanyalah (bulan) itu, bulan tilawah al-Quran dan memberi makan.”1


Baca Juga: Banyak Manfaat Mengetahui Sebab Turunnya al-Quran


Keutamaan Tilawah al-Quran di Bulan Ramadhan Penuh Berkah

Tilawah al-Quran adalah ibadah yang sarat akan ganjaran dan kemuliaan. Di samping al-Quran merupakan kitab yang paling mulia nan utama, begitu pula membacanya, banyak ayat dan hadits yang menyatakan dengan gamblang tentang buah pahala yang akan dipetik dari tilawah al-Quran.

Imam an-Nawawi menguraikan beberapa keutamaan tilawah al-Quran dalam kitab at-Tibyan, kitab yang menjelaskan etika dan kemuliaan tilawah al-Quran.2 Di antara yang beliau sebutkan adalah,

Tilawah al-Quran adalah perniagaan yang tidak akan merugi serta mendapatkan pahala yang berlipat. Allah Ta’ala berkata,

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (Faatir: 29)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ: آلم حَرْفٌ. أَلْفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Quran, maka ia mendapatkan satu pahala, setiap pahala dikalilipatkan dengan sepuluh ganjaran. Aku tidak mengatakan آلم(alif lam mim) satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”3

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الكِتَابَ، وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

“Tidak ada hasad kecuali pada dua hal, hasad terhadap seorang yang Allah beri keutamaan al-Quran, ia membacanya sepanjang malam. Dan hasad terhadap seorang yang Allah karuniakan untuknya harta, ia mensedekahkanya setiap malam dan siang.”4

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang lihai dalam membaca al-Quran ia dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia. Adapun orang yang membaca al-Quran dengan tersendat-sendat serta kesusahan maka baginya dua pahala.”5


Baca Juga: Keutamaan Bagi Orang Tua yang Mengajari Anaknya Menghafal al-Quran


Hadits Terkait Tilawah Nabi di bulan Ramadhan

Disebutkan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam jika tiba bulan ramadhan beliau membaca al-Quran di hadapan malaikat yang paling agung dan banyak keutamaan, yaitu Jibril ‘alahissalam. Sebagaimana yang disebutkan pada hadits berikut ini,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan. Beliau sangat dermawan tatkala di bulan ramadhan, yakni tatkla Jibril menemuinya. Dahulu malaikat Jibril menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di setiap malam dari bulan ramadhan dan mengajarkan al-Quran kepada Nabi. Sungguh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih dermawan dengan kebaikan dibandingkan angin yang berhembus.”6


Baca Juga: Inilah Sejarah Penulisan al-Quran


Tilawah al-Quran di Bulan Ramadhan dalam Pandangan Ulama

Imam Ibnu Rajab memberikan faedah dari Hadits di atas:

“Sungguh hadits Ibnu Abbas tentang pengajaran al-Quran antara malaikat jibril dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukan bahwa disunnahkan untuk memperbanyak tilawah al-Quran di bulan ramadhan di malam hari. Karena malam hari adalah waktu yang tidak ada padanya kesibukan dan tempat keseriusan itu berkumpul dan merupakan waktu yang qolbu dan lisan dapat bersatu untuk bertadabbur. Sebagaimana yang Allah katakan,

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئاً وَأَقْوَمُ قِيلاً

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil: 6)7

Salah satu imam terkemuka dan tokoh dalam madzhab Syafi’i, Imam an-Nawawi mengatakan: “Di antara (tilawah yang dianjurkan pada waktu-wakyu tertentu) adalah, memfokuskan keseriusan untuk tilawah al-Quran di bulan ramadhan.”8


Baca Juga: Berhenti Membaca Al Quran Ketika Mendengar Adzan


Tilawah Para Salaf

Imam Ibnu Rajab as-Syafi’i menyebutkan di dalam kitabnya yaitu, Lathaiful Ma’arif, bahwa dahulu para salaf jika datang bulan ramadhan, sebagian mereka ada yang mengkhatamkan al-Quran dalam shalat malam mereka pada setiap tiga hari. Ada pula yang yang mengkhatamkan setiap tujuh hari seperti Imam Qatadah. Terdapat pula yang mengkhatamkan pada setiap sepuluh hari, seperti Abu Raja’ at-Atharidi.9

Dahulu para salaf senantiasa tilawah al-Quran di dalam shalat maupun di luar shalat. Imam an-Nakhai beliau mengkhatamkan al-Quran pada setiap dua hari, di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. Adapun Imam Qatadah, beliau mengkhatamkan al-Quran pada setiap tiga hari di bulan ramadhan, apabila masuk sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkan pada setiap malam.10

Imam Malik bin Anas tatkala tiba bulan ramadhan, beliau beralih dari majlis menyampaikan hadits kepada tilawah al-Quran dari mushaf.11

Sahabiyyah sekaligus ibunda kaum mukminin Aisyah radhiyallahu’anha, beliau mebaca al-Quran di pagi hari pada bulan ramadhan. Apabila matahari terbit ia beranjak untuk istirahat.12

Imam as-Syafi’i beliau mengkhatamkan al-Quran sebanyak enam puluh kali pada bulan ramadhan. Semua itu beliau khatamkan di dalam shalat.13

Demikian pula Murid dari Imam as-Syafi’i yaitu, Imam al-Buwaithi bahwa beliau mengkhatamkan al-Quran pada bulan ramadhan satu kali khatam pada setiap harinya.14

Di riwayatkan dari Manshur bin Zadan seorang ahli ibadah Tabi’in, beliau mengkhatamkan al-Quran antara dhuhur dan ashar. Demikian pula beliau mengkhatamkannya pada waktu antara maghrib dan isya. Apabila ramadhan tiba beliau mengkhatamkan sebnayak dua kali lebih sedikit pada waktu antara maghrib dan isya, dalam keadaan beliau mengakhirkan shalat isya hingga pada seperempat malam yang pertama.15

Dahulu Imam Mujahid bin Jabr mengkhatamkan al-Quran di bulan ramadhan pada waktu antara maghrib dan isya.


Bada juga: Fatwa: Kafirkah Orang Mengutamakan Dalil Akal daripada al-Quran dan Sunnah


Bagaimana Dengan Hadits Tentang Tidak Fakihnya Seseorang yang Mengkhatamkam al-Quran Kurang Dari Tiga Hari?

Telah kami sajikan di atas beberapa contoh tilawah yang dilakukan para salaf di bulan ramadhan. Namun, pembaca mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan hadits yang menyebutkan tidak fakihnya seseorang yang mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari?

Nah, pada pembahasan ini kami akan nukilkan jawaban ulama terkait hal ini.

Sebelumnya perlu untuk kami sebutkan hadits yang terkait dengan pembasan ini terlebih dahulu. Bunyi dari hadits tersebut adalah, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرأ القُرآنَ فِي أقَلّ مِنْ ثَلاثٍ

“Tidaklah fakih (berilmu) orang yang mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari.”16

Imam Ibnu Rajab as-Syafi’i menjelaskan tentang hal ini, beliau mengatakan: “Larangan dari mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari adalah hanyalah bagi yang terus menerus melakukan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang padanya ada keutamaan membaca al-Quran, seperti bulan ramadhan, terkhusus pada malam-malam yang dikejar padanya lailatul qadr, atau pada tempat tertentu seperti, Makkah. Yaitu bagi yang memasukinya dari selain penduduknya. Maka pada keadaan demikian ini disunnahkan untuk memperbanyak tilawah al-Quran. Dalam rangka memanfaatkan waktu dan tempat tersebut. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad, Ishaq dan para imam selain dari keduanya.”17

Setelah kita mengetahui anjuran syariat untuk memperbanyak tilawah al-Quran di bulan ramadhan dan amalan salaf dalam hal ini, maka bagi kita para pencari kebaikan niscaya akan tergugah semangatnya untuk memperbanyak tilawah al-Quran. Baik di bulan ramadhan atau di luar bulan ramadhan. Terlebih pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan, yang mana padanya terdapat malam yang lebih baik dari pada seribu bulan.

Demikian sedikit pembahasan yang dapat kami uraikan. Mudah-mudahan kita dimudahkan untuk mengamalkan segala bentuk amal kebajikan dan ibadah. Amin. MSM-JFR

Penulis: Muhammad as-Sijnul Mubarak

Referensi:

  • At-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran karya Imam an-Nawawi
  • Lathaif al-Ma’arif karya Imam Ibnu Rajab al-Hambali

 

Footnotes

  1. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab al-Hambali.

    وكان الزهري إذا دخل رمضان قال: فإنما هو تلاوة القرآن وإطعام الطعام

  2. At-Tibyan hlm.13-21.
  3. HR. at-Tirmidzi no.290, dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Sahih lihat al-Misykat no.2137.
  4. HR. al-Bukhari no.5025. dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
  5. HR. Muslim no.244. Di dalam sahihnya dari Aisyah radhiyallahu ‘anha.
  6. HR. Bukhari no.06 dan Muslim no.2308, dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma.
  7. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.169. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.

    وفي حديث ابن عباس أن المدارسة بينه وبين جبريل كان ليلا يدل على استحباب الإكثار من التلاوة في رمضان ليلا فإن الليل تنقطع فيه الشواغل ويجتمع فيه الهم ويتواطأ فيه القلب واللسان على التدبر كما قال تعالى: {إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئاً وَأَقْوَمُ قِيلاً} [المزمل:6]

  8. Lihat at-Tibyan hlm.176.
  9. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.
  10. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.
  11. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.
  12. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.
  13. Lihat Adabu as-Syafi’i wa Manaqibihi hlm.74.
  14. Lihat Ihya ‘Ulumu ad-Dien hlm.1/24.
  15. Lihat al-Adzkar karya Imam an-Nawawi hlm.102.
  16. HR. Abu Dawud no.1394. dari shabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma. Sahih, lihat Sahih Jami’ Shaghir wa Ziadatih hlm.1279/2.
  17. Lihat Lathaiful Ma’arif hlm.171. Karya Ibnu Rajab as-Syafi’i.

    وإنما ورد النهي عن قراءة القرآن في أقل من ثلاث على المداومة على ذلك فأما في الأوقات المفضلة كشهر رمضان خصوصا الليالي التي يطلب فيها ليلة القدر أو في الأماكن المفضلة كمكة لمن دخلها من غير أهلها فيستحب الإكثار فيها من تلاوة القرآن اغتناما للزمان والمكان وهو قول أحمد وإسحاق وغيرهما من الأئمة