oleh

7 Keutamaan dan Manfaat Tauhid dalam Amalan

Wajib bagi seorang hamba meyakini bahwa Allah Maha pencipta, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan satu-satunya Pengatur seluruh alam.

Juga wajib tunduk dan patuh, berserah diri kepada syariat Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.

Tidak boleh beribadah ataupun berdo’a kepada selain Allah Ta’ala meskipun itu beribadah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekalipun atau kepada para malaikat-Nya atau orang-orang salih.

Karena beribadah kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan hal ini merupakan kezaliman yang paling besar.

Wajib menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan dan yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan, serta harus sesuai dengan yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah namun menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita telah berbicara tentang Allah tanpa dasar ilmu. Hal ini hukumnya Haram dan sangat dibenci dalam Agama Islam. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولً

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (Al Isra: 36)

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang benar, dan (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu.” (Al A’raf: 33)

Setelah mengetahui hal ini maka ketahuilah, barangsiapa yang mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentauhidkan Allah maka tidak boleh baginya saling berkasih sayang (wala’) dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun itu karib kerabat mereka. Karena Allah telah mengabarkan hal ini dalam firman-Nya:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.”  [Al-Mujadilah: 22]

Keutamaan dan Manfaat tauhid

Dari ‘Ubadah Ibnus Shomit -radhiyallahu ‘anhu- berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul (utusan-Nya), dan (bersaksi)bahwasanya ‘Isa adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan (bersaksi bahwa) kalimat-Nya yang dihembuskan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan (bersaksi bahwasanya) surga adalah haq (benar adanya) dan neraka adalah haq maka Allah masukkan dia ke dalam surga atas apa yang dahulu dia perbuat”. (HR. Bukhari (3435) dan Muslim (46-47) dan Ahmad (5/324))

  1. Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi.

    Ketahuilah, iman itu bertingkat-tingkat dan tingkatan yang tertinggi adalah kalimat tauhid لاَإِلهَ إِلاَّالله (Laa Ilaaha Illallah).
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ – أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ – شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ 

    “Iman itu ada tujuh puluh – atau enam puluh sekian – cabang, yang paling utama adalah ucapan اَإِلهَ إِلاَّالله (Laa Ilaaha Illallah), yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu termasuk cabang dari iman.” (HR. Muslim dalam shahihnya no. 35 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

  2. Tauhid adalah salah satu sebab keselamatan dari neraka.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    (فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَإِلهَ إِلاَّ الله يَبْتَغِي بِذَ لِكَ وَجْهَ اللهِ ( متفق عليه

    “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan لاَإِلهَ إِلاَّ الله (Laa Ilaaha Illallah) dengan mengharap wajah Allah.” (HR. Al Bukhari dalam shahihnya no. 5401 dan Muslim dalam shahihnya no. 33)

  3. Tauhid adalah syarat diterimanya suatu amal ibadah.

    Allah Ta’ala berfirman :

    وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al An’am : 88)

    Amalan-amalan ibadah orang musyrik tidak akan diterima oleh Allah, sebaliknya amal ibadah orang yang bertauhid akan diterima oleh Allah.


    Silahkan baca: 2 Syarat Diterimanya Amalan


  4. Tauhid adalah salah satu sebab datangnya ampunan Allah.

    Hal ini didasarkan kepada firman Allah :

     إِنََّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِه وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ 

    “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang di bawah syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (An Nisaa’ : 48 dan 116)

  5. Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan masuk jannah (surga) tanpa hisab.

    Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang 70.000 orang dari umat Muhammad yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ، وَلَا يَكْتَوُونَ، وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

    “… mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay dan tidak mengundi nasib dengan burung dan sejenisnya dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (33/ 193))

  6. Orang yang tauhidnya benar akan masuk jannah.

    Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    مَنْ لَقِيَ اللهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

    “Barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu (apapun), niscaya dia akan masuk jannah.” (HR. ِAl Bukhari dalam shahihnya no. 129 dan  Muslim dalam shahihnya no. 93 )

    Adapun masuknya orang yang tidak berbuat syirik ke dalam jannah maka itu hal yang pasti.

    Akan tetapi jika dia bukan pelaku dosa besar yang terus dilakukan sampai meninggal dunia maka dia akan langsung masuk jannah. Semua ini hanya karena rahmat Allah.

    Sedangkan jika dia pelaku dosa besar hingga akhir hayatnya dan belum bertaubat maka yang demikian di bawah kehendak Allah (tahta Masyi’ah). Jika Allah mengampuni, maka akan masuk jannah secara langsung tanpa diadzab. Dan jika tidak diampuni, maka akan diadzab terlebih dahulu kemudian dikeluarkan dari an naar (neraka) dan dimasukkan ke dalam al jannah (surga).


    Baca Juga: Dosa yang Tidak Diampuni dan yang Tahta Masyi’ah


  7. Tauhid merupakan sumber keamanan.

    Berkata salah seorang Ulama Ahli Tafsir, Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah:

    “Orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya untuk Allah saja dan mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, mereka itu akan mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk di dunia dan akhirat.”

    Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

    الَّذِينَ أمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيْمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولئكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

    “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al An’am : 82)

    Yang dimaksud dengan kezaliman pada ayat di atas adalah syirik sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud :

     فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ قَالَ: لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

    (Tatkala turun ayat ini) para shahabat berkata : “Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang tidak pernah menzalimi dirinya ?”

    Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bukan demikian maksudnya, apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman kepada anaknya ketik ia memberi pelajaran kepadanya: Wahai anakku janganlah engkau berbuat syirik (menyekutukan) Allah, sesungguhnya kesyirikan itu benar-benar kezaliman yang besar.” (HR. Al Bukhari dalam shahihnya no. 3429)

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *