oleh

Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?

-Fiqih-2,041 views

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang didamba-dambakan oleh setiap muslim. Bagaimana tidak, malam tersebut lebih baik dari pada seribu bulan, yaitu beramal pada malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh dengan) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al-Qadr: 3-5)

Malam tersebut akan terus ada dalam setahun sampai hari kiamat. Lalu, kapan malam Lailatul Qadar itu terjadi? Berikut bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk semangat dalam memburu malam Lailatul Qadar.

Perintah Rasulullah Untuk Mencari Malam Lailatul Qadar

Terdapat beberapa waktu yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan kita untuk mencari malam tersebut yaitu,

  1. Pada sepuluh malam terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah oleh kalian Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.”1

  1. Pada sepuluh malam ganjil yang terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”2

  1. Pada malam yang ke-9, ke-7, ke-5 dari 10 malam terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ، وَالسَّابِعَةِ، وَالخَامِسَةِ

“Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam yang ke-9, ke-7 dan yang ke-5 (dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan).”3

  1. Pada malam ke-9, ke-7, ke-5 yang tersisa dari 10 malam terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

Carilah oleh kalian Lailatul Qadar (dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan) di sembilan, tujuh dan lima malam yang tersisa.”4

  1. Pada tujuh malam terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

Carilah oleh kalian Lailatul Qadar di tujuh malam terakhir dari bulan Ramadhan.”5

Waktu Terjadinya Malam Lailatul Qadar

Sebagaimana hadits-hadits di atas, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai waktu terjadinya malam Lailatul Qadar.

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Banyak perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang waktu terjadinya malam Lailatul Qadar. Kami mengetahui setidaknya ada lebih dari 40 pendapat dari mazhab para ulama tentang waktu terjadinya malam Lailatul Qadar.”6 Di antara pendapat-pendapat tersebut adalah,

  1. Malam Lailatul Qadar berpindah-pindah pada setiap tahunnya.

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

Yang tampak adalah waktu terjadinya malam Lailatul Qadar berubah-ubah (di setiap tahunnnya) dan lebih kuat terjadinya pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir. Malam tersebut berpindah-pindah sebagaimana yang dipahami dari hadits-hadits tentang malam Lailatul Qadar.”7

Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

قَالَ الْقَاضِي وَاخْتَلَفُوا فِي مَحَلِّهَا فَقَالَ جَمَاعَةٌ هِيَ مُنْتَقِلَةٌ تَكُونُ فِي سَنَةٍ فِي لَيْلَةٍ وَفِي سَنَةٍ أُخْرَى فِي لَيْلَةٍ أُخْرَى وَهَكَذَا وَبِهَذَا يُجْمَعُ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ وَيُقَالُ كُلُّ حَدِيثٍ جَاءَ بِأَحَدِ أَوْقَاتِهَا وَلَا تَعَارُضَ فِيهَا

Imam Al-Qadhi (hakim) Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, ‘Para ulama berselisih tentang waktu terjadinya (malam Lailatul Qadar), sekelompok ulama berpendapat bahwa malam tersebut berpindah-pindah. Pada tahun ini terjadi di malam kesekian dan di tahun berikutnya terjadi di malam kesekian. Pendapat ini menggabungkan antara hadits-hadits tentang malam Lailatul Qadar. Setiap hadits disebutkan salah satu waktunya dan tidak ada pertentangan pada hadits-hadits tersebut’.”8

  1. Kemungkinan terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.

Imam al-Bukhari rahimahullah meletakkan sebuah bab dalam kitab Shahihnya,

بَابُ تَحَرِّي لَيْلَةِ القَدْرِ فِي الوِتْرِ مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ

Bab: Mencari Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir (dari bulan Ramadhan).”

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan,

Pada judul bab di atas terdapat isyarat kepada pendapat bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Tidak ditentukan pada satu malam tertentu. Pendapat ini dikuatkan oleh hadits-hadits yang ada tentang malam Lailatul Qadar.”9

  1. Kemungkinan juga terjadi pada malam-malam genap.

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim rahimahullah menjelaskan,

“Bisa jadi ganjil di sini dilihat dari sisi malam-malam yang tersisa (sebagaimana hadits di atas). Oleh karena itu ketika bulan Ramadhan berjumlah 30 hari, maka ganjil yang dimaksud adalah pada malam-malam yang genap. Yaitu, malam yang ke-22 adalah 9 malam yang tersisa, malam ke-24 adalah 7 malam yang tersisa. Ini adalah tafsir dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih.”10

Kemungkinan Terkuat Terjadinya Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar kemungkinan terkuatnya terjadi pada malam ke-27.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Carilah malam Lailatul Qadar, yaitu malam ke-27.”11

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Yang lebih diharapkan terjadinya malam Lailatul Qadar adalah pada sepuluh malam-malam ganjil terakhir. Malam-malam ganjil tersebut menurut ulama mazhab Syafi’iyah yang paling diharapkan adalah pada malam ke-21 atau ke-23 berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudri12 dan Abdullah bin Unais13 radhiyallahu ‘anhuma. Adapun menurut mayoritas para ulama, maka malam Lailatul Qadar paling diharapkan terjadi pada malam ke-27.”14

Syaikhul Islam Taqiyudin Abul Abbas rahimahullah menyatakan,

Mayoritas terjadinya malam Lailatul Qadar pada malam ke-27 sebagaimana hadits Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.15 Beliau bersumpah bahwasanya malam Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27.”16

Bersemangat di Sepuluh Malam Terakhir Seluruhnya

Hal ini sebagaimana bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersemangat menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan seluruhnya tanpa memilih-milih malam tertentu.

Sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَيْ الْعَشْرُ الْأَخِيرَةُ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya (menjauh dari istri-istrinya), menghidupkan malam tersebut dengan ibadah dan membangunkan istrinya untuk beribadah.”17

Sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengabarkan,

كَانَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan daripada malam-malam lainnya.18

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

Pada hadits tersebut terdapat dorongan untuk terus bersemangat dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir dan hasungan untuk memperbagus amalan di akhirnya.”19

Wallahu a’lam. REI/HMZ

Penulis: Reihan Audie

Referensi:

  1. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, karya Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah.
  2. Fathul Bari, karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah.
  3. Majmu’ al-Fatawa, karya Imam Ahmad bin Abdil Halim rahimahullah.

Catatan kaki:

1 HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. (1169)-219, dalam shahih keduanya, dari sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

2 HR. al-Bukhari no. 2017, dalam shahihnya, dari sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

3 HR. al-Bukhari no. 2023 di dalam shahihnya, dari sahabat Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu.

4 HR. al-Bukhari no. 2021 di dalam shahihnya, dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

5 HR. Muslim (1165)-206 di dalam shahihnya, dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.

6 Fathul Bari (4/262).

وَقَدِ اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَتَحَصَّلَ لَنَا مِنْ مَذَاهِبِهِمْ فِي ذَلِكَ أَكْثَرُ مِنْ أَرْبَعِينَ قَوْلًا

7 Fathul Bari (4/260)

وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهَا التَّغَايُرَ وَأَرْجَحُهَا كُلِّهَا أَنَّهَا فِي وِتْرٍ مِنَ الْعَشْرِ الْأَخِيرِ وَأَنَّهَا تَنْتَقِلُ كَمَا يُفْهَمُ مِنْ أَحَادِيثِ هَذَا الْبَابِ

8 Syarh Shahih Muslim (8/57)

9 Fathul Bari (4/260)

وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهَا التَّغَايُرَ وَأَرْجَحُهَا كُلِّهَا أَنَّهَا فِي وِتْرٍ مِنَ الْعَشْرِ الْأَخِيرِ وَأَنَّهَا تَنْتَقِلُ كَمَا يُفْهَمُ مِنْ أَحَادِيثِ هَذَا الْبَابِ

10 Majmu’ al-Fatawa (25/284-285)

وَيَكُونُ بِاعْتِبَارِ مَا بَقِيَفَعَلَى هَذَا إذَا كَانَ الشَّهْرُ ثَلَاثِينَ يَكُونُ ذَلِكَ لَيَالِيَ الْأَشْفَاعِ. وَتَكُونُ الِاثْنَيْنِ وَالْعِشْرِينَ تَاسِعَةً تَبْقَى وَلَيْلَةُ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ سَابِعَةً تَبْقَى. وَهَكَذَا فَسَّرَهُ أَبُو سَعِيدٍ الخدري فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ.

11 HR. Thabrani no. 814, dalam Mu’jam al-Kabir, shahih, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shagir no. 1240 (1/268).

12 HR. al-Bukhari no. 2018 dan Muslim no. (1167)-213, di dalam shahih keduanya, dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.

13 HR. Muslim (1168)-218, di dalam shahihnya, dari sahabat Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu.

14 Fathul Bari (4/266).

وَأَرْجَاهَا أَوْتَارُ الْعَشْرِ وَأَرْجَى أَوْتَارِ الْعَشْرِ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ عَلَى مَا فِي حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ وَأَرْجَاهَا عِنْدَ الْجُمْهُورِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

15 HR. Muslim (762)-220 di dalam shahihnya, dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.

16 Majmu’ al-Fatawa (25/285)

وَأَكْثَرُ مَا تَكُونُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ كَمَا كَانَ أبي بْنُ كَعْبٍ يَحْلِفُ أَنَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِين

17 HR. al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174 di dalam shahih keduanya, dari sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

18 HR. Muslim no. 1175 di dalam shahihnya, dari sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

19 Lihat Fathul Bari (4/270).

وَفِي الْحَدِيثِ الْحِرْصُ عَلَى مُدَاوَمَةِ الْقِيَامِ فِي الْعَشْرِ الْأَخِيرِ إِشَارَةً إِلَى الْحَثِّ عَلَى تَجْوِيدِ الْخَاتِمَةِ